Gairah Cinta Pak Duda

Misca tak sengaja mencium pipi Devano. Semua itu terjadi secara cepat, sehingga keduanya merasa malu dengan wajah memerah.

"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya---"

"Lu-lupakan saja. Anggap kejadian tidak pernah terjadi!"

Misca mengangguk kecil sambil menunduk. Hatinya serasa tidak tenang karena sudah lancang mencium pria yang bukan miliknya. Semua itu bermula saat dia ingin memeriksa belanjaan apakah sudah dimasukan atau masih ada yang tertinggal. Namun naas, takdir malah membuat mereka berada diposisi serba salah.

Sesampainya di depan rumah keluarga Nina, Misca turun dari mobil dibantu security untuk membawakan belanjaan ke belakang.

"Terima ...."

Belum selesai mengatakan apa yang ingin diungkapkan, tiba-tiba mobil Devano langsung melaju kencang meninggalkan gadis itu.

"Lah, main melengos pergi aja. Baru juga mau bilang terima kasih, udah kabur. Dasar om-om dingin!" umpat Misca kembali berjalan masuk ke dalam rumah tanpa memikirkan tentang Devano.

Berbeda sama Devano yang malah mengingat kejadian beberapa saat lalu saat Misca mencium pipinya. Meski tak berbekas, tetapi rasa hangat akan bibir ranum tersebut terngiang-ngiang hingga membuat jantungnya berdebar kuat.

"Aarrrghh ... apa-apaan ini, Devano! Buang jauh-jauh pikiran itu. Ingatlah, di dalam hatimu hanya ada Manda, bukan Misca!"

"Manda, Manda, Manda!"

Devano berteriak keras di dalam mobil sambil beberapa kali memukul stir mobil demi meluapkan rasa kesal pada dirinya sendiri. Mungkin bibir mampu berkata seperti itu. Namun, hati selalu memanggil nama Misca.

Hanya satu kecupan di pipi akibat ketidaksengajaan membuat Misca berhasil memporak-porandakan hati yang sudah lama tak berpenghuni.

Setelah 40 menit lamanya, Devano turun dari mobil, lalu masuk ke dalam perusahaan. Pesetanan antara logika dan perasaan telah menghabiskan setengah tenaganya.

"Selamat pagi, Tuan Dev---"

Perkataan itu terhenti ketika Devano langsung masuk ke dalam ruangan pribadi tanpa menoleh ke arah sekretarisnya yang sudah berdiri menyambut kedatangan penuh senyuman.

"Issshh, Tuan Devano kenapa sih, nyebelin banget pagi-pagi. Aku 'kan, udah dandan cantik-cantik, pakai-pakaian sexy, tapi ... aaakhh, kesel, kesel, kesel!"

Wanita cantik bernama Syakilla Firmansyah berusia 25 tahun tampak marah, lantaran sang atasan tidak pernah tertarik oleh penampilan yang kurang bahan.

Sudah lama Killa mengincar Devano. Namun, tidak ada satu cara pun yang mampu menembus hatinya. Tak peduli sekeras apa hati pria itu bertahan dengan kesendirian dia tetap akan berjuang untuk mendapatkan cintanya.

Sementara Devano langsung pergi ke kamar mandi mencuci wajah berulang kali demi menghilangkan bayangan Misca yang mulai meresahkan.

"Nggak, nggak, nggak! Kau nggak boleh seperti ini, Devan! Sampai kapan pun hanya Manda satu-satunya wanita yang boleh kau cintai, bukan yang lain!"

"Dasar lemah! Baru dicium pipinya aja sudah gila, bagaimana kalau tadi dia cium bibirku. Bisa-bisa aku mati kutu, huaaa!"

Semua perasaan Devano luapkan di dalam kamar mandi. Entah mengapa rasanya seperti dihantui oleh penampakan cantik yang mengundang hasrat di dalam tubuh.

Tak hanya pikiran dan hati yang diserang, tetapi adik kecil yang sudah lama tidak hidup kini kembali menampakkan diri sampai-sampai Devano terkejut. Dia pikir sudah tidak berfungsi, ternyata kembali hidup dengan ukuran yang cukup menggiurkan.

"Astaga, apa-apaan ini! Ke-kenapa dia berdiri? Bukankah selama ini dia selalu mengerut nyaris tidak berbentuk dan sekarang lihatlah dia sudah kembali mekar?"

Entah Devano harus senang atau pusing menghadapi situasi tersebut, yang jelas ada rasa bangga tersendiri di dalam hati. Sudah 5 tahun ini semenjak kehilangan sang istri dia pun kehilangan semangat untuk memenuhi kebutuhan biologis.

Jangankan kepikiran untuk meluapkan hasrat yang terpendam, berkenalan sama wanita pun tidak pernah. Hari-harinya selalu disibukan oleh pekerjaan, bisnis, juga kejayaan. Sampai Cia sendiri juga bosan melihat ayahnya seperti tak ada semangat untuk kembali membina rumah tangga.

***

Di Sekolah Brilliant Stars terdapat dua gadis cantik dan imut yang terlihat bahagia karena mendapatkan nilai yang terbilang sempurna. Siapa lagi kalau bukan Cia dan Nina.

"Yeeey ... aku dapat nilai 8, Cia. Pasti Mama dan Papa senang deh, apalagi hari ini mereka akan pulang," ujar Nina, wajahnya berseri-seri seperti mendapatkan jackpot.

"Enak ya, jadi kamu, Nina. Dapat nilai bagus langsung kasih tahu orang tuamu, sedangkan aku? Daddy selalu sibuk dengan urusannya dan Mommy ...."

Cia tak berani meneruskan perkataannya ketika hati terasa sedih mengingat sedari kecil tidak pernah merasakan sentuhan hangat ibunya dan dibanggakan seperti anak pada umumnya.

Nina yang tidak tega melihat Cia bersedih, meskipun ditutupi oleh senyuman kecil tangannya refleks merangkul pundak sahabat tersayang.

"Sudahlah, tidak perlu sedih-sedih. Mommymu sudah bahagia di surga, sekarang 'kan, ada Mommy Misca, jadi bagaimana kalau kita kerja sama buat Om Varo jatuh cinta sama Bi Misca. Setuju?"

"Setuju! Kamu benar, Nina. Misi kita sekarang tinggal membuat rencana bagaimana si duda itu masuk ke dalam jebakan kita dan Mommy Misca juga tidak akan menolak untuk menjadi Mommyku!"

"Oke, siap, Cia! Aku akan membantumu dengan senang hati. Kita jodohkan Bi Misca sama Om Vero, dengan begitu kamu tidak akan sedih lagi karena sudah punya Mommy."

"Ohh, tentu jelas. Jika orang dewasa susah untuk jatuh cinta, maka kita yang harus memaksanya. Tenang saja, Tuhan pun tidak akan marah karena anak-anak itu tidak ada dosanya hahaha ...."

"Iya, juga, ya. Aku tidak kepikiran ke situ hahah ...."

Kedua gadis cantik tersebut bertos ria sambil tertawa senang. Rasanya Cia sudah tidak sabar ingin mendekatkan Devano dengan Misca dengan harapan yang besar.

...*...

...*...

...*...

...Bersambung...