Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Kemarahan Reyza
Setelah pulang sekolah, Panca mengumpulkan Reyza dan Ratu beserta para temannya. Di rumah kosong tak berpenghuni, Panca sengaja ingin membicarakan sesuatu terkait dengan apa yang terjadi di sekolah tadi.
"Gue mau bilang tentang Reyza, terutama ke lo, Nin. Dia gak akan bersikap kayak gitu kalau gak punya alasan, dan ini bisa dijadikan pelajaran juga buat kita." ucap Panca baru pembukaan.
"Udah, intinya gini. Kalau lo udah punya cowok ya, Nin, jangan menaruh suka ke gue. Bukan maksudnya gue gak menghargai lo itu enggak, gue cuma memposisikan diri sebagai cowok ya gak mau lah, jadi pengganggu hubungan lo. Dan gue mau mempertegas bahwa disini Ninda gak salah apa-apa." sambung Reyza.
Ninda mengernyit tak mengerti, "Ini maksudnya ada apa, ya? Kenapa seakan-akan gue yang jadi topik permasalahan?" tanyanya.
"Lo pernah nolak cowok?" Pertanyaan Panca seketika membuat Ninda bungkam. Gerak-geriknya seperti akan mengelak. Namun, sebelum itu terjadi Reyza lebih dulu menyanggah.
"Gak perlu ditutupin lah, kayak sama siapa aja. Biasanya karakter lo kan paling ceria, kenapa pas ditanya soal itu lo langsung gelagapan. Takut?"
Karena merasa disudutkan, Ninda mulai kesal.
"Kenapa sih, kalian semua jadi salahin gue?!" ketusnya jengkel.
Tatapan Reyza dan Panca sama-sama datar.
"Lo emang gak bersalah untuk soal ini, tapi lo salah ketika lo punya temen lain dan lo buka identitas kakak gue. Dan lebih parahnya lagi, lo sebar cerita tentang Mas Panca. Pertemanan disini tuh gampang, Nin. Gampang banget malah, sekalinya ada yang main drama, gue ladenin. Tapi, sekali lo bermain, gak akan kita kalahin. Dan setelah menang, lo jangan kembali lagi ke kita." Ucapan menusuk dari Reyza membuat Ninda panik.
Apalagi ditambah Ratu dan Intan yang hanya diam memperhatikan dirinya.
"Lo emang gak salah, Nin. Kita cuma kecewa aja sama lo, ternyata lo pinter sebar cerita. Padahal selama ini kita udah kayak saudara loh, bahkan Reyza udah mau tembak lo. Tapi, ternyata lo jual cerita di luar sana yang seolah-olah lo korban Tim Pencari Jejak ini." sahut Intan.
"Gue ke temen emang setia, Nin. Tapi, gak gampang dibegoin juga. Gue lebih takut kehilangan Reyza daripada lo. Kenapa? Adek gue terluka juga karena lo, karena ulah cowok yang suka sama lo tapi selalu lo tolak. Akibatnya ke siapa? Ke Reyza lah, dia dipukulin sampai lecet babak belur, ditanya orang tua jawabannya ditutupin. Dan ketika gue tanya, dia gak bisa tutupi rahasianya. Dia jujur diserang sama cowok, ternyata murid dari sekolah kita juga ya, Mas Panca." ujar Ratu.
Ninda semakin tak paham. "Siapa yang suka sama gue? Radit? Dia nyerang lo? Tapi, kan, dia itu udah lama suka nya ke gue dan dia juga gak ngejar-ngejar gue kok. Lagian gue gak sebar cerita juga soal Ratu sama Panca, kalian dapet informasi dari man—"
"Gue bilang lo sebar cerita tentang Ratu dan lo iri sama dia karena dia selalu dekat sama gue! Yang gue heran kenapa lo gak terima Radit, dan lo milih gue!! Lo ngerti gak apa yang bakal Radit lakuin kalo lo masih berharap sama gue?! Dia bakal celakain Ratu!! Dia itu kakak gue, Anj*ng! Argh!"
Amarah Reyza begitu meluap tak terkendali. Ninda sudah menangis menyesal karena dulu ketika ia masih kelas 7 SMP pernah menolak teman sekelasnya yang bernama Raditya Putra.
Dengan perasaan sakit hati Ninda hendak berlari pulang. Suasana sore hari sebelum petang, Reyza bergegas mencegat Ninda.
"Nin, Nin, gue minta maaf ya? Semua ini gue lakuin karena mereka." Begitu Reyza meminta maaf, beberapa anak kecil datang dengan tepukan masing-masing cukup meriah.
Wajah yang sejak tadi basah, kini Ninda menghapus air matanya.
"Ini apa?" tanyanya kalem, karena ia masih takut dengan Reyza.
"Mereka ingin menonton sebuah pertemanan yang dapat rusak hanya karena suatu perasaan. Semua ini rencana mereka. Dan buat mas Raditya, tuh, dia orang baik. Kita kerja sama dengan beliau, untuk soal semalem yang gue diserang itu emang beneran. Tapi, bukan dia pelakunya. Ada orang yang kayak om-om gitu, pelakunya udah ketangkep juga sih. Katanya itu penculik perempuan, lagi viral di daerah kita." jelas Reyza.