Pasangan Panas Agen Rahasia

Pasangan Panas Agen Rahasia

1. Agen Catty

"Cat, mulai berjalan ke arah Utara. Pintu kayu bobrok. Kau harus menyelamatkan 15 orang sandera itu dalam waktu 8 menit. Got it?" Suara berat dari seorang pria terdengar mengarahkan instruksi penyelamatan terdengar di telinga orang-orang yang sedang dalam misi penyelamatan.

"Hm, 5 menit cukup untuk ku," balas si perempuan pada seseorang yang berkomunikasi dengannya lewat earpiece.

"Sialan, harus kah kau begitu sombong, Cat?"

Terdengar keluhan kesal dari seberang sana. Sedangkan gadis yang dipanggil Catty itu hanya tersenyum kecil. Dia lupa bukan hanya dia dan pria yang memberi arahan tadi saja yang ada di lintas komunikasi mereka.

"Kau juga boleh sombong jika kau mampu, Jen," ujar nya ringan. Hanya terdengar decihan pelan sebagai balasan perkataannya. Lalu dia berbalik menghadap rekan se-timnya yang lain. Mengkoordinasi gerakan isyarat tangan penyelamatan tanpa suara. Setelah mendapat anggukan dari semua orang ia kembali berbalik ke depan, menarik kain yang tersampir di leher untuk menutupi setengah wajahnya dan merendahkan topi nya. Tangan mungil itu memegang pistol yang sudah dipasang peredam.

Kakinya mulai melangkah mengikuti arahan memimpin rekannya. Langkah ringan tanpa suara diikuti dengan 3 orang dibelakang. Saat matanya menangkap pintu kayu yang dimaksud, ia mengangkat lengan, mengisyaratkan untuk berhenti.

Catty membuka pintu kayu didepannya dengan perlahan. Memasuki ruangan itu dengan tangan yang memegang pistol dengan sigap. Indra penglihatannya menatap para sandera yang merupakan gadis muda dengan kisaran umur lima belasan.

Dia bisa melihat dengan jelas raut ketakutan yang ada di mata mereka. Dengan tangan yang diikat kebelakang dan mulut yang dilakban. Terdapat lebam yang mulai membiru di wajah setiap gadis ini. Ia memberi gestur pada mereka agar tetap tenang.

Rekan se-timnya mulai menuntun para sandera untuk keluar satu persatu, mengikuti arahan.

Mata abu-abu Catty yang tertutup kacamata menelusuri ruangan yang dipijaknya. Ruangan persegi kecil dengan dinding yang keseluruhannya ditutupi dengan kain hitam. Melihat tidak ada yang mencurigakan disini, dia membantu seorang gadis terakhir untuk keluar.

'Tunggu, kain hitam?' Dia mengernyitkan dahinya.

Ketika dia menyadari ada sesuatu yang salah, telinga nya mendengar desingan peluru yang menuju ke arah tempatnya berdiri.

"SIAL! TIARAP!" teriak nya pada semua orang.

'DOR! DOR!

Hanya tinggal dia dan gadis itu yang masih di dalam ruangan. Dia buru-buru duduk dan menolak gadis itu ke pada rekan setimnya.

"CAT!?"

"Apa yang terjadi, Cat?"

"Cat, katakan kau masih hidup bodoh!''

Suara ocehan dan teriakan terdengar menusuk telinga. Dia hampir saja mati, namun orang-orang di balik earpiece nya sungguh tak membiarkannya tenang.

Kepalanya menoleh kebelakang, namun lagi-lagi yang dilihatnya masih peluru yang menuju ke arah nya.

"Sialan." Meski mulut nya menyerapah keadaan, badan nya dengan gesit langsung berguling menghindari peluru yang datang dari balik kain hitam itu.

'DOR!' Matanya melotot ketika tembakan itu mampu membolongi dinding.

"James, kau tidak mengatakan keadaan ini, sialan," hardiknya pada seseorang di seberang earpiece sana.

Yang dikutuk hanya tertawa, sungguh serapahan ini menandakan bahwa teman nya masih dalam keadaan sehat dan aman.

"Bukan salah James, Catty. Apa yang bisa dia katakan tentang ruangan tempat penyekapan sandera?" ejek seorang perempuan dari seberang earpiece nya.

Dia tidak mempedulikan ocehan teman-temannya lagi. Tubuhnya dengan gesit segera berdiri dan menutup pintu. Menghalangi orang dibalik kain mengejar orangnya dan sandera yang sudah mereka selamatkan.

"Catty, apa yang kau lakukan?"

"Sialan, Cat. Jangan gegabah."

Catty melepaskan earpiece dari telinga nya dengan kesal mendengar ocehan teman-temannya.

Dia menghembuskan napas kesal, "Keluarlah, sialan."

'PROK PROK PROK'

Suara tepuk tangan pelan yang mengintimidasi terdengar seiring dengan jatuh nya kain hitam itu.

Ternyata, hanya sisi kanan dan kiri dari ruangan tempat nya berdiri yang merupakan dinding. Sedangkan sisanya, merupakan ruangan yang memanjang dengan pintu disebelah sisi sana. Ditengah sisi sana, duduk seorang wanita cantik yang dikelilingi 5 orang pria. "Mereka bahkan mengutus agen, huh?" tanya wanita itu dengan ekspresi meremehkan.

Mata Catty melihat ke arah wanita bergaun merah di seberang sana. Empat orang pria disekelilingnya berdiri tanpa senjata dan hanya satu yang memegang pistol. Mata gadis itu menajam. Ternyata, si sialan itu yang menembaknya. Pandangannya kembali fokus kepada wanita itu, "Kau pemimpinnya?", tanya nya to the point sambil menggaruk alisnya dengan malas.

"Ah, seorang wanita?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, wanita itu malah kembali bertanya.

Catty mendongak menghembuskan napasnya. Ah, apakah ini sudah lewat dari 5 menit yang dijanjikannya pada Jennie? Dia benar-benar kesal sekarang, "Jawab, jangan menghabiskan waktu ku, Bitch."

Berbanding terbalik dengan Catty, wanita itu cukup tenang. Tangannya yang lentik meraih gelas yang berisi wine dengan anggun. Tatapan keduanya saling terjalin tanpa ada yang mau mengalah.

"Katakan, berapa harga mu?" tanya wanita itu padanya dengan nada rendah. Melihat yang ditanyai hanya diam, wanita itu kembali melanjutkan ucapannya, "Buka harga nya, aku akan membayar mu dan kembalikan para gadis itu. Anggap saja hari ini kau tidak pernah bertemu dengan mereka."

Catty menggerakkan giginya. Sial, apa wanita ini mengira dia agen bayaran? Apakah Catty terlihat semudah itu? Dia mendongakkan kepalanya lagi dengan tangan mengurut lehernya yang kaku. Rasa-rasanya tensi nya meningkat. Tangannya yang di pinggang segera meraih sesuatu di balik jaket nya dan melempar ke bahu pria yang memegang pistol.

"ARGHH!"

Tanpa sempat pria itu menyadari apa yang dilemparkan Catty, dia merasa lengan atas nya basah oleh darah. Genggamannya pada pistol melemah. Para pria yang tersisa segera mengambil pistol mereka bersiap menyerangnya.

Wanita yang duduk di tengah itu mendecih pelan, "Apa kau yakin kau tidak ingin menerima tawaranku?"

"Bagaimana jika aku yang menawarkan dulu padamu?" tanya Catty yang dijawab dengan gesture tangan wanita itu yang mempersilahkan.

"Serahkan dirimu. Yang lainnya, bisa kita bicarakan di sana."

Catty melihat wanita itu hanya tertawa kecil.

Tangan wanita itu dengan lihai menggoyangkan gelas wine-nya dengan tenang. "Apa kau kira aku tidak bisa bebas jika sudah masuk kesana?"

Catty mengangguk paham mendengar pertanyaan wanita itu. "Kalian memiliki orang dalam, bukan?"

Mendengar tawa wanita di depannya, Catty sudah bisa menebak jawabannya. Gadis itu kembali menunduk, menggaruk alisnya yang sama sekali tak gatal. Itu adalah ciri khasnya ketika sedang tidak sabaran, caranya menahan diri untuk tidak mengambil pistol dan menembak orang-orang ini hanya dikarenakan kesal. Mata abu-abunya kembali menyoroti wanita berbaju merah di depannya.

"Biar ku tebak, kasus human trafficking, transaksi narkoba minggu lalu di pelabuhan, dan penyelundupan senjata bulan yang lalu, itu perbuatan kalian, kan?"

*****

Nah loh, apa iniiii?

Seraaa oh Seraaa, mengapa dirimu tidak bisa menahan diri untuk mengetik cerita yang satu ini?

Tau ah, pokoknya mari kita terjun di lapak Catty si Agen Intel ini. Janlup follow akun aku, vote n komen biar si Catty makin banyak yang notice. Thanks gaiss.

Love u All,

Sera<3

Terpopuler

Comments

Ditya R

Ditya R

Keren, Thor. Semangat /Smile/

2024-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!