1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Mariam tidak langsung pulang ke rumah. Ia mau mampir ke rumah Cinta sebentar. Percuma juga dia ke rumah kakaknya karena waktu ia telpon tadi kakaknya lagi menemani sih istri tercinta belanja baju bayi. Maklum, suami bucin.
"Apa Garra akan memperlakukan aku sebucin kak Foster memperlakukan Mina nanti?" gumam gadis itu, bertanya pada dirinya sendiri.
Ia kembali mengingat kejadian di apartemen Garra tadi. Membayangkan permainannya terhadap laki-laki itu, yang membuat Garra mengalami sebuah kli maks yang begitu hebatnya. Mariam tersenyum bangga. Ia bangga karena bisa membuat seorang Garra yang bersikap kayak batu dan teramat dingin tersebut ada dalam genggamannya.
Mariam lalu memegangi pipinya yang kembali memerah ketika mengingat Garra bermain di dadanya. Ya ampun, padahal tadi dia sudah sangat terangsang. Ingin Garra melakukan lebih. Setidaknya mengemut miliknya, bermain di daerah sensitif pada bagian tubuhnya hingga ia mengalami pelepasan yang sama dengan pria itu. Dia juga kan penasaran bagaimana rasanya. Ia tahu memang enak, tapi kan belum pernah tahu itu rasa enak yang bagaimana.
"Nggak apa-apa. Dia kan bilang nggak pengen rusak aku, benar-benar ingin menjalin hubungan serius denganku." Mariam kembali bicara sendiri. Otaknya berjalan terus.
"Tapi aku juga pengen dia merusakku. Memangnya salah? Ah, aku akan menggodanya lagi nanti sampai dia tidak tahan merusakku." gadis itu terus bicara sendiri sampai sopir taksi yang ia naiki menatap aneh dirinya dari balik spion.
Gimana tidak merasa aneh coba kalau mendengarnya bicara begitu.
"Pak, pak, udah lewat dikit. Stop di sini aja pak. Aduh sih bapak sopir pake ngelamun segala lagi." celetuk Mariam. Ia tidak marah, orangnya memang begitu.
"Oh, maaf dek. Habisnya sih adek bicara aneh terus dari tadi sama diri adek sendiri. Bapak jadi nggak bisa konsentrasi jadinya
"Ya udah, udah. Ini ongkosnya pak, makasih ya." Mariam menyerahkan uang ke sih sopir kemudian keluar.
Gadis itu memasuki pekarangan rumah Cinta yang sederhana. Ya. Dari semua teman-teman dekatnya, Cinta memang yang paling sederhana. Ayahnya pekerja kantoran biasa, sedang mamanya seorang guru. Terkadang Cinta cerita dia iri dengan kehidupan Mariam yang bak seorang princess, tapi juga bersyukur dengan kehidupannya yang sederhana. Karena walau sederhana, ia sangat bahagia, apalagi keluarganya sangat harmonis.
"Cinta ... Yuhu! Bukain pintunya dong." Mariam berseru dari luar. Rumah Cinta ini ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan rumahnya. Jadi kalau berteriak begitu suaranya akan kedengaran sangat jelas.
"Cintaaa ... Cintaaa ... Kamu ada di rumahkah?" kali ini Mariam mengetuk sambil memanggil Cinta dengan heboh, bahkan memberi nada di setiap panggilanya.
Tak lama kemudian pintu terbuka. Menampilkan wajah Cinta yang menatapnya agak dongkol.
"Ini bukan hutan Mari, udah berkali-kali aku bilang jangan teriak-teriak begitu kalo ke rumah aku kan? Kamu tuh ya bener-bener." protes Cinta. Suaranya sengaja ia pelan-pelan kan.
Mariam mengernyitkan mata. Kok Cinta cara ngomongnya begitu? Kenapa pelan-pelan begitu? Ada yang lain, jangan-jangan di rumahnya ada tamu lagi.
"Kamu kenapa kecil banget suaranya? Emang ada siapa di dalam? Tam ..."
Mariam melangkah masuk melewati Cinta. Cinta ingin menahan gadis itu namun Mariam bergerak terlalu cepat hingga saat ia mencapai ruang tamu, langkahnya terhenti sendiri. Cinta menahan tawa dalam hati, melihat Mariam yang terdiam, cukup kaget melihat siapa tamunya. Tuh, sudah dibilang sih jangan teriak-teriak. Rasain malu sendiri kan.
Pandangan Mariam bertemu dengan sosok laki-laki tampan yang dia ketahui sebagai aktor terkenal. Siapa lagi kalau bukan sih Langit, Langit itu. Di sebelahnya duduk manajernya. Mariam tidak tahu siapa namanya. Pernah dengar Cinta bilang, tapi lupa.
Mariam meringis malu. Apalagi ia ingat dia pernah berbohong ke cowok itu soal nama. Dan langsung ketahuan waktu itu juga. Tak pikir panjang, Mariam berbalik, ingin kabu secepatnya daripada menghadapi aktor itu. Sebar-barnya dia, ia merasa aktor bernama Langit ini bukan orang sembarangan.
Entah kenapa Mariam merasa laki-laki itu sangat misterius. Seperti seseorang yang memiliki rahasia gelap dalam hidupnya. Entah itu hanya pikirannya yang terlalu berlebihan saja atau bukan, yang pasti Mariam tidak ingin terlibat dengan laki-laki seperti itu.
"Mau kemana?" Cinta menahannya. Mariam menatap Cinta, melirik Langit dan manajer pria itu, lalu menatap Cinta lagi.
"Em, tiba-tiba aku ingat mamaku pengen aku temenin ke arisan.
"Alah, aku nggak percaya. Kan kamu nggak pernah mau temenin mama kamu arisan, kan kamu cewek bar-bar yang sukanya senang-senang sama orang-orang yang seumuran kamu, bukan sama yang udah tua sekelas mama kamu dan teman-temannya." cerocos Cinta panjang lebar.
Astaga, bisa nggak sih dia bilangnya jangan di depan dua laki-laki di sana. Mariam kan bisa dianggap anak durhaka. Padahal kenyataannya tidak separah itu.
"Jangan jelek-jelekin aku depan aktor terkenal dong, kan kalo pria itu mulutnya ember, dia bisa saja bongkar keburukan aku sama netizen. Kita nggak ada yang pernah tahu Cinta. Kalo aku tiba-tiba jadi terkenal karena nama buruk gimana? Kamu mau tanggung jawab?"
Suara Mariam cukup kuat hingga sampai ditelinga Langit. Bibir pria itu melengkung, namun dalam sepersekian detik kembali datar. Dimas ikut menatap sang aktor, wajahnya tetap serius seperti biasa. Sementara Cinta menggeleng-geleng takjub. Hebat, hebat sekali. Imajinasi Mariam ini memang patut diberi jempol. Ratu terpercaya diri sejagat raya.
"Aku bener-bener heran, kok bisa ya ada perempuan yang sifatnya kayak kamu ini." katanya. Dan Mariam mengangkat dagu tinggi-tinggi tak lupa menunjukkan senyuman lebarnya.
"Cinta," suara Dimas menyadarkan Cinta. Ya ampun, dia sampai lupa ada tamu di rumahnya. Cinta menarik Mariam ikut duduk dengannya. Berhadapan dengan dua laki-laki tinggi, tampan yang satunya wajahnya sangat serius, satunya lagi sangat datar. Ibarat dua laki-laki dingin nan misterius berkumpul, menjadikan ruangan tersebut serasa menyeramkan.
"M ... Maaf, gara-gara temanku yang sedikit tidak waras ini aku jadi lupa sama kalian." ucap Cinta tidak enak. Mariam langsung melemparkan tatapan tajamnya pada Cinta. Enak saja ngatain dia gila.
"Jadi taman bunga itu bagaimana, Kau setuju menjualnya pada Langit?" tanya Dimas lagi.
"Ya. Orangtuaku tidak keberatan." angguk Cinta. Ada sebuah kebun taman bunga sederhana milik keluarganya yang tertarik dibeli oleh Langit. Itu alasannya dua lelaki tersebut berada di rumahnya.
"Kalau begitu tanda tangani ini. Aku sudah menyiapkan berkasnya. Bacalah dulu sebelum menandatanganinya." Dimas lalu menyodorkan sebuah map ke Cinta. Dua orang itu sibuk dengan berkas.
Sementara Mariam dan Langit hanya diam sejak tadi. Tatapan keduanya kembali bertemu, Mariam cepat-cepat membuang wajahnya.
"Kau yang namanya Bumi kan?" pertanyaan yang meluncur dari mulut Langit itu kontan membuat Dimas dan Cinta sama-sama menatap laki-laki itu, sedang Mariam terbatuk-batuk seketika.
habis ini minta dilatih sama Pascal atau Kellen ya Zo... biar menang nantinya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Duh gmna ya kalo Zoey ikut lomba lari...kalo msh ada wkt buat latihan..kali aj ya Zoey ada yg latih 😀
Tapi mudah2an Zoey menang yaa...biar ga ada yg bully Zoey..semoga kamu punya bakat lari terpendam Zoey yg org lain ga tau sama sekali...OMG cuma bisa mendoakan mu dr sini Zoey....semoga kamu ada wkt utk latihan....Semangat Zoey...
tq for Update Kk othor
semangat zoey...