Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 10
Seekor burung terbang melintas di atas kepala Ning Wie dengan ketinggian sekitar 5000 meter. Burung itu melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi, tak ubahnya seperti bintang berekor yang bergerak di atas langit. Burung itu sangat indah dan cantik dengan sekujur tubuh berbalut dengan api merah.
Burung yang berselimut api merah membara itu tidak tahu atau melihat, bisa juga memang tidak peduli kalau ada manusia yang berada di bawahnya yang telah mengetahui kehadiran nya
Sedangkan Ning Wie jelaslah kalau terkejut dan terbelalak melihat pemandangan akan kehadiran burung api itu. Mulutnya terbuka lebar, andai ada lalat masuk pasti langsung tertelan.
"Ahh... Itu, itu itu Spirit tingkat tinggi! Wow Burung Pheonik! Salah satu dari jenis Spirit langka."
WHUUUUUS
Ning Wie yang tersadar dari rasa shock yang di alaminya. Segera saja berlari dengan sangat cepat berusaha mengikuti lintasan arah yang tertinggaal dari tubuh burung Pheonik itu.
Dia berlari dengan sekuat tenaga agar tidak kehilangan jejak Spirit Pheonik api merah. Rasa letih dan lelah yang sempat di rasa kini telah menghilang entah kemana, semangatnya langsung tersulut dan berkobar begitu melihat kehadiran burung Pheonik itu.
" Aku yakin kalau burung itu pasti terbang kembali ke dalam sarangnya. Aku tidak boleh sampai kehilangan jejaknya."
WHUUUS WHUUUS
Untungnya jejak burung api masihlah sangat jelas sehingga dia masih bisa melihat walau pun sudah sangat jauh tertinggal. Ning Wie segera saja menambahkan lagi laju kecepatannya. Walaupun nafasnya agak memburu dan sudah mulai agak terengah- engah.
HOOOSH HOOSH
Tapi dia terus memaksakan diri. Dengan tujuan sebisa mungkin tidak kehilangan jejak yang tertinggal kalau bisa malah ingin mengikis jarak yang ada antara dirinya dan burung api itu.
"Se - mangat Ning Wie! Ini ada - lah kesem-patan-mu! Jang - an sampai kau ter - lewat. Kau akan menye - saaaal"
Ning Wie berbicara agak tersendat - sendat karena tanpa mengatur nafas. Ia pun agak takut kehilangan jejak Spirit itu. Karena kondisi dirinya yang sudah mulai kepayahan. Bocah cilik itu sudah mengejar dan mengikuti jejak burung api merah itu selama kurang lebih satu setengah jam tapi tidak ada tanda-tanda kalau burung api itu bakalan berhenti.
Ning Wie tidak perduli dengan hanfu favoritnya yang sudah banyak robekan. Juga dengan darah yang keluar dari tangan, kaki dan badannya akibat terkena duri- diri tajam tanaman, batu yang terjal dan runcing serta membara.
Fokusnya hanya ada pada burung Pheonik api itu. Untungnya tidak ada yang ganggu atau pun rintangan menghadang tujuannya. Ning Wie sedikit tenang setelah melihat kalau jejak burung itu menuju gunung berapi yang ada di depannya. Burung itu mulai terbang agak rendah dan memperlampat laju kecepatannya saat memasuki kawasan gunung berapi itu.
Dan akhirnya jejak burung Pheonik api merah itu mendadak menghilang saat ada di sisi lereng gunung. Dan itu sudah dapat di pastikan oleh kalau di sana itu adalah sarang dari burung api merah itu.
Ning Wie bernafas lega walau masih jauh setidaknya dirinya tahu pasti harus kemana. Baru sekitar satu jam akhirnya Ning Wie berada di bawah kaki gunung berapi itu. Bicah kecil itu juga ingat arah dimana jejak burung Pheonik itu menghilang. Lebih tepatnya adalah lereng gunung yang sebelah kiri atau timur.
HAAP--------.
"Akhirnya Sampai! Tinggal mencari letak pasti dimana sarang burung Pheonik itu berada. Tapi sebelum itu aku aku harus mengganti dulu hanfuku dan aku juga perlu mengobati luka - lukaku ini"
Ning Wie memutuskan berhenti sebentar. Dia pun langsung menepuk tas penyimpanannya guna mengambil minuman, hanfu juga ramuan obat. Setelah meneguk satu guci air tanpa buang waktu segera saja bocah itu menanggalkan hanfu yang di pakai di ganti dengan hanfu baru. Ia pun langsung membalur lukanya dengan ramuan yang sama, yang dipakai di wajahnya saat baru tiba di alam Spiriilam
Setelah luka yang di alaminya sembuh, bocah cilik itu segera merogoh kembali tas penyimpanan miliknya. Ia mengambil sebuah tabung berwarna kuning yang di dalamnya itu telah terisi dengan enam pil putih kecil.
Pil putih kecil dengan tanda bintang satu itu tak lain adalah Pil Giener. Dan pil Giener itu adalah pil yang berguna untuk mengembalikan kembali tenaga Ning Wie yang habis seperti semula.
Segera saja bocah cilik itu mengambil satu butir pil Giener dan langsung menelannya. Begitu berada di dalam mulut Pil Giener langsung lumer begitu saja saat menyentuh lidah.
Ning Wie langsung bisa merasakan khasiat dan manfaat dari pil Giener itu. Tiba - tiba saja seluruh meridiannya di banjiri oleh energi Qi yang meluap - luap. Dan langsung saja Ning Wie mengambil sikap lotus menyerap khasiat obat. Dan Ia membutuhkan waktu sekitar setengaj jam untuk menyerap seluruh kasiat obat.
Kini wajah Ning Wie yang semula pucat pasih menjadi segar dan cerah. Tenaganya juga telah pulih sepenuhnya. Bocah cilik itu sekarang telah membuka matanya dan mengakhiri istirahatnya.
"Hhh... Saatnya menemukan sarang Spirit- ku! Huh.. Rasanya sudah tidak sabar! SEMANGAAT."
Sebelum Ning Wie berlari mendaki gunung berapi, Ia mengambil jubah biru dari dalam tas penyimpanannya. Jubah biru itu langsung di pakainya.
"Untung ibu membekaliku dengan segala perlengkapan dan peralatan yang bakal membantuku di sini. Tidak sia -sia beliau jejalkan jubah ini dalam tas penyimpanan. Sekarang Jubah biru ini sangatlah berguna karena jubah ini telah dilapisi oleh formasi anti api dan keuntungan lainnya tentu saja badan aku tidak akan kegerahan juga." Ucap Ning Wie dengan riang.
Dengan Jubah biru yang ada formasi anti apinya, membuat Ning Wie bebas gerak di area kawasan seribu pegunungan berapi serta bakalan terlindung dari api dan panas. Sekaligus juga, memakainya akan membuat dirinya merasakan kesejukan.
Bocah cilik putri dari Patriak Ning itu lari mendaki gunung sisi barat, tempat dia melihat hilangnya jejak burung api merah. Ning Wie menelusuri dan menjelajahi dengan sangat hati-hati. Sebab lereng gunung berapi ini sangatlah curam. Dia juga harus sangat jeli dan waspada agar tidak tergelincir.
Sudah dua jam telah berlalu tapi bocah cilik itu belum juga bisa menemukan dimana sarang dari burung api merah.
"Huh..Ternyata susah juga untuk menemukannya padahal sudah pasti ada di kawasan ini! Tapi kenapa sampai sekarang belum juga ketemu?"
KRAAK KRAAAK KRAAK
Ning Wie yang semula merasa mulai putus asa, tiba-tiba mendengar sayup- sayup suara burung dari tempatnya berada. Hal itu tentu saja membuat bocah cilik itu kembali bersemangat.
"Ahh... Suara burung! Haha... Ada jejak baru nich! Hehe..Benar ada di sekitar sini! Ahh...Sarang burung Pheonik aku datang! "
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...