Pernikahan yang di awali dengan perjodohan memang tidak banyak yang endingnya bahagia. Hal ini yang di alami oleh Nur Azizah, bahkan di usia nya yang baru menginjak usia ke 25 tahun dia harus menjadi seorang single parent alias janda.
"Maaf Zah.." ucap Raka Abdillah yang tak lain adalah suami dari Azizah.
"Kenapa kamu tega sekali melakukan ini pada ku Mas.."
Bagaimana kehidupan Azizah setelah di ceraikan oleh suami nya, dan fakta apa saja yang Azizah ketahui tentang suami nya selama ini? Ikuti terus karya terbaru author ya Readers...jangan lupa dukungannya selalu 🥰☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.Irawana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12 Kangen mantan istri
Mata bulat Kaivan menatap deretan stand yang berjajar rapih di hadapan nya. Bocah gembul itu terlihat kebingungan.
"Kamu tadi bertemu dengan Aunty Mochi nya di mana sayang," tanya sang Daddy.
"Ehm...di mana ya?" lirih Kaivan yang masih terlihat kebingungan. Beberapa kali tangan nya menggaruk tengkuk kepalanya, sedangkan kedua mata nya melirik ke sana sini mencari keberadaan stand Azizah.
"Boy..."
"Kai lupa Dad, di mana tempat aunty mochi nya," bocah blasteran arab itu menundukkan kepala nya. Ada semburat kecewa di wajah tampan itu. Kai dan Daddy nya berniat untuk mengucapkan terimakasih dan membayar mochi yang Kaivan makan tadi.
Mereka berdua sudah tiga kali memutari area bazar itu namun tidak menemukan keberadaan Azizah.
Jelas saja Kaivan dan Daddy nya tidak menemukan Azizah, karena saat ini wanita itu sudah berada di kontrakan nya. Setelah kepergian Kaivan tadi ada mahasiswa yang memborong sisa mochi nya jadi dia bisa pulang lebih awal.
"Ya sudah besok kita ke sini untuk menemui penjual mochi itu lagi ya?"
"Aunty Mochi Daddy bukan penjual mochi."
"Iya sayang Aunty Mochi, Daddy salah sebut tadi."
Akhir nya kedua nya pun meninggalkan area bazar itu dan kembali ke ruangan sang Daddy nya.
**
Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi Azizah dan Rizky. Namun di balik rasa lelah yang mereka berdua rasakan, ada rezeki yang luar biasa yang mereka peroleh. Semua dagangan Azizah laris manis tidak bersisa sama sekali. Penghasilan yang Azizah sangat di luar ekspektasi dia.
Sore ini Azizah berencana akan masak banyak, karena dia ingin memberikan sebagian masakan nya itu pada dua mahasiswa yang sudah membantu nya sebagai ucapan terimakasih. Dua mahasiswa itu siapa lagi kalau bukan Damar dan Galih.
"Semoga saja mereka berdua suka dengan masakan ku ini," ucap Azizah setelah menyelesaikan beberapa menu masakan rumahan yang sederhana yang dia masak sore ini.
Ada soup ayam, capcay dan ayam goreng ketiga menu ini yang sudah tertata di meja makan nya saat ini, sedangkan masakan untuk Damar dan Galih sudah tertata rapih di rantang. Tadi Azizah sudah menghubungi ke dua nya untuk ke rumah Azizah jika salah satu diantara mereka sudah ada yang pulang duluan.
*
"Mas...gimana sudah nemu apartemen yang sesuai dengan keinginan ku belum," cecar Rania ketika Raka baru sampai di rumah.
"Belum sayang...mas belum ada waktu untuk mengurus hal itu. Pekerjaan mas banyak banget akhir - akhir ini."
Rania langsung memberengut mendengar jawaban sang suami. " mas ini niat ngga sih beliin aku apartemen!"
"Iya sayang, tapi sabar ya nunggu kerjaan mas agak senggang dulu."
"Sabar..sabar..sabar...terus ! Kalau mas Raka ngga mau beliin aku apartemen bilang aja!"
"Bukan begitu sayang, membeli apartemen mewah seperti keinginan kamu itu kan butuh biaya yang banyak. Sedangkan kamu tahu sendiri perusahaan konsultan mas baru saja berkembang, mas harap kamu bisa mengerti."
"Itu terus yang selalu mas Raka katakan. Kan mas Raka sekarang sudah kembali menjadi hak waris keluarga mas Raka. Kenapa mas Raka tidak menjual salah satu aset keluarga mas aja sih. Aku rasa jika mas Raka menjual salah satu kebun teh yang ada di Bogor itu untuk membeli satu unit apartemen mewah yang aku ingin kan tidak akan ada masalah kan?"
Raka menghembuskan nafas nya dengan kasar, pikiran nya saat ini benar - benar sedang lelah sekali dengan begitu banyak nya deadline kerjaan yang harus dia kerjakan belakangan ini.
Tidak hanya pikiran dia yang lelah, badan dia juga terasa lelah sekali. Bagaimana tidak lelah semenjak Saka lahir dia setiap malam harus begadang mengurus anak nya. Jangan tanya peran Rania seperti apa setelah melahirkan, wanita itu seakan tidak ada beban sama sekali. Kerjaan nya tiap hari shopping, ke salon hangout bersama teman - teman nya untung saja Raka sudah menyewa ART jadi saat dia kerja Saka ada yang menjaga nya.
"Aku tidak bisa mengotak - atik harta peninggalan kedua orang tua ku sebelum pengacara Ayah membacakan surat wasiat. Dan tadi pak Bram menghubungi mas jika besok beliau menyuruh kita untuk datang ke kantor nya untuk mendengar surat wasiat yang ayah tinggalkan."
Mata Rania langsung berbinar mendengar apa yang suaminya ucap kan itu. Ini yang dia tunggu - tunggu selama ini. Menjadi istri sah Raka sudah dia rasakan saat ini, dan sekarang giliran dia menikmati seluruh kekayaannya keluarga Raka yang tidak terhitung nilai nya.
"Ya sudah mas, besok kita ke sana," ucap Rania dengan wajah sumringah.
Raka menganggukkan kepala nya sambil tersenyum manis ke arah sang istri yang saat ini berada di dalam pelukan nya.
"Sayang mas mau mandi dulu, kamu bisa siapkan air panas ngga."
Rania langsung melepaskan pelukan nya, wanita itu lansung mencebikkan bibir nya.
" Ngga usah manja deh...mas Raka kan bisa sih nyiapin air panas sendiri. Lihat nih aku tadi abis pasang nail art, nanti ngga cantik lagi kalau buat nyiapin air hangat untuk mas Raka. Lagian aku sudah ngantuk dan capek mas abis jalan - jalan tadi. Jadi aku mau tidur duluan, kalau mas Raka mau makan tinggal di angetin saja makanan nya. Tadi bibi sudah masak kesukaan mas Raka di lemari," ucap Rania dengan begitu entengnya. Bahkan wanita itu langsung melenggang pergi begitu saja meninggalkan suami nya.
"Astagfirullah...lama - lama aku semakin tidak mengenali kamu Rania. Kenapa setelah kita menjadi suami istri yang sah secara negara kamu palah berubah tidak seperti dulu lagi. Bahkan kamu tidak peduli dan perhatian pada Saka anak kita," gumam Raka dengan tatapan sendu memandang punggung istri nya yang lama - lama menghilang dari pandangan nya.
Lagi..lagi...dan lagi dia jadi teringat pada sang mantan istri nya dulu Azizah. Setiap pulang kerja dia langsung mendapatkan perhatian yang ekstra dari Azizah, air hangat sudah Azizah siapkan, pakaian ganti juga sudah tersedia di atas tempat tidur, makanan juga sudah tersaji di meja makan. Hal sekecil apa pun selalu tidak pernah Azizah lupakan jika itu berkaitan dengan Raka.
"Kenapa aku jadi merindukan Azizah ya... Astagfirullah, ngga...aku ngga boleh punya rasa rindu pada mantan istri ku. Aku harus menjaga perasaan Rania," ucap Raka sambil mengusap wajah nya dengan kasar.
Tidak ingin larut dalam pikiran yang tidak - tidak laki - laki itu langsung menuju ke kamar nya. Saat di kamar dia sudah menemukan Rania yang terlelap di atas kasur. Saja juga sudah tidur di box bayi nya, pasti ART nya yang menidurkan anak nya itu.
"Aku bukan Azizah mas, yang akan diam saja di perlakukan seperti pembantu mu, aku Rania Putri, yang tidak akan tinggal diam jika semua keinginan ku tidak kamu penuhi..." lirih Rania saat melihat sang suami sudah masuk ke dalam kamar mandi.
"Lihat saja nanti gimana aku akan mengendalikan mu mas Raka..."