Alexa

Anwar lagi-lagi curiga dengan sikap Evan, ia melihat ada yang lain dari sorot matanya. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dari benaknya, kini Alexa dalam masalah.

"Alexa!" sergah Anwar masuk kekamar Alexa tanpa mengetuk pintu.

Alexa nyaris membuka pakaian untuk berganti pakaian, ia mengira itu Evan dan ternyata papanya lah yang tengah berkunjung ke kamarnya. Melihat kedatangan Anwar yang tiba-tiba seketika membuat Alexa tegang dengan melihat wajah Anwar yang tengah memerah padam. "Papa"

"Apa papa lihat Evan keluar dari sini?" membatin.

Anwar menatap putrinya tajam, ia berusaha mencari jawaban dari mata putrinya yang terus menunduk ketika Anwar menatap nya penuh selidik.

"Sedang apa Evan dikamar kamu, Alexa?"pertanyaan itu terlontar, Alexa membulat sempurna apa yang ia takutkan akhirnya akan terjadi.

Alexa semakin terpojok, sepertinya pria itu sudah mencium hubungan nya antara Evan dan dirinya. Terlihat sangat jelas raut wajah nya begitu tegang ada amarah yang tertahan dari sosok pria yang kini menjadi ayah kandung nya.

"Jawab!"

Untuk pertama kalinya wajah Anwar terlihat begitu menakutkan bagi Alexa, ia tak sanggup menatap matanya saat ini.

"Di .. Di .. Dia me..mengambil barang.. I..iya .. Mengambil barang yang aku pinjam."Gelagapan.

"Dengar Alexa! Jika diantara kalian terjadi sesuatu kamu dalam masalah besar, sayang!"

Anwar pergi meninggalkan kamar Alexa. Ia berusaha untuk percaya dengan apa yang diucapkan oleh putrinya meskipun ia tahu jika tengah ada yang di sembunyikan oleh Alexa dari nya.

Malam itu terasa hening tepat tengah malam guyuran air hujan terdengar begitu riuh, Alexa sedikitpun tak bisa memejamkan kedua matanya ia ada sesuatu yang masih berputar-putar didalam benaknya.

Entah itu apa namun matanya sulit terpejam karena hal demikian.

Satu pesan mengalihkan perhatian nya. Alexa mengerutkan dahinya ditengah malam seperti ini masih ada orang yang terjaga dan menyempatkan diri untuk mengirimkan pesan.

"Nomor tak dikenal?" bergumam.

[Perkenalan kita terlalu singkat, aku masih ingin mengenal kamu lebih baik lagi. Bolehkah?]

"Hah! Gila, ini pasti si Felix. Siapa yang ngasih nomer gue ya"

Sejenak ia termenung, dan sudah menduga jika Clara lah yang sudah memberikan nomor ponsel nya kepada Felix.

Dia melempar ponselnya ke atas tempat tidur dan membiarkan pesan itu tanpa membalasnya.

Felix tahu pesannya sudah terbaca oleh Alexa, namun ia masih bersedia menunggu kesiapan Alexa agar ia memberikan hubungan perjodohan mereka kesempatan untuk saling mengenal.

"Felix, kenapa belum tidur sayang?" tanya seorang wanita setengah baya dengan penampilan yang sangat cantik.

Marina, nama ibu Felix ang selalu di kenal baik banyak khalayak didunia bisnis sebagai nyonya Xander.

"Belum ngantuk, ma"jawab Felix.

Kedua matanya Marina menelisik sesuatu didalam mata putranya tunggalnya itu, ada tatapan cinta yang begitu besar didalam nya ia tahu karena ia pernah mengalaminya selagi muda dan kini tengah terjadi pada putranya.

Wajahnya bersemu merah Felix mencoba memalingkan wajahnya dari sang ibunda, tatapnya membuat ia malu karena ia tahu jika saat ini Marina tengah menelisik sesuatu.

"Kamu jatuh cinta ya" menggoda Felix yang terus membolak-balik kan halaman buku yang tengah ia pegang.

Wajahnya memerah "Mama apaan sih, ma" sangkal Felix malu-malu.

Marina mencubit kecil hidung pria itu dengan manja "Kamu gak pinter bohong dari mama, Felix. Kamu suka sama gadis itu kan?"

Tidak ada jawaban namun bibir melengkung indah membentuk senyuman cukup memberikan jawaban bagi Marina. Putranya benar-benar jatuh cinta di pandangan pertama nya.

Wanita itu bahagia karena akhirnya putra mereka jatuh cinta, dan memilih kan jodoh yang tepat untuk Felix.

Beberapa kali ia mengenal kan wanita pada putranya sering kali ia tolak, dan entah mengapa setiap kali itu terjadi Felix selalu memberikan kesan buruk pada wanita-wanita itu dengan alasan mereka hanya menginginkan harta, kedudukan, dan nama.

Hal yang paling dibenci nya, dari wanita-wanita yang dikenal kan oleh Marina sebelum nya hanyalah seorang wanita bertopeng. Dari segi paras memang Marina tidak pernah gagal dalam memilih namun karakter Felix bisa diandalkan untuk membuka tabiat seseorang.

Pertemuan pertama atau yang sering disebut kencan, setiap kalinya mereka bersikap baik, Ramah, menyenangkan, namun dalam beberapa kali Felix memberikan ujian berupa materi mereka termasuk orang yang gagal.

Tapi, pertama kali nya ia merasa sudah kalah setelah bertemu dengan Alexa. Sebelum menguji nya ia terlebih dulu mencuri hatinya. Dan membuat ia terus mengingat wajahnya sehingga sulit untuk terpejam.

Ada wajah penolakan dari Alexa, namun sikapnya yang apa adanya meyakinkan dirinya jika Alexa tidak tertarik untuk harta dan nama melambung kan nama nya.

Disisi lain Alexa dilema dengan hubungan nya, Evan kini menunjukkan sikap posesif nya didepan Anwar. Terlihat jelas wajah marah dan cemburu nya membuat Alexa sulit untuk mengendalikan sifat Evan yang nyaris mengungkapkan hubungan mereka.

"Alexa hari ini kamu gak usah kemana-mana, oke?" kata Sofie mengambil sepasang sepatu dari tangannya.

Alexa mengeryit heran "Kenapa, gak usah ngatur gue deh" ucapnya ketus.

"Mas, kasih tahu anak kamu yang gak ada sopan santun nya ini!"kesal.

Anwar kelimpungan mengahadapi sikap mereka yang tidak pernah sedikitpun akur. "Untuk hari ini kamu ambil cuti dulu, bisa?" pinta Anwar.

"Gak bisa" jawab Alexa singkat.

Anwar mengusap kasar wajahnya entah bagaimana lagi menghadapi Alexa, agar ia mau menuruti nya tanpa harus bersikap kasar.

"Alexa ..."

"Pah, aku sudah menuruti kemauan papa. Dan jangan ganggu privasi Alexa, Alexa kerja buat diri Alexa sendiri gak minta sama papa kan?"Ucap Alexa emosi selalu dijadikan boneka untuk menuruti mereka dan mendengarkan ucapan mereka.

"Kamu! .."Anwar hendak menampar Alexa.

Namun Evan dengan cepat menahan Anwar untuk melakukan hal kasar itu lagi, semua orang tertuju padanya dan ia pun tidak perduli.

"Sekali lagi Om nampar Alexa. Gue yang akan bertindak!" ucap Evan.

Tanpa berpikir panjang Evan membawa Alexa pergi dan meninggalkan rumah itu. Pria itu tak mau lagi melihat wajah Alexa memerah karena bekas tamparan dari ayahnya.

Meskipun ia tengah marah dan dilanda cemburu namun, Evan tidak mampu membiarkan orang yang dicintainya disakiti oleh siapapun.

"Van, tindakan Lo tadi bakal buat orang rumah curiga. Gimana kalau mereka tahu hubungan antara kita?"cemas.

"Gue gak peduli!" cetus.

Alexa semakin khawatir, entah apa yang akan dilakukan Sofie dan Anwar terhadap nya setelah mereka mengetahui hubungan antara Evan dan Alexa.

Mereka pasti akan marah besar dan dia akan mendapatkan penderitaan lebih kejam dari Sofie dan Anwar.

Alexa takkan bisa membiarkan Evan terluka hanya gara-gara dirinya namun tidak ia pungkiri jika banyak sekali pengorbanan Evan terhadap Alexa demi membela nya didepan keluarga nya sendiri.