Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Quella duduk di pelaminan dengan gaun pengantin yang begitu cantik, namun matanya kosong melihat kerumunan tamu yang bertepuk tangan. Xaver, yang kini resmi menjadi suaminya, tersenyum ramah ke arah para tamu, dengan tangan Quella yang tidak lepas dari genggamannya.
"Tersenyumlah, jangan berwajah masam begitu. Kamu terlihat jelek," bisik Xaver yang tau Quella sama sekali tidak berusaha menutupi raut wajah kesalnya, atau sekedar berpura-pura untuk bahagia.
"Sampai kapan acara ini, aku lelah," ungkap Quella yang ingin cepat-cepat istirahat. Dirinya merasa sudah sangat lelah, jika harus lebih lama berpura-pura.
Xaver melihat sekitar, walaupun pernikahan mereka hanya sederhana. Tapi ternyata orang tuanya mengundang orang-orang penting, bahkan rekan bisnis mereka. Tentu itu membuat Xaver harus berbasa-basi walaupun hanya sebentar.
Hingga matanya melihat kearah seseorang yang datang, hal itu langsung membuat berwajah masam. "Oh kamu tidak ingin menyambut orang itu," Xaver menunjuk ke arah seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka, bersama wanita di sampingnya.
Melihat siapa yang datang, Quella langsung menatap tidak suka. Elvis menghampirinya berserta Loretta, kehadiran Loretta yang membuat Quella kesal bukan main. Tanpa disadari olehnya sendiri, genggaman pada tangan Xaver berubah menjadi mencengkram nya erat, seperti berusaha menekan rasa amarahnya.
Xaver bersikap biasa, hanya saja hatinya merasa panas. Mengetahui fakta bahwa Quella masih memiliki perasaan yang besar pada Elvis.
°°°°°
Melangkahkan kakinya menuju mempelai yang sedang berada di pelaminan. Elvis datang di temani oleh Loretta. Awalnya ia merasa sangat terkejut akan undangan pernikahan Quella yang tiba-tiba saja. Dirinya seolah tidak mendapatkan kabar apapun lagi.
"Hi Quella, selamat atas pernikahan kalian," Elvis menyapa terlebih dahulu, bersamaan dengan senyuman ramah untuk Xaver.
Loretta juga tersenyum tipis pada Quella beserta Xaver. "Selamat atas pernikahannya," ucap Loretta ramah, dan berusaha menghindari tatapan tajam Quella padanya. Ia seolah tersadar bahwa Quella masih membencinya.
"Terimakasih telah datang," ungkap Xaver pada keduanya, karena dirinya tau Quella sampai kapanpun tidak akan mau menjawab sapaan itu. Bahkan saat tadi Quella hanya diam tidak mau menyambut tamu yang lain, jadi Xaver harus memaksanya agar mau.
Elvis menganggukkan kepalanya, saat pandangan matanya bertemu dengan Quella. Entah mengapa Quella langsung menghindar dari tatapannya. "Que...," Elvis akan berbicara, namun sayangnya, Quella jelas-jelas menolak berbicara dengannya.
"Aku lapar, ayo ke sana," ucap Quella yang menari-nari tangan Xaver agar cepat mengikutinya.
"Iya, maaf istriku ingin makan dulu. Silahkan nikmati pestanya," Xaver berkata kepada Elvis dan Loretta, kemudian mengikuti apa yang Quella inginkan.
Menatap kepergian keduanya, Elvis tau pasti Quella enggan membicarakan masalahnya padanya. Padahal dirinya hanya ingin mencari tau, mengapa Quella bisa melakukan keputusan besar ini.
"Elvis," Loretta melambaikan tangan tepat di wajah Elvis yang melamun.
"Oh iya," Elvis langsung tersadar akan panggilan dari Loretta padanya.
"Kamu tidak apa-apa," Loretta mengkhawatirkan Elvis, karena seperti berekpresi sedih.
Elvis segera menggelengkan kepalanya, dan secara tidak sengaja menyentuh rambutnya yang sudah rapih itu. "Tidak, aku baik-baik saja, ayo..," Elvis langsung mengelak, ia langsung tersenyum kembali, agar Loretta tidak mengkhawatirkannya.
"Tunggu dulu," Loretta menghentikan langkah Elvis. Tangannya terulur merapihkan rambut Elvis yang sedikit berantakan. "Nah... Ini baru rapih," ucap Loretta setelah dengan lembut merapihkan rambut Elvis.
Elvis tersenyum lebar, mendapatkan perhatian kecil itu. "Kamu juga cantik sekali," puji Elvis pada Loretta yang sudah tersipu malu karenanya.
°°°°°
Saat mereka sudah menjauh dari Elvis dan Loretta. Quella melepaskan genggaman tangan mereka, wajahnya langsung kesal, marah, dan tidak terima akan fakta di depannya tadi. Emosi negatif terasa mulai mengambil alih pada dirinya. "Aku benci ini, bisakah kamu singkirkan wanita itu," ucap Quella tanpa sadar, dengan tatapan tajam ke arah Loretta yang sedang merapihkan rambut Elvis.
"Tentu bisa saja. Namun tidak ada untungnya bagiku," seru Xaver yang menghentikan pelayan yang sedang membawa minuman.
"Silakan tuan dan nona," ucap pelayan itu menawarkan minuman yang dibawanya. Setelah memberikan minuman itu, pelayan itu kemudian berjalan lagi, untuk menghampiri tamu yang lain.
Xaver mengambil dua, satunya untuk dirinya, dan satu lagi ia sodorkan pada Quella. Menerima minuman itu, Quella meminum seteguk bersama dengan Xaver. Mereka tidak berkata-kata lagi atau mengobrol, hanya menikamati minuman yang ada di tangan masing-masing.
Memandangi minuman yang ada di tangannya, saling bersamaan melirik ke arah Xaver yang menikamati minuman itu. Kemudian Hingga sebuah ingatan pahit hinggap di kepalanya, tanpa bisa dicegah olehnya."Minuman...," gumam Quella saat mengingat sesuatu.
"Saat itu kamu pernah memberikan minuman untukku kan," ucap Quella dengan tatapan tajam ke arah Xaver. Dirinya menduga satu hal, yang menyebabkan situasinya menjadi seperti ini.
"Kamu ingin minuman yang lain," Xaver mengira Quella tidak menyukai minuman yang disediakan.
Quella diam tidak berbicara apapun, di kepalanya mulai membentuk sebuah puzzle puzzle yang tersusun. 'Semuanya masuk akal, minuman itu. Jus jeruk yang di sodorkan Xaver saat perjamuan,' batin Quella mata onyx nya menatap tajam pada Xaver.
'Bedebah sialan, ternyata Xaver yang menjebak ku. Aku masih dalam kondisi baik-baik saja sebelum meminum itu. Tentu pasti semua yang terjadi saat ini, ialah ulah bedebah berengsek ini.'
Quella sekarang tidaklah bodoh, semuanya terasa pas dan begitu saja secara tiba-tiba. Saat mulutnya akan berbicara untuk memperdebatkan isi kepalanya. Di sudut ruangan, Quella menangkap pandangan omanya yang terlihat begitu bahagia, bahkan wajah omanya terpancar sebuah semangat untuk memulai hidup.
"Oma..," gumamnya pelan. Omanya terlihat sedang mengobrol dengan beberapa orang. Dengan begitu berat hati, Quella menahan emosi yang hampir saja meledak-ledak.
Mencoba menampilkan ekspresi pura-pura bahagia. Quella memberikan senyuman palsu pada Xaver yang sedang memandanginya dengan tatapan tanda tanya.
Menarik dasi yang di kenakan Xaver dengan tenaganya, agar bisa sejajar dengan tingginya. Quella mendekatkan bibirnya di samping telinga Xaver. "Aku membencimu Parvez, aku sadar bahwa minuman jus jeruk saat waktu perjamuan itu, bukanlah jus biasa. Kamu yang membuat hidupku menjadi kacau balau. Gara-gara dirimu siala," bisik Quella dengan tenang.
Xaver tetap tenang, walaupun Quella akhirnya telah mengetahuinya apa yang sudah dilakukannya. "Jadi apa yang ingin istriku lakukan setelah mengetahui fakta yang begitu memukau ini?" tanya Xaver dengan tangannya yang memegang dagu Quella.
Tidak habis pikir sekali, Quella merasa bodoh karena telah mudahnya terjebak dengan permainan remeh Xaver padanya. "Aku akan membuatmu menyesal telah melakukan hal murahan padaku," seru Quella dengan penuh dendam pada Xaver, bahkan tatapan bencinya semakin menjadi-jadi. Rasa-rasanya ia ingin mencakar habis wajah tenang Xaver sekarang.
Mendapatkan tatapan itu, Xaver hanya bersikap tenang, dan tidak mudah terprovokasi sedikitpun. Sebaliknya Xaver mengeluarkan aura seorang penguasa, agar Quella bisa tau bahwa dirinya bisa melakukan apapun.
"Yah kutunggu penyesalan itu, tapi ingat ini istriku sayang," Xaver mendekatkan bibirnya di samping telinga Quella, dengan senyuman remeh diwajahnya. "Jangan harap sekarang bisa keluar dari lingkaran hidupku Quella. Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa," Xaver menekan semua kalimatnya, tidak ada satupun penyesalan terlihat di matanya. Sebaliknya Xaver tersenyum bangga, karena berhasil membuat Quella tidak terkutik.
Quella mengepalkan tangannya saat mendengar kata-kata itu. "Parvez sialan," gerutu Quella penuh amarah.
"Shut.... Istriku, jangan menampilkan wajah jelek begini. Sebagai seorang pasangan dari Parvez haruslah sempurna," ucap Xaver yang mengelus wajah Quella lembut. Melirik sekitar, dan saat tidak ada orang yang menatap kearah mereka, Xaver dengan satu tangannya mencengkram pipi Quella erat. Bahkan Xaver menekan rahang Quella dengan satu tangannya.
"Dengarkan ini, jaga sikapmu. Jika kamu melakukan hal buruk sedikitpun, akan ku buat Queez Hotel menjadi rata dengan tanah," ancam Xaver dengan penuh penekanan, ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa melakukan apapun, sekalipun pada Quella. Xaver bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.
Menghunuskan tatapan yang semakin marah, Quella bener-bener merasa amarahnya berada di titik tertinggi. Walaupun hampir terprovokasi akan ancaman Xaver, Quella berusaha tidak tergoyahkan. "Ciuh......," Quella meludahi wajah Xaver yang akan semakin mendekati kearahnya.
Xaver memejamkan matanya saat mendapatkan perilaku yang tidak terduga dari istrinya ini. Bukannya marah atau kesal sebaliknya Xaver tersenyum sinis dengan tatapan remehnya. "Oh... I am so sorry sweetie, but the main character is me. Not you," Xaver rasa-rasanya ingin tertawa lepas melihat raut wajah Quella saat ini.
Terlihat sangat jelas, mata onyx Quella berkaca-kaca, tapi Quella mati-matian untuk tidak terlihat lemah di hadapan Xaver. Quella yang sudah tidak dapat menahan amarahnya setelah mendengar ucapan rendahan dari Xaver, tangannya bersiap melayang berniat menampar pipi Xaver. Sayangnya sekali panggilan dari arah belakang memanggil mereka, membuat Quella mengurungkan niat itu.
°°°°°
Alina mengurutkan dahinyaz saat Xaver dan Quella terlihat berada di bagian pojok tempat acara. "Mereka itu bintang utamanya, tapi malah bersembunyi," Alina geleng-geleng kepala, melihat keduanya.
Zafran mengikuti arah pandang Alina. "Mungkin mereka tidak sabar ingin bersama terus menerus," ucap Zafran, tapi rasa-rasanya ada keanehan melihat keduanya.
"Apa mereka bertengkar?" Alina mencurigai satu hal, karena bisa dilihat olehnya gestur tubuh Xaver yang marah.
Tidak ingin keributan atau kekacauan terjadi, Alina segera beranjak dari tempat menuju tempat Xvaer dan Quella. Benar saja dugaannya, Quella hampir melayangkan tamparan, jika saja dirinya tidak segera memanggil nama mereka.
"Xaver, Quella...," Alina dari jauh memanggil mereka. Wajahnya tersenyum kearah mereka, walaupun Quella dan Xaver bersikap biasa saja, tapi Alina tentu tau itu hanyalah sebuah kebohongan. Terasa bahwa keduanya masih memendam kemarahan bersama.
Menghembuskan napasnya untuk menenangkan emosinya. Quella memasang wajah ramahnya kembali, berbalik melihat Alina bersama Zafran menghampiri mereka.
"Dasar, ayah tau kalian tidak sabar. Tapi selesaikan dulu acaranya," ucap Zafran menggoda Quella dan Xaver. Zafran juga sadar keduanya sedang bertengkar, ia hanya berusaha membantu suasana agar mencair.
Alina terkekeh mendengar itu, ia juga ikut membantu suasana agar mencair. "Sudah Zaf, jangan begitu. Ya sudah ayo, acara sebentar lagi juga akan selesai," Alina mengajak Quella dan Xaver agar kembali ke tempat mereka.
Xaver berniat meriah pinggang Quella, namun dengan cepat Quella menghindar dan meraih tangan Alina. "Ibu, aku ingin berbicara sesuatu," ucap Quella sambil berjalan maju, dan mengajak Alina agar mengikutinya.
Alina sedikit terkejut, tapi melihat jelas bahwa Quella enggan untuk bersama Xaver. Membuatnya langsung menganggukkan kepalanya setuju. "Oh tentu saja, Zaf dan Xaver sambut para tamu sana. Kita akan menyusul nanti," pinta Alina, yang kemudian mengikuti ajakan Quella yang membawanya ke tempat yang tidak terlalu mencolok, untuk berbicara berdua.
Zafran melihat interaksi itu, terlihat sangat jelas, Quella menghindar dari Xaver. Melirik ke arah Xaver yang masih saja sedang menahan marahnya. "Belum juga sehari, ada apa sebenarnya?" Zafran secara langsung bertanya. "Sebesar apapun masalahnya, kamu harus melihat tempat dan situasi," Zafran memperingati Xaver agar tidak ceroboh.
Xaver memandangi kepergian Quella dan ibunya. "Hanya rahasia yang sudah terbongkar," jawab Xaver menatap ke arah ayahnya. "Maaf..., nanti tidak akan terjadi lagi," Xaver merasa hampir saja membuat reputasi mereka kacau.
Mendengar itu, membuat Zafran memutar bola matanya malas. "Kamu kurang pintar menutupinya," ujar Zafran yang merasa Xaver terlalu menganggap enteng apa yang sudah diperbuatnya.
"Tidak, memang aku tidak mau terlalu lama menutupinya. Biarkan saja Ella tau, yang sebenarnya," Xaver berkata tanpa merasakan hal takut apapun. Seolah merasa bahwa Quella tidak akan lepas dari genggamannya.
Zafran diam sejenak, dirinya memang sudah tau apa yang sudah Xaver rencanakan. Tentu Zafran membiarkannya karena Xaver tidak berbuat hal yang berlebihan. Hanya saja Zafran kurang menyenangi sikap Xaver yang begitu menganggap enteng.
"Bagaimana jika Quella menemukan bukti, dan membuat hancur semuanya?" Zafran bertanya dengan alisnya terangkat.
Xaver hanya terkekeh kecil menanggapi ucapan itu. "Ayah mungkin lupa, akan ego dan sikap ceroboh Quella. Lagi pula siapa yang bisa menjatuhkan keluarga Parvez," Xaver merasa pertanyaan ayahnya begitu tidak penting.
Arah pandangannya melihat kearah Quella dan Alina yang terlihat berbicara serius. "Jika Quella mengatakan semuanya pada ibumu. Habis sudah nasib mu Xaver," ledek Zafran, karena dirinya tidak akan mau ikut campur. Jika sampai istri tercintanya marah besar pada Xaver.
Bukannya merasa khawatir atau waspada, sebaliknya Xaver biasa saja. "Yah kita lihat saja, seberapa besar keberanian istri ku," Xaver tersenyum sinis begitu merendahkan Quella, yang pasti menurutnya tidak akan pernah bisa melakukan hal seberani itu.
"Lagi pula, ibu pasti tidak mau putra kesayangannya, memiliki hubungan pernikahan yang gagal," Xaver tau akan sikap ibunya, yang pastinya tidak akan pernah bisa membuat dirinya hancur.
Zafran menggelengkan kepalanya pelan, dirinya tau Alina bisa mempertaruhkan semuanya hanya untuk Xaver. Sayangnya sepertinya Xaver mulai terobsesi begitu dalam dengan Quella. "Yah jangan lupakan fakta ini, istrimu ternyata masih menyukai laki-laki lain," ejek kembali Zafran saat pandangannya tidak sengaja melihat Elvis.
Zafran juga mengetahui bahwa Quella memang menyukai Elvis. Bahkan dirinya tau Quella akan menjebak Elvis, namun rencana itu gagal akibat ulah Xaver. Hal itu tentu membuatnya bisa menyadarkan Xaver, bahwa Quella belum benar-benar berada di dalam genggaman tangan Xaver.
Xaver melirik tajam ke arah ayahnya, mendengar nama laki-laki itu lagi, membuatnya tanpa sadar tangannya terkepal dengan marah. "I don't care, but Quella is mine now," ucap Xaver dengan percaya diri, bahkan mata biru shappire nya, terlihat begitu menyala-nyala.
Tatapan tajamnya tidak lepas dari Quella yang masih berbicara bersama ibunya. Entah apa yang mereka bicarakan, hanya saja Quella tidak akan pernah bisa lepas darinya sampai kapanpun. "Welcome to my world, my wife," gumam Xaver yang melangkahkan kakinya untuk menghampiri istri tercinta itu.
Zafran mengangkat bahunya dengan acuh. Membiarkan apa yang akan terjadi pada kehidupan Xaver nantinya. "Kita lihat apa yang akan terjadi pada kisah cintamu Xaver. Siapa yang akan hancur terlebih dahulu, dirimu atau Quella" gumam Zafran yang kemudian setelahnya ikut menyusul Xaver dari arah belakang.
•••••
TBC
JANGAN LUPA FOLLOW