Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Di cafe flora,zhafira melakukan pekerjaannya seperti biasa.hari ini zhafira di minta lembur oleh pemilik kafe,karena melihat suasananya sangat ramai.
Pukul sebelas malam,zhafira baru bisa pulang, namun sayang malam ini tidak ada tumpangan untuknya pulang, karena ayu tidak masuk kerja sebab sakit.
"Fira, kamu malam ini pulang naik apa?" tanya meli menghampiri zhafira,yang sedang menyampirkan tasnya di bahu.
"Aku juga tidak tahu, mel! Apa ojek masih ada, ya?"
"Bagaimana kalau aku antar kamu, fira! Aku khawatir kalau kamu pulang sendiri, apalagi ini sudah larut malam." tawar meli,menatap fira.
Zhafira menghembuskan nafas,mengerti akan kekhawatiran temannya itu padanya,tapi dia juga tidak bisa membiarkan meli,yang harus pulang sendiri karena sudah mengantarkannya.
"Tidak apa-apa, mel. Terima kasih karena kamu sudah mau mengantarkan ku." Zhafira menepuk lembut pundak meli.
Meli menghembuskan nafas kasar,dia sudah menduga jika zhafira akan menolak ajakannya. sikap zhafira yang keras kepala, membuat meli tidak lagi berbicara karena baginya akan percuma.
Meli pun pulang terlebih dahulu,sementara zhafira berharap masih ada angkutan umum yang masih beroperasi.
"Huuh!" Terdengar hembusan nafas kasar, dari mulut zhafira.
"Zhafira!" seru seseorang,menghentikan motornya di depan zhafira.
Zhafira mengernyitkan dahi,dengan sedikit takut dia memperhatikan seseorang di balik helm full face nya.
"Arga!" pekik zhafira, terkejut saat laki-laki yang menghampirinya membuka helm.
Arga tersenyum tipis saat melihat zhafira, yang terkejut dengan keberadaannya.dia, adalah teman zhafira saat SMA dan arga juga merupakan teman dekat dirlan.
Namun sayang,pertemanan mereka renggang, saat dirlan tahu jika Arga memiliki perasaan pada zhafira.
"Kamu sedang apa malam-malam begini di jalan. Enggak takut diculik!" ucap arga,yang turun dari motor.
Zhafira tersenyum kikuk,menanggapi ucapan arga yang terkesan seakan menakuti seorang bocah.
"Kamu bisa aja! Lagian siapa yang mau culik aku, malam-malam begini." sahut zhafira terkekeh.
"Aku yang akan culik kamu!" lontar Arga, dengan nada beratnya, bahkan dia mengubah raut wajahnya menjadi datar.
Zhafira tersentak, ada perasaan tidak nyaman saat melihat raut wajah temannya itu,yang tiba-tiba berubah.
Perlahan dia memundurkan langkahnya. "Kamu bercanda, kan arga?" cicit zhafira, takut.
Arga menatap tajam zhafira, yang terlihat mulai ketakutan. "Aku tidak bercanda! Aku ingin memiliki mu, zhafira." Melangkahkan kaki perlahan,mendekati zhafira yang semakin ketakutan.
Jantung zhafira berdetak kencang, takut jika yang di katakan oleh arga itu serius.
"Ha... ha... ha...!" Seketika terdengar gelak tawa,dari arga yang sudah puas menakuti zhafira sampai benar-benar ketakutan.
"Arga...!" pekik zhafira kesal.
"Sorry,aku hanya bercanda, fira?" Dengan tanpa dosa arga cengengesan.
Zhafira memegang dadanya,yang masih berdebar karena takut.dia menatap arga dengan perasaan kesal.
"Itu tidak lucu, arga!" decak zhafira, memanyunkan bibir tipisnya.
Arga mengulum senyum,saat melihat sikap wanita yang masih mengisi hatinya,terlihat menggemaskan.
"Kamu sedang apa di sini malam-malam?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan.
"Aku baru pulang kerja." jawab zhafira singkat.
Arga mengernyitkan dahi. "Kerja? Bukannya kamu sudah menikah dengan dirlan." tanyanya heran.
Arga merupakan orang pertama,yang tahu jika zhafira dan dirlan akan menikah. tapi mungkin kini,dia orang terakhir yang baru mengetahui, jika dirlan membatalkan pernikahannya dengan zhafira.
Zhafira menghela nafas kasar. "Menikah!" sahutnya tersenyum getir.
Arga terlihat heran,melihat kekecewaan pada wajah zhafira.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Arga menatap lekat zhafira yang menundukkan kepala.
Zhafira menggelengkan kepala pelan, hatinya kembali merasa sakit,saat mengingat kembali semua kejadian mengenai pernikahannya, yang gagal dengan dirlan.
"Shit...!" Arga mengumpat dan tangannya terkepal.dia tahu jika saat ini,zhafira tidak baik-baik saja.
Arga mendekati zhafira yang hanya terdiam. "Aku antar pulang!" ujarnya tegas.
Zhafira mendongakkan kepala, melihat arga yang berjalan menghampiri motor besarnya.
"Aku bisa pulang sendiri, arga." tolak zhafira.
Arga menatap tajam zhafira. "Aku antar! Cepat naik!" titahnya,tidak ingin di bantah.
Dengan terpaksa,zhafira pun menuruti perintah Arga untuk pulang bersamanya.
Sepanjang jalan zhafira hanya terdiam,sedangkan Arga dia dapat melihat, raut wajah sedih zhafira,dari kaca spion motornya.
"Sebenarnya, apa yang telah terjadi pada mu dan dirlan. Hal apa yang telah aku lewatkan." gumam Arga di dalam hati.
Untuk saat ini, Arga tidak akan memaksa zhafira untuk menceritakan hal apa yang telah terjadi pada hubungannya dengan dirlan.
Tak membutuhkan waktu lama, motor yang di kendarai Arga sampai di halaman rumah heru.
Zhafira turun dari motor arga, dia pun berterima kasih dan pamit pada Arga.
Tinn.. tinn..
Sebelum Arga pergi,dia berpapasan dengan dirlan yang baru pulang dari kantor.namun hal yang membuat Arga terkejut,saat melihat kinan bergelayut manja memeluk tubuh dirlan mesra.
Arga mengepalkan tangan, seakan dia sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi,pada hubungan zhafira dan dirlan.
Dia pun pergi dari sana,tanpa ingin menyapa dulu dirlan yang tersenyum miring pada Arga.
Begitu pun dengan zhafira,yang terus melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Dia tahu jika di belakangnya,sudah ada dirlan yang baru saja pulang.namun zhafira tidak tahu,jika dirlan bersama kinan.
Sebelum zhafira naik ke lantai atas, terdengar suara manja kinan yang sedang merengek pada dirlan.
"Sayang... terima kasih untuk surprise nya malam ini. Aku bahagia sekali, kamu memang suami yang sangat pengertian."ucap kinan manja.
Kinan mengalungkan kedua tangannya di leher dirlan,dan menatap lekat wajah dirlan.
Kedua pasangan yang di mabuk cinta itu, saling menyatukan bibir mereka penuh kelembutan.
Zhafira yang melihat hal itu pun,segera memalingkan wajahnya ke sembarang arah.dia berusaha tegar melihat itu semua, meskipun di dalam hati kecilnya,merasakan sakit yang begitu perih.
Kinan yang menyadari keberadaan zhafira, tersenyum penuh kemenangan di dalam hati.dia puas telah memperlihatkan kemesraannya di depan mata zhafira.
Zhafira berjalan cepat menuju ke kamarnya,namun saat dia akan masuk lagi-lagi dia di kejutkan oleh kehadiran eric yang berdiri di depannya.
Dengan tatapan tajamnya, eric melihat raut wajah zhafira yang terlihat kesal.
"Ka-kamu, sedang apa berdiri di sana?" tanya zhafira,gugup.
Eric tidak menjawab,dia hanya menatap tajam zhafira yang terlihat takut.
"Maaf, aku pulang terlambat! Atasan ku meminta ku untuk lembur.Dan itu membuat aku pulang malam." Seakan tahu, apa yang sedang di pikirkan eric, zhafira pun segera menjelaskan semuanya.
"Kamu pulang dengan siapa?" tanya eric dengan nada dingin.
Zhafira tersentak,dia dapat menebak,jika eric melihat dirinya yang di bonceng oleh Arga.
"Aku pulang di antar teman ku! Malam sudah larut, kendaraan umum sudah tidak beroperasi lagi. Kebetulan arga datang di waktu yang tepat, jadi aku menerima tawarannya untuk di antarkan pulang." ujar zhafira menjelaskan.
"Siapa Arga?" tanya Eric, menatap tajam zhafira yang menundukkan kepala.