Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria kecil yang malang
Saat sudah tiba dirumah sakit dimana Edward sedang dirawat, Samantha berlari memasuki sebuah rumah sakit khusus untuk ibu dan anak yang ada dikota itu dengan perasaan cemas.
Setelah mendapat ijin dari manajernya dan mengetahui alamat rumah sakit itu dari pengasuh yang dibayarnya, Samantha segera menuju rumah sakit itu tanpa membuang-buang waktunya.
Dia sangat Khawatir dengan keadaan Edward, walaupun anak itu bukan darah dagingnya tapi dia sangat sayang pada pria kecil itu.
Dia berharap Edward tidak apa-apa dan dia berharap, sakit Edward tidak parah.
Semenjak menemukan Edward, Samantha merasa bahagia. Bahkan dia lupa dengan perseteruan dengan ayahnya.
"Bisa kau beri tahu akan ruangan Edward Jackson berada?" Samantha bertanya pada resepsionis yang dia lewati.
"Bayi yang baru dibawa?" tanya resepsionis itu.
Samantha mengangguk dengan cepat, dia sudah tidak sabar untuk melihat pria kecilnya.
"Ruang nomor dua puluh tiga lantai lima, nona." kata resepsionis itu.
"Terima kasih."
Setelah berkata demikian Samanta segera berlalu pergi dan menuju kearah lift.
Setelah pintu lift yang membawanya kelantai lima terbuka,Samantha segera menerobos orang-orang yang berada didalam lift itu.
Dia tidak perduli orang-orang didalam lift memakinya karena yang sangat dia kawatirkan adalah Edward kecilnya.
Setelah tiba, Samantha mengedarkan pandangannya untuk mencari ruangan nomor dua puluh tiga.
Samantha melihat nomor setiap ruangan yang dia lalui dan pada saat dia berbelok keruangan lain tampak pengasuh Edward sedang duduk didepan ruangan itu.
Samantha segera berlari untuk menghampirinya dan dia semakin khawatir karena wajah Anne yang terlihat kawatir dan itu membuatnya takut.
Dia mulai takut terjadi sesuatu yang gawat dengan Edward.
"Bagaimana keadaan Edward?"
Tanyanya dengan tidak sabar saat dirinya sudah sampai didepan ruangan tempat Anne menunggu.
Anne hanya menjawab dengan sebuah gelengan karena dia sendiri belum tahu bagaimana dengan keadaan Edward.
"Aku tidak tahu, Edward sedang ditangani dokter dan aku dilarang untuk masuk."
"Oh ya Tuhan, apa yang terjadi dengannya?" Samantha tampak frustasi.
"Tadi waktu aku membawanya kemari badan Edward sangat panas." jelas bibi Anne dengan nada kawatir.
Wajah Samantha langsung pucat dan kakinya terasa lemas karena sungguh dia sangat takut terjadi sesuatu dengan Edward. Bagaimana jika Edward? Dia segera mendudukkan dirinya diatas kursi dan berusaha menepis ketakutan yang ada didalam hatinya.
Tadi pagi sebelum dia berangkat bekerja Edward tampak baik-baik saja dan ceria, tapi kenapa tiba-tiba kondisinya bisa seperti itu.
Samantha memejamkan matanya dan berdoa dalam hati. Dia berharap Edward dalam keadaan baik-baik saja dan mereka menunggu dengan perasaan cemas.
Tidak berapa lama pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter juga seorang perawat keluar dari ruanganan itu.
Samantha dan Anne berdiri bersamaan saat melihat dokter itu dan mereka segera menghampirinya.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan putra saya?" tanya Samantha dengan tidak sabar.
"Anda ibunya?" tanya dokter itu.
Samantha mengangguk dengan cepat.
"Anak anda terkena radang paru-paru." jelas dokter itu.
Samantha begitu kaget mendengar nya, Edward masih bayi bagaimana bisa terkena penyakit seperti itu?
"Tapi nyonya tidak perlu kawatir, beruntung anak anda cepat dibawa kemari. Jadi anak anda cukup dirawat beberapa hari disini." jelas dokter itu lagi.
Samantha bernafas dengan lega saat mendengarnya, untung saja apa yang dia pikirkan tidak terjadi.
"Terima kasih dok,boleh kah aku melihat putraku?" tanyanya.
Dokter spesialis anak itu mengangguk sedangkan Samantha langsung menerobos masuk kedalam ruangan itu setelah mengucapkan terima kasih kepada dokter spesialis itu.
Dia benar-benar tidak sabar untuk melihat malaikat kecilnya dan didalam sana, Edward sedang tidur dengan tidak berdaya diatas ranjang.
Samantha menangis melihat keadaan Edward, tanpa kehangatan kedua orang tuanya anak sekecil itu harus menderita penyakit radang paru-paru. Apakah ini karena dia kedinginan saat dibuang oleh orang tuanya?
Andai saja malam itu dia tidak menemukan Edward, entah apa yang telah terjadi dengannya dan sungguh dia tidak bisa membayangkannya.
Samantha menghapus air matanya dan segera mendekati Edward. Dia menunduk dan mencium pipi Edward dengan lembut.
"Hai..sayang. Apa kabarmu hari ini?" bisiknya pelan ditelinga Edward.
Anne yang mengikutinya dari belakang langsung meletakkan barang-barang yang sedari tadi dibawanya diatas lantai.
"Jangan kawatir Sam, dokter bilang Edward akan baik-baik saja." ucap wanita itu, dia mencoba menghibur Samantha.
Dia sedikit iba melihat wanita itu yang berjuang sendiri membesarkan anaknya tanpa kehadiran sang suami.
"Entah kemana perginya ayah Edward." pikir Anne dalam hati dan sungguh dia penasaran dengan hal ini.
Dia selalu bertanya-tanya dalam hati, apa kah Samantha telah menikah?
Sedangkan dirumahnya tidak didapati barang-barang seorang pria atau foto pria.
Jika memang suaminya bekerja diluar kota bukankah harusnya ada pakaian atau foto kebersamaan mereka.
Anne benar-benar curiga dibuatnya, ingin rasanya dia bertanya tapi dia takut menyakiti hati Samantha dan pikiran tidak baiknya mulai muncul
Bagaimana jika Samantha hamil diluar nikah? Ini jaman modern dan mereka hidup dikota yang bebas, semua bisa terjadi tapi bukankah tidak boleh menilai orang sembarangan? Sungguh Anne benar-benar penasaran kemana ayah Edward.
"Bibi Ann, apakah kau membawa barang-barang Edward?" tanya Samantha yang membuyarkan lamunannya.
"Oh...ya..aku membawanya." jawabnya sambil menunjuk barang-barang yang dia letakkan diatas lantai tadi.
"Baiklah bibi Ann, aku akan menjaga Edward. Sebaiknya bibi segera pulang sebelum hari gelap"
"Apa kau tidak apa-apa menjaga Edward sendirian?"
Samantha mengangguk, dia sudah banyak belajar dari wanita paruh baya itu dan sekarang dia mulai mengerti untuk mengurus Edward.
"Baiklah, besok aku akan datang lagi." kata Anne kemudian.
"Terima kasih bibi sudah membawa Edward kemari. "
"Jangan sungkan, itu tugasku."
"Apa kau mau aku bawakan sesuatu besok?" tanya Anne lagi
"Tidak...jika perlengkapan Edward telah lengkap bibi tidak perlu lagi membawakan apa-apa karena besok setelah bibi datang aku akan pulang." jawab Samantha.
"Baiklah Sam, aku akan pulang dan besok aku akan datang lebih awal." jawab bibi Ann mengiyakan.
Setelah berkata demikian wanita paruh baya itu segera pamit untuk pulang.
Samantha sangat bersyukur dia tidak salah memilihkan pengasuh untuk Edward.
Bibi Anne sangat baik dan pastinya sudah berpengalaman dalam mengurus bayi, tindakannya sangat cepat saat mengetahui Edward sakit.
Jika Anne tidak langsung membawa Edward kerumah sakit, mungkin keadaan Edward akan berbeda.
Samantha kembali mendekati Edward dan menyentuh tangan mungkin bayi mungil itu.
"Cepat sembuh sayang." katanya dengan pelan dan dia kembali menunduk untuk mencium dahi Edward dengan lembut.
not i'm promise