Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 34
" Ihh!!! siapa juga yang mau luluhin hatinya, keegeran. " sinis Jillian.
" Kenapa gak izin sama saya keluar rumah? " tanya Dario.
" Emang harus ya? " tanya balik Jillian.
" Harus! saya ini suami kamu, sebagai pasangan suami istri komunikasih itu penting. " ucap Dario.
" Om Dokter aja gak pernah hubungi aku kok! buat apa kasih tahu." jawab Jillian.
" Kenapa harus perginya sama teman kamu itu!!!! " tanya Drio lagi.
" Kan cuman dia teman aku, gak usah marah-marah gak jelas Om Dokter! aku sama Gebri gak berbuat aneh-aneh. " ucap Jillian memutar bola matanya.
" Setidak nya kamu hubungi saya, izin sama saya bukan seperti ini! sudah pulang larut malam, gak kasih kabar! kamu lagi hamil!!! " seru Dario.
" Iya-iya, aku gak bakalan ulangin lagi kok! cuman kali ini aja. " ucap Jillian.
Dario berdecak pelan, pintar sekali istri nya membuatnya kicep menjadikan seolah-olah dirinya bersalah. awalnya ingin memarahi sikap Jillian sekarang malahan ia yang merasa bersalah melihat ibu hamil itu tampak kelelahan.
" Kamu jangan terlalu dekat sama teman lelaki kamu itu, gak baik wanita yang sudah menikah pergi berduaan. " ucap Dario.
" Kok Om Dokter tahu aku pergi berdua doang sama Gebri? " tanya Jillian menaik turunkan alisnya.
" Jangan-jangan Om lihat ponstingan aku kan? " tanya Jillian lagi.
" Alice memberitahu saya, kalau tidak dia beritahu saya juga tid ak akan tahu postingan kamu. " ucap Dario mengelak.
" Yakin, Alice yang kasih tahu? " tanya Jillian pasalnya wanita itu hanya menandai akun Dario saja, sangat-sangat ketahuan sekali berbohongnya.
" Ck, saya sibuk tidak ada waktu buka ponsel. " jawab Dario.
" Tapi kok sempat-sempatnya telepon aku berulang kali, liat postingan ku? " tanya Jillian lagi.
" Sudahlah, berdebat sama bocah seperti kamu membuat sakit kepala. " ucap Dario beranjak dari kasur.
" Bocah-bocah begini, lagi hamil bocah kamu ya. " gumam Jillian kesal.
" Om Dokter cemburu ya? "tanya Jillian tiba-tiba.
" G-gak! buat apa saya cemburu sama kamu? saya tidak mencintai kamu. " ucap Dario mengelak.
" Kalau gitu jangan larang aku mau dekat dengan siapapun kalau Om Dokter gak cemburu. " ucap Jillian telak.
Dario tidak menanggapi ia meneruskan langkahnya hinggan menjangkau pintu kamar.
" Mau kemana? " tanya Jillian.
" Mau keruang kerja sebentar, kamu sebaiknya bersihkan tubuhmu. " ucap Dario menutup pintu kamar dri luar.
Jillian terkikik geli melihat Dario yang pastinya cemburu, karena kedekatan nya dengan Gebrian rencana pertama nya berhasil.
" Mandi dulu deh, baru langsung tidur perut juga sudah kenyang. " gumam Jillian sendiri.
Dario menuruni anak tangga menuju dapur, ia akan membuatkan susu hamil untuk istrinya. semarah-marah apapun Dario pada Jillian pria itu tetap melakukan tugasnya sebagai seorang suami siaga terhadap istri dan calon anaknya.
Dario masih betah mengaduk-aduk isi dalam gelas nya sambil melamun memikirkan perkataan Jillian barusan, benarkan ia cemburu? tapi kenapa dia harus cemburu? dia tidak mencintai Jillian. tapi kenapa setiap Jillian jalan dengan teman cowoknya siapapun itu mampu buat Dario naik darah, ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan dalam hatinya.
" Kak! ngapain aduk-aduk sambil melamun? kesambet setan nanti. " tegur Alice yang kebetulan mengambil air putih didalam kulkas melihat Dario melamun sambil menganduk-aduk susu dalam gelas.
" Hah. " Dario tersadar dari lamunannya.
" Buat Jilli ya? " Tanya Alice.
" Iya, aku kekamar dulu. " ucap Dario melenggang pergi menaiki anak tangga.
Dario memasuki kamarnya dengan perlahan takutnya Jillian sudah tertidur, kalau pun tertidur bakal Dario bangunkan demi minum susu segelas? setega itu? ya terkadan Dario harus tega demi kebaikan kandungan Jillian.
KLEK...
Bertepatan Jillian baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan daster diatas lutut pastinya tanpa bra. kebiasaan Jillian semejak hamil tidak pernah pakai Bra saat tidur alasan nya karena gerah.
Suami mana yang tidak tergoda bukan? apalagi Dario yang hampir setiap hari tidur seranjang dengan Jillian, tapi pemandangan itu sudah biasa bagi Dario.
" Dari mana Om? kok bawa susu segala. " tanya Jillian mengeringkan rambutnya didepan cermin.
" Dari dapur, cepat habiskan. " ucap Dario meletkan diatas nakas.
" Sebentar. " ucap Jilian mendudukan dirinya dikasur dan meminumnya hingga setengah.
" Om mau susu? " tawar Jillian tanpa maksud apa-apa.
" Hah? su-susu? " tanya Dario melihat Jillian bergantian dari dada dan wajahnya.
" Iya, susu mau gak? " tanya Jillian.
" Em-emang boleh? " tanya Dario.
" Boleh lah, ini minum aja. " ucap Jillian menydorokan susu hamilnya yang tinggal setengah.
wajah Dario langsung berubah pias, mendengarnya. ia berpikir tadi susu yang ' itu ' memang otaknya saja yang ngeres sejak tadi.
" Kamu saja yang minum, saya gak mau. " ucap Dario merebahkan tubuhnya dikasur memunggungi Jillian.
" Loh kenapa? tadi katanya mau. " gumam Jillian bingung tanpa menaruh curiga Jillian menghabiskan nya hingga tandas.
Jillian ikut berbaring disamping Dario dan mulai memejamkan matanya sekitar satu jam Jillian terbangun merasa kakinya sangat sakit, nyut-nyutan tidak biasanya ia seperti ini.
Jillian meringis, membuat Dario yang tertidur disebelahny ikut terusik.
" Ada apa? " tanya Dario yang baru saja terlelap dari tidurnya.
" Kaki aku sakit Om Dokter, kenapa ya? " tanya Jillian mengurut kaki dan betisnya berasa pegal dan nyut-nyutan.
" Itulah akibatnya gak izin sama suami kalau mau jalan, jadi nya dapat karma. " ucap Dario.
" Ihh! mana ada ini karma, pasti gara-gara Om Dokter sumpahin aku kan! " tuding Jillian.
" Sembarangan! sejahat-jahatnya, saya tidak pernah menyumpahi istri sendiri. " sungut Dario tidak terima disalahkan.
" Terus kenapa tiba-tiba pegell begini.... gak enak lohh... " rengek Jillian.
" Karena kamu terlalu banyak berdiri, berjalan sana kemari makanya kaki kamu pegal. saya melarang kamu untuk tidak pergi keluar seperti ini yang saya takutkan. " ucap Dario mulai memijat kaki Jillian dengan minyak angin.
" Ibu hamil kakinya gampang bengkak, karena kebanyakan berdiri dan berjalan-jalan. kalau sudah seperti ini kamu pasti akan merasa pegal semalaman. " sambung Dario.
" Dulu gak pernah gini loh Om! selama bekerja dulu baik-baik aja. " jawab Jillian.
" Dulu kandungan kamu masih muda, sekarang sudah memasuki usia 4 bulan. wajar ibu hamil mulai mengalami gejala-gejala seperti ini. " ucap Dario.
" Pijatin terus, sampai aku tidur ya Om Dokter. besok aku harus sekolah. " ucap Jillian mulai memejamkan matanya dengan Dario yang senantiasa memijat kedua kakinya.
Butuh waktu 30 menit, sampai Dario mendengar suara dengkuran halus dari bibir wanita hamil itu, barulah Dario menghentikan pijatan nya karena istrinya sudah tidur nyenyak. tidak mungkin ia akan memijatnya semalam ia harus pergi bekerja.
Dilihatnya jam menunjukan pukul 23.30, besok pagi Dario harus pergi ke rumah sakit jam 06.00. Dario merebahkan tubuhnya ikut masuk kedalam bunga tidur Jillian.