Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Adrian langsung berjalan ke lemari dan menutup ruangannya, kemudian dia membuka lemari dan membuka lacinya, isi lacinya masih lengkap seperti sebelum dia tinggalkan dan dia memasukkan akte hibah yang di bawanya barusan. Setelah itu, Adrian duduk di sisi ranjangnya sambil berpikir,
“Ada yang masuk ke dalam apartemen ku, yakin banget nih karena aku inget kok udah nutup semuanya, gimana masuknya ya hmm ?” tanya Adrian dalam hati.
Dia berdiri dan berjalan keluar kamar, dia melihat ke kamar sebelah yang kosong dan memeriksa kamar mandi kemudian ketika sedang berjalan ke arah sofa, dia melihat lantai tergores di belakang sofa, Adrian menunduk dan menjulurkan tangannya, bekas itu seperti ada sesuatu yang di geser di sana.
“Hmmm....ini bekas apa ya,” ujar Adrian.
Tanpa sadar, tangannya terjulur ke dinding, “greeg,” “eh..apa,” Adrian berputar bersama dinding dan “jegleg,” dia tiba di kamar Elsa.
“Loh...loh...loh...loh...ini kamar siapa ? apartemen sebelah ya, waduh (mengendus) hmm wangi nya harum...aaah bukan itu, kenapa bisa muter di sini, gimana cara muter nya lagi,” ujar Adrian panik.
Adrian langsung meraba raba dinding mencari cara agar dinding berputar kembali, “duk...duk...duk,” dia mencoba memukul mukul dinding dan “jedug,” dia memukul dinding dengan kedua tangannya.
“Woi muter woi,” teriak Adrian panik.
Akhirnya Adrian memutuskan keluar dari kamar, begitu sampai di luar, dia melihat unit milik seseorang yang benar benar berbeda penataan ruangnya dari unitnya. Adrian menoleh melihat dapur dan kamar mandi yang sejajar tidak seperti miliknya,
“Jelaslah, unit ku antik,”
Tapi begitu dia menoleh ke arah sebaliknya, dia melihat kamar di depan yang menghadap jendela keluar, agak sedikit maju sekitar 1,5 meter dan besarnya sama seperti kamar utama nya. Adrian langsung masuk kembali ke kamar, dia menyalakan lampunya dan melihat sekeliling, dia membuka lemari dan melihat seragam sma perempuan di balik daun pintunya.
“Rasanya bukan, lemari ini baru ga kayak punya ku yang udah agak antik,” ujar Adrian mengamati lemari di dalam kamar.
Dengan ingatannya ketika dia melihat kamar yang sedikit maju, dia ke sudut kosong di kamar tepat di sebelah kamar sebelah. Dia mengukur 1,5 meter dari ujung sudut.
“Hmm kira kira lebarnya sama seperti ruang rahasia di belakang lemari itu, coba deh,” ujar Adrian.
Dia menoleh melihat sekitar dinding, tapi tidak menemukan apa apa, kemudian dia melihat sebuah meja tepat berada di sebelah 1,5 meter dari ujung sudut, di atas meja ada sebuah lampu yang terlihat agak antik, Adrian menjulurkan tangannya ke salah satu gagang lampu, “klek,” gagang lampunya turun ke bawah, “sreeeg,” Adrian menoleh melihat dinding naik ke atas. “Blar,” lampu menyala menerangi ruang rahasia.
Adrian mengintip ke dalam, isi ruang itu hanyalah rak tempat menggantung pakaian namun pakaian pakaian yang tergantung berbentuk aneh seperti gaun pesta mahal dari luar negeri dan beberapa stel tuxedo jaman dahulu. Adrian ingat foto sepasang pria dan wanita yang sedang menari di ballroom,
“Hmm ini baju baju nya ya,” ujar Adrian.
Dia menoleh melihat ke ujung ruangan, di ujung ada sebuah kota kaca yang berisi jam tangan yang sama dengan jam tangan yang dia temukan di ruang rahasia unitnya namun lebih kecil dan ramping seperti di design khusus wanita. Ketika Adrian ingin menyentuhnya, tiba tiba dia teringat kalau dia berada di unit sebelah.
Dia berlari keluar kemudian kembali ke dinding, dia mencoba coba mengetuk dinding kemudian dia mencoba mengingat apa yang dia lakukan sebelum dinding berputar, dia mencoba memperagakannya namun tidak berhasil. Akhirnya dia berjalan keluar kamar lagi dan langsung ke pintu depan. “Klek,” pintu depan terkunci rapat, tapi dia menyadari kalau dia membawa kunci unitnya.
“Coba, kali aja bisa, yang penting pulang dulu sebelum yang punya unit ini balik,” ujar Adrian.
Dia memasukkan kuncinya dan “klik,” ternyata dia bisa membukanya, kemudian dia langsung berlari ke unitnya, ketika dia menjulurkan kuncinya, “ting,” terdengar lift akan terbuka sebentar lagi, dia langsung cepat cepat memasukkan kuncinya dan masuk ke dalam, “brak,” dia menutup kencang pintunya. Setelah itu, dia cepat cepat berlari dan melihat ranjang ada di ruang tengahnya.
Ketika dia menoleh melihat ke dinding, ada sebagian wall paper yang terlepas dan ada tanda silang di dindingnya. Adrian mencoba menyentuh tanda silang itu dan “greeeg,” “jegleg,” dinding kembali berputar, kemudian “haaaah,” Adrian bersandar di dinding dan merosot ke bawah, dia terduduk lemas sambil memegang kunci unitnya.
“Selamet, tapi siapa yang masuk ke tempat ku ya, ampun deh, benar benar memacu adrenalin, kalau belum di operasi transplantasi jantung pasti aku sudah mati nih,” ujar Adrian sambil merasakan detak jantungnya.
Tapi tiba tiba, “waaaaaaaa...apa ini,” terdengar sayup sayup teriakan seorang gadis di balik dinding, “maaf,” ujar Adrian sambil mengatupkan tangan di depan wajahnya dan menempelkannya ke hidungnya.
******
Sementara di sebelah, Elsa terkejut sampai tertegun menganga melihat ada ruangan rahasia tepat di sebrang ranjang bagian atas nya.
“Ada maling ya ini ? pertama pintu depan ga di kunci, ga mungkin aku lupa kunci pintu, kedua pas masuk kedengeran bunyi sesuatu bergeser dari kamar, ketiga pas masuk kamar ada ruangan itu, telepon polisi aja apa....ntar, liat dulu isi ruangan itu, ntar kalau isinya senjata kayak di sebelah malah aku yang di tangkap,” ujar Elsa dalam hati.
Elsa turun dari kursi rodanya dan merangkak menuju ke ruang rahasia itu, dia mengintip ke dalam dan matanya langsung membulat,
“Wow,”
Dia terpana melihat deretan pakaian indah beraneka ragam dan nampak mewah. Tanpa berpikir panjang, dia masuk ke dalam kemudian melihat lihat, begitu melihat beberapa potong baju,
“Loh baju baju ini kan, bentar,”
Elsa langsung merangkak keluar kemudian dia membuka lemari dan memanjatnya, dia membuka laci mengambil album foto yang dia ambil dari sebelah. Dia kembali keruangan rahasia itu dan membuka albumnya, dia mulai mencocokkan pakaian pakaian yang di pakai pasangan di lukisan,
“Waaaw....semua pakaian ini ada di lukisan, mantap banget, aku cocok ga ya,” ujar Elsa kegirangan.
Dia mengambil satu baju dan mencoba memakai nya dengan tubuhnya, kemudian dia mengambil baju lainnya dan terus mengambil baju sambil mencoba memakai nya. Dia bolak balik ke cermin meja rias walau harus bersusah payah hanya karena ingin melihat dirinya cocok atau tidak memakai gaun gaun indah itu.
“Wah kurang cocok, emang harus bule sih ya, eh kalau ga salah papanya Lia yang waktu itu di rumah sakit juga bule kan ya, aku liat dari jauh aja sih,” ujar Elsa dalam hati.
Selagi dia membereskan gaun gaunnya dan melipatnya karena dia tidak bisa menggantungnya, dia menoleh melihat ada kotak kaca di ujung ruangan. Elsa merangkak menuju ke kotak, kemudian dia memanjat kursi yang ada di sebelahnya dan mengangkat tutup kotak, dia mengambil jam tangan wanita di dalamnya dan memakainya.
“Hehe keren, buat aku boleh kan, ini unit ku kan, bener kan, tapi ga nyala ya,” ujar Elsa.
Ketika dia menekan tombolnya, jam digitalnya langsung menyala dan waktunya menunjukkan waktu yang tepat sehingga tidak perlu di stel lagi, tapi setelah itu,
“Good Morning I,”
Terdengar suara laki laki seperti robot mengucapkan salam menggunakan bahasa inggris, Elsa yang mendengarnya kaget, tapi dia langsung melihat dan mengamati jamnya,
“Suaranya muncul dari mana ?” tanyanya.
Dengan semangat, Elsa menekan nekan semua tombol di jam tangan hanya demi mengeluarkan lagi suaranya. Tiba tiba, sebuah laser keluar dan memindai seluruh tubuh Elsa seperti alat scan,
“Body check completed, repair legs commencing,”
Cairan hitam pekat dan kental keluar dari bawah jam tangan, “wuaaaaah, apa ini,” teriak Elsa yang merasa geli. Cairan itu merayap melewati tubuh Elsa menuju ke dua pahanya, tiba tiba cairan itu berkumpul dan menumpuk di paha Elsa, setelah itu cairan itu mulai bergulung gulung membentuk sepasang kaki yang tersambung ke paha Elsa. Tentu saja Elsa langsung terkejut melihat sepasang kaki berwarna hitam menempel ke pahanya.
Warna hitam di kaki mulai memudar dan berubah menjadi warna kulit Elsa sehingga kakinya terlihat seperti benar benar kaki milik Elsa. Tentu saja Elsa yang melihatnya langsung terkejut, dia menutup mulut menggunakan kedua tangannya dan matanya tidak lepas dari melihat sepasang kakinya.
“A..aku punya kaki....aku punya kaki,” ujar Elsa.
Dia menjulurkan jarinya mencoba menekan kaki barunya, air matanya mulai bercucuran karena kaki itu benar benar mirip seperti kaki manusia.
“Syukurlah...papa...mama...kakek....nenek....aku punya kaki......aku punya kaki,” ujar Elsa sambil menangis dan tersenyum lebar.