~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Setibanya di rumah, Tisya meletakkan belanjaannya di atas meja.
"Diberesi nanti aja" Ucap Dimas
Dimas dan Tisya berjalan beriringan memasuki kamarnya masing-masing.
Ketika pintu kamar terbuka Tisya terkejut melihat ada pintu baru di dalamnya.
Ia membuka pintu itu dan langsung terhubung ke kamar Dimas.
"Kak kenapa dikasih pintu?" Tanya Tisya.
"Biar gampang aja kalau mau ke kamar kamu" Jawab Dimas.
Tisya menutup pintunya kembali lalu ia membersihkan diri di kamar mandi.
Tak terasa kini pernikahan Dimas dan Tisya sudah berusia satu minggu, setiap hari Dimas selalu menunjukkan cintanya pada Tisya membuat Tisya perlahan bisa menerima kehadiran Dimas.
"Ternyata mengembalikan rasa cinta yang pernah ada itu tidak cukup sulit" Ucap Tisya dalam hati.
Malam ini Tisya menghidangkan dua mangkok spaghetti bolognese kesukaan di atas meja.
Tak lupa ia juga membuatkan wedang jahe untuk suaminya sebab beberapa hari belakangan ini sering turun hujan.
Dimas baru saja pulang dari kantor, ia membuka pintu dan melihat istrinya tengah sibuk di dapur.
"Assalamualaikum, sayang" Ucap Dimas.
"Waalaikumsalam" Jawab Tisya.
Tisya mematikan kompornya kemudian menghampiri suaminya.
Ia mencium tangan Dimas lalu Dimas mencium keningnya.
"Belum selesai masaknya?" Tanya Dimas.
"Udah kok" Jawab Tisya.
Dimas melonggarkan dasinya kemudian Tisya membantunya melepaskan dasi.
"Terima kasih" Ucap Dimas.
Tisya tersenyum lalu ia berlalu ke dapur diikuti Dimas.
Dimas berhenti di meja makan meletakkan tasnya di sana.
"Masak apa sayang?" Tanya Dimas.
Dimas membuka tudung saji di atas meja
"Wihh enak nih kelihatannya." Ucap Dimas
Tisya memberikan dua sumpit untuk Dimas namun Dimas tidak menerimanya.
"Suapin" Dimas memohon seperti anak kecil.
"Manja banget sih bayi gede ini" Ucap Tisya.
"Bayi gede?" Tanya Dimas.
"Iya, kakak bayi gedenya" Jawab Tisya.
"Yakin kakak bayi gede? Kalau bayi gede berarti minum...."
Tisya segera menyuapi suaminya agar berhenti bicara.
Makan disuapi oleh istri rasanya menjadi sangat nikmat.
Dimas mengambil mangkok spaghetti yang satunya kemudian ia mulai menyuapi istrinya juga.
"Aaak" Ucap Dimas.
Tisya membuka mulutnya kemudian melahap makanannya di hadapannya.
"Enak?" Tanya Dimas.
"Enak" Jawab Tisya.
"Kamu tau ga kenapa rasanya jadi enak?" Tanya Dimas.
"Emmm kenapa?" Tanya Tisya balik.
"Soalnya disuapi penuh dengan cinta" Jawab Dimas.
Tisya meletakkan sumpitnya di atas mangkok
"Jadi kalau makan sendiri masakan aku ga enak gitu?" Tanya Tisya pura-pura kesal.
"Aduh salah ngomong lagi, engga gitu maksud aku sayang."
"Udah ah kakak makan sendiri aja"
Tisya mengambil mangkok yang ada di tangan Dimas kemudian ia memakannya sendiri.
"Rasanya sama aja" Ucap Tisya.
"Maksud kakak itu kalau disuapin rasanya tambah enak" Dimas terus mencoba menjelaskannya.
Setelah selesai makan Dimas membantu Tisya membersihkan dapur dan meja makan. Setelah itu mereka berdua masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tidur Dimas terganggu dengan suara pecahan benda.
Dimas langsung membuang selimutnya dan berlari ke kamar istrinya.
'Klek'
Dimas membuka pintu kamar Tisya dan melihat ada pecahan gelas di bawah ranjang istrinya.
"Sayang" Panggil Dimas.
Dimas mendekati istrinya dan terlihat tubuh istrinya menggigil. Dimas menyentuh tubuh Tisya yang sangat panas.
"Ya allah badan kamu panas banget sayang" Ucap Dimas.
Dimas mengambil remot AC kemudian menaikkan suhunya agar menjadi hangat.
"Kaakk" Panggil Tisya dengan suara bergetar.
"Iya sayang" Jawab Dimas.
Tubuh Tisya terus menggigil. Untung saja Dimas selalu memiliki persediaan obat. Ia mengambil Paracetamol kemudian membantu Tisya duduk untuk minum obat
Setelah Tisya meminum obat Dimas ikut masuk ke dalam selimut yang dikenakan Tisya.
Ia memeluk erat tubuh istrinya supaya memberikan rasa hangat.
Keesokan harinya Tisya terbangun ketika mendengar suara adzan subuh. Ia merasakan suhu kamarnya sangat gerah, ia membuka matanya dan ternyata ia tengah berada di pelukan suaminya.
"Setelah beberapa bulan tidur sendirian sekarang gue bisa ngerasain tidur di dalam pelukan suami." Ucap Tisya dalam hati.
Tisya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bawahnya. Ia tahu betul apa benda itu. Benda tumpul itu terasa menusuk-nusuk, Tisya segera memindahkan tangan Dimas yang melingkar di perutnya.
"Mau kemana?" tanya Dimas
"Ke kamar mandi kak" Jawab Tisya.
Dimas menyentuh kening istrinya yang sudah tidak panas lagi.
"Kepala kamu pusing ga?" Tanya Dimas.
Tisya menggelengkan kepalanya
Mereka berdua kemudian bersiap-siap mengambil wudhu dan mengerjakan sholat subuh berjamaah di kamar Dimas.
Setelah selesai mengerjakan sholat Tisya mencium tangan Dimas lalu Dimas mencium kening istrinya.
"Kamu beneran udah sembuh?" Tanya Dimas.
"Udah kak" Tisya menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuktikan kalau kepalanya tidak pusing.
"Kebetulan kalau gitu." jawab Dimas.
"Kebetulan kenapa kak?" Tanya Tisya.
"Pijitin kakak" Perintah Dimas
Dimas bangun kemudin melepas baju serta sarungnya dan tengkurap di atas ranjang.
(Bayangin deh itu tubuh Dimas)
Tisya berdiri lalu duduk di samping suaminya. Ia memijat lengan Dimas yang terasa sangat keras.
"Sayang kamu lepas aja mukenahnya" Ucap Dimas.
"Hemmmmh" Tisya melepas mukenahnya, ia hanya mengenakan tanktop dan hotpants saja.
"Kamu naik aja sayang" Ucap Dimas
"Naik kemana?" Tisya bingung.
Dimas menunjuk punggungnya. Dengan ragu Tisya naik ke atas punggung suaminya.
Ia menekan-nekan punggung suaminya dengan kedua tangannya sekuat tenaga.
"Enak ga kak?" Tanya Tisya.
"Eheem" Dimas merasa keenakan.
Efek semalam lengannya untuk bantalan istrinya, tubuhnya terasa remuk.
Kaki telanjang Tisya menempel di punggung suaminya. Membuat lembah Tisya terasa berdenyut kencang. Apalagi saat ini ia duduk di atas pantat suaminya.
Dari pantulan cermin Dimas melihat istrinya melemas-lemaskan tangannya.
"Capek?" Tanya Dimas.
"Iya kak, punggung kakak keras banget" Jawab Tisya.
Dimas membalikkan badannya tiba-tiba membuat tubuh Tisya hampir terjatuh. Untung saja Dimas segera menariknya sehingga Tisya terjatuh di atas dada bidang Dimas.
Pandangan mereka bertemu. Dimas memajukan kepalanya mengikis jarak di antara mereka. Hingga kini hidung mereka saking bertemu. Ia menekan kepala Tisya dan akhirnya ia bisa merasakan bibir manis istrinya.
Awalnya Dimas hanya mengecup namun karena tidak ada penolakan dari sang empu ia melumat bibir tipis Tisya.
Hampir lima menit mereka berciuman, dan kagetnya ternyata Tisya sangat jago melumat.
Dimas merasa napasnya habis kemudian ia melepas pagutannya. Ia menyentuh bibir istrinya dengan jari telunjuknya kemudian ia kembali melumatnya.
Dimas mengangkat tubuh Tisya dan merubah posisi. Ia meletakkan Tisya di bawah Kungkungannya.
Tisya mengalungkan tangannya pada leher suaminya, selang sepuluh menit mereka menyudahi kegiatannya.
Dimas menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Tisya, Tisya kembali merasakan benda tumpul itu mengganjal di bawahnya.
TBC
Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️ ❤️ ❤️ ❤️ ❤️
Eh itu yang bakal jadi ulet bulu kok banyak ya... Stefi dan Jesica.
lama gak up