"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
murid baru
Suasana di kelas Aurora pada heboh sendiri. sudah lewat beberapa menit, Bu Zia yang seharusnya mengisi jam pertama belum juga nongol batang hidungnya. Dan itu membuat para murid senang tentunya, jarang jarang guru itu tidak masuk kelas.
"tapi aku tadi melihat ibu Zia loh, kok bisa belum masuk ya?" ujar Caca antara senang sekaligus penasaran dengan alasan guru itu tidak masuk kelas.
"Rora, kamu tidur?" Caca merasa berbicara sendiri sejak tadi. Aurora tidak menanggapinya sama sekali karena gadis cantik itu betah tengkurap di mejanya.
"jangan ganggu" gumannya tak semangat. Caca hanya mencebikkan bibirnya kemudian pindah ke depan, duduk di samping Cava.
"dia kenapa?" tanya Cava yang sejak Adi mencuri pandang ke belakang. Caca menggeleng pelan karena memang tidak tahu.
"mungkin kangen pak Vallerio" jawab Caca ngasal tapi benar adanya.
"eh eh ibu Zia datang, sepertinya bersama murid baru deh.." seorang siswa yang baru saja dari luar berujar heboh.
Tak sedikit yang melihat itu dari arah jendela, termasuk Caca yang memiliki jiwa kepo tingkat tinggi.
"wuahhhhh benar benar murid baru, tampannya..." pekiknya kala melihat Devon yang mengekor di belakang Bu Zia. Lihat saja cara dia berjalan, benar benar gaya cool.
Kelas XI A yang dominan isi murid cewek centil seketika merapikan penampilan mereka, berusaha untuk terlihat cantik, siapa tahu murid baru itu terpikat.
"selamat pagi anak anak.." sapa Bu Zia dengan senyum terbaiknya.
"selamat pagi Bu" serempak mereka menjawab dengan semangat empat lima.
"tolong bangunkan Aurora yang tengah tertidur itu" perintah Bu Zia sebelum melanjutkan kalimatnya. Seketika semua mata tertuju pada kursi Aurora, mereka menatap heran karena tidak biasanya gadis itu tidur di kelas. Begitu pula dengan murid baru tersebut yang langsung mengarahkan pandangannya ke kursi Aurora.
"Rora, bangun.." bisik Caca sembari menggoyangkan lengan Aurora.
"hmmm" dengan malas dia ikut berdiri, fokus ke arah depan dengan wajah yang tak jelas sama sekali.
"dia di kelas ini? Menarik!"
"baiklah, kali ini ibu mau menyampaikan bahwa di kelas kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan diri" perintah ibu Zia setelahnya.
"hallo, perkenalkan nama saya Devon Marsello, panggil saja Devon" Devon memperkenalkan diri sambil menguyah permen karet di mulutnya.
Semua para cewek bersorak ria padahal dia hanya memperkenalkan diri, tapi karena pesonanya yang memang menarik perhatian, mereka semua heboh lantaran Devon yang kenal dengan gayanya.
Dia melirik ke arah ibu Zia, "sudah?" tanya bu Zia merasa ada yang kurang. Devon mengangguk
"hanya begitu, kamu tidak bilang pindahan dari mana?" singgung Bu Zia menyadarkan Devon.
Dia nyengir kemudian lanjut " saya pindahan dari London" tambahnya.
"baiklah Devon, kamu boleh duduk di samping Aurora" ujar Bu Zia berhasil membuat Devon menarik sudut bibirnya.
"eh, tapi itu kursi saya Bu" Caca dengan cepat pindah ke belakang, duduk di samping Aurora seperti biasanya.
"ya udah, kamu duduk di samping Cava aja!" lanjut Bu Zia. Wajah yang sempat senyum itu seketika pias, terpaksa Devon berjalan dengan malas duduk di samping Cava.
"hei, kenalkan aku Caca" bisik Caca dari belakang sambil menarik seragam Devon. pria tampan itu menoleh, tapi tidak melihat ke arah Caca melainkan fokusnya ke Aurora yang sejak tadi hanya diam menurutnya.
...----------------...
"kamu yang tadi kan?" meski Aurora tidak melihat ke arahnya sama sekali, Devon masih berbicara padanya.
"iya" jawab Aurora singkat kemudian kembali ke fokus awal yaitu coret coret buku untuk menghilangkan sedikit rasa jengahnya.
"kita boleh berteman nggak?" ujar Devon ingin mengakrabkan diri.
"boleh, boleh, dengan senang hati kami menerima kamu sebagai teman hari ini" bukan Aurora, tapi Caca yang menjawab cepat. bukan main senangnya gadis itu kala Devon mendaftarkan diri sebagai teman mereka.
berbeda dengan Cava yang sejak tadi sebagai penyimak, dia tidak suka dengan murid sok akrab itu. memperkenalkan dirinya pun enggan, apalagi Devon yang syok kenal dengan Aurora membuat pria itu panas.
"baiklah, kita berteman!" ujar Devon dengan senyum tipis. setelahnya mereka kembali fokus pada ibu Zia yang mulai memberi materi.
jam pertama berlalu, di lanjut dengan jam kedua hingga istirahat tiba, seperti biasa mereka berbondong bondong keluar menuju kantin.
"Ayo Ra, kita ke kantin" ajak Caca.
"enggak ah, aku malas!" jawab Aurora.
"haisss kamu kenapa sih Ra? ada masalah atau sakit? kalau sakit pulang aja!" menempelkan punggung tangannya pada kening Aurora "nggak panas tuh" bingung Caca yang tak habis pikir dengan tingkah Aurora hari ini.
'kalian pergi saja, aku lagi malas saja hari ini" terpaksa Caca keluar seorang diri.
"kamu nggak ikut?" tanya Aurora pada Devon yang saat ini duduk di sampingnya.
Devon menatap wajah Aurora lama, kemudian menggeleng pelan.
"kamu cantik.." bukan menjawab pertanyaan Aurora, dia malah mengatakan pendapatnya tentang gadis itu.
"iya memang, aku sangat cantik" jawab Aurora dengan nada tak bersahabat apalagi melihat Devon yang sejak tadi tak beralih dari wajahnya.
"hmm, mau jadi pacar ku nggak?"
duarrrrrr, tak ada angin, tak ada hujan Devon tiba tiba berbicara tak jelas membuat Aurora menatapnya dengan sorot tajam. tidak ada takutnya sama sekali, Devon hanya nyengir melihat wajah Aurora yang menurutnya sangat gemes jika sedang begitu.
"kamu pikir lucu?" bentak Aurora berdiri dari kursinya.dia tidak habis pikir dengan Devon, baru hari ini bertemu sudah berani menembaknya.
"enggak, aku serius" jawab Devon sambil menahan tangan Aurora agar tidak meninggalkannya begitu saja.
"Gila!!!" Aurora menghempaskan tangan pria itu, terpaksa keluar dari ruangan menuju kantin.
"apasih, dia pikir ganteng apa?" gerutunya di sela langkah cepat, tak lama setelahnya Aurora sudah sampai di kantin, menghampiri meja Caca dan Cava yang tengah duduk berdua menikmati makanan.
"loh, katanya malas ke kantin?" tanya Caca begitu melihat Aurora. tampak sangat jelas ekspresi wajah cemberut gadis itu, dia mendudukkan bokongnya di samping Cava.
"nggak jadi, di kelas ada orang gila soalnya!!"
"orang gila? yang benar saja?" Caca menanggapinya dengan serius.
"haiss, Ca bisa nggak kamu diam!" Caca langsung mengatupkan bibirnya.
"aku pergi pesan bakso dulu.." Rora berdiri, pergi memesan bakso yang menjadi makanan populer disana.
"apa dia sedang PMS?" bisik Caca pada Cava. pria itu mengedikkan bahunya singkat, setelahnya lanjut makan.
"apasih, kenapa aku harus di kelilingi oleh orang orang tak jelas seperti kalian berdua, yang satunya pendiam dan yang satu lagi tukang marah?" sungut Caca yang merasa tak terima dengan tanggapan dua orang itu saat dia sedang berbicara.
"hahahah, habisin dulu baksonya baru ngajak orang bicara!" kekeh Cava sembari mengacak rambut gadis itu.
"akhhhh kenapa di acakin sih, kan nggak cantik jadinya!!!!!" wajah cemberutnya terlihat jelas, buru buru Caca menguncir rambutnya kemudian lanjut menghabiskan bakso bagiannya yang sudah hampir habis.
"kalian tahu nggak?" Aurora berujar sembari membawa semangkuk bakso di tangannya.
"kenapa?"
"cowok gila itu loh, hais nyebelin banget tau nggak sih!!" kesal Aurora tak habisnya sejak tadi.
"siapa?" tanya Cava dengan suara lembutnya.
"itu loh. teman se- meja kamu itu!'
"si Devon? dia kenapa Ra?" kali ini Caca yang nyahut.
"nah si Devon itu, masa tak ada angin dia nyatain cinta ke aku, aneh kan?"
"APA??" sontak Cava dan Caca memekik bersamaan hingga penghuni kantin yang lain melihat ke arah mereka.
"hustttt, jangan keras keras!!" bisik Aurora meletakkan jari telunjuknya di mulut.
"GILAAA, NYALINYA SANGAT BESAR!!" Caca sampai menekankan kalimatnya.
"makanya, kenapa harus ada murid baru seperti dia sih!" sebal Aurora. jelas dia yang hari ini mood buruk lantaran Vallerio yang tidak lagi mengajar disini semakin menjadi kala Devon memperkeruh suasana hatinya.
"udahlah, nggak usah di tanggapin, sekarang kita makan saja" Caca menenangkannya, Aurora mengangguk kemudian lanjut menghabiskan baksonya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪