Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Pelet
"CLARA!" Nenek tua itu menatap lekat Dilara.
"Maaf saya Dila,"
"Pembunuh bayi," bisik nenek tua.
Sudut bibir Dilara menegang dan terangkat pada salah satu sisi wajahnya. Dilara segera mengontrol emosinya. Zehan menarik Dilara ke belakangnya.
"Maaf, saya anak dari Nyonya Devi. Mamah bilang saya disuruh mengambil titipan," kata Zehan.
"Iya, ini dia." Nenek tua itu menyerahkan sebotol air mineral ukuran besar.
"Apa hanya ini? Mamah ini aneh, kenapa gak beli di warung az sih," gumam Zehan.
"Eh anak muda. Ini bukan air biasa. Ini air istimewa." Nenek tua itu memukul lengan Zehan dengan tongkatnya.
"Awwwww. Kalo sudah tidak ada lagi, saya permisi," Zehan menarik tangan Dilara meninggalkan nenek tua itu.
Nenek tua itu terus memperhatikan Dilara. Masih terngiang di telinga Dilara, nenek tua itu membisikkan 'pembunuh bayi" di telinganya. Nenek tua itu terus menatap ke arah Dilara sampai mobil yang membawa Dilara menghilang dari pandangan mata.
Dilara yakin nenek tua itu adalah salah satu warga dari Desa Ghibah. Hanya warga di sana yang menuduh keluarganya pembunuh bayi. Dilara pun kembali diam. Dilara ingat, Bobby dan Ellie menjalin hubungan. Dilara bisa menyimpulkan, nenek tua itu adalah neneknya Ella, otomatis nenek tua itu adalah orang tua dari Ellie. Ada apa dengan mamahnya Zehan.
"Dila, Dila!" Zehan menyadarkan Dilara dari lamunan.
"Ya!" Dilara tersentak.
"Lamunin apa an sich?"
"Hmmm, Zehan. Boleh gak aku ketemu Mamah kamu?"
"Boleh, sekarang kita menuju kantor Mamah,"
Mereka terus menelusuri jalan raya yang padat merayap. Zehan membelokkan mobilnya masuk ke halaman kantor yang luas. Mereka langsung naik ke lift khusus ke ruangan CEO. Zehan menemui sekretaris di depan ruangan mamahnya.
Zehan dan Dilara kini berada di dalam ruangan Bu Soraya atau yang akrab dipanggil Aya. Zehan memberikan air mineral itu kepada mamahnya. Dilara dengan sopan mengenalkan diri. Dilara dengan hati-hati bertanya kepada Aya siapa nenek tua yang baru saja mereka temui. Aya hanya tersenyum.
Dilara kembali meminta maaf jika ceritanya kali ini menyinggung atau menyakiti hati Aya dan Zehan. Dilara pernah melihat Bobby keluar dari rumah sakit bersama dengan seorang wanita. Wanita itu adalah mama dari Ella teman mereka. Dan nenek tua yang baru saja mereka temui tadi adalah neneknya Ella.
"Dila, jadi maksud kamu, Papah selingkuh dengan Mamanya Ella?"
"Iya, Zehan,"
"Dan, orang yang kalian temui hari ini adalah Ibu dari si pelakor itu?" Aya emosi.
"Iya Tante," jawab Dilara.
"Mamah kok bisa kenal sama Nenek tua itu? Memang dia siapa? Beli air mineral kan bisa Mah di warung." Zehan terlihat kesal.
Aya menarik napas panjang. Aya mempunyai sahabat, Aya melampiaskan rasa sakitnya dengan curhat kepada sahabatnya. Sahabat Aya merekomendasikan seseorang kepada Aya untuk membuat si pelakor itu meninggalkan suaminya. Dan nenek itu adalah dukun yang akan membantu rumah tangganya.
"Tante, apa nenek itu dukun yang mujarab?" tanya Dilara.
"Katanya sih, Tante juga gak tau," Aya mengangkat bahunya.
"Terus cara kerja air mineral itu bagaimana?" tunjuk Dilara.
"Nenek itu bilang, buat dimandiin. Biar Om Bobby klepek-klepek liat Tante," jawab Aya.
"Dicoba az Mah. Biar sakit hati tuh pelakor. Kalo perlu Mamah adu az tuh pelakor sama emaknya," Zehan asal celetuk.
"Iya betul itu Tan. Manfaatkan kekuatan si Nenek untuk memisahkan Om Bobby dan Tante Ellie," sahut Dilara.
Aya diam memikirkan usulan Zehan dan Dilara. Aya yang hidup di zaman serba modern tidak begitu percaya dengan ilmu perdukunan. Tapi tidak salahnya Aya mencoba. Jika benar nenek tua itu sakti, Aya akan memanfaatkannya.
Aya masuk ke dalam kamar mandi di dalam ruangan kantornya. Aya mandi dan mencuci muka dengan air mineral yang diberikan nenek tua. Aya bersiap-siap pergi meeting ke kantor cabang di mana di sana akan bertemu dengan pimpinan kantor cabang yaitu Bobby.
Aya tiba di ruangan meeting. Bobby sedari tadi tidak mengalihkan pandangannya ke arah Aya. Aya terlihat berbeda, Bobby merasakan kerinduan kepada istrinya.
Meeting pun berjalan dengan lancar. Aya masih asik dengan laptopnya. Bobby berdiri di depan pintu, setelah semua orang meninggalkan ruangan meeting, Bobby mengunci pintunya. Kini yang tersisa di ruangan meeting hanya Bobby dan Aya.
"Bagaimana Pak Bobby? Apakah Anda setuju dengan hasil meeting kita hari ini?" Aya masih sibuk dengan laptopnya tanpa melihat ke arah Bobby.
"Sayang, maafin aku. Aku kangen kamu," Bobby memutar tempat duduk Aya.
"Maaf Pak Bobby, urusan kita sudah selesai," Aya bangkit dari tempat duduknya.
Bobby mendekatkan wajahnya. Aya segera menahan dada Bobby. Aya merasakan degupan jantung Bobby yang begitu kencang. Bobby menarik pinggang Aya hingga badannya menempel ke dada Bobby. Bobby langsung menyambar bibir Aya. Aya beberapa kali menolak tapi Bobby berhasil membuat Aya membuka mulutnya dan memberi akses untuk Bobby memberikan kenikmatan padanya.
TOK!
TOK!
"Maaf Pak Bobby, ada Bu Ellie di ruang Lobby." terdengar suara Assisten Bobby di luar.
Bobby menghentikan aksinya. Dengan napas yang terengah Bobby dan Aya saling berpandangan. Bobby mengelus lembut bibir Aya. Aya perlahan mendorong dada Bobby. Nampak kekecewaan yang dalam dari Aya. Bobby lebih memilih wanita itu daripada dirinya.
Aya membereskan laptop dan tas kerjanya. Aya keluar dari ruangan meeting. Bobby mengikutinya dari belakang. Aya melihat seorang wanita cantik di lobby yang tersenyum menanti Bobby. Untuk pertama kalinya Aya bertemu dengan Ellie. Aya akui Ellie adalah wanita yang cantik dan menarik.
"Bobby, aku menunggu mu untuk makan siang," Ellie berjalan ke arah Bobby sambil mengibaskan rambutnya.
Aya sungguh tidak menyangka Bobby begitu tidak tahu malu. Semua karyawan di kantor cabang saat ini menyaksikan perselingkuhan Bobby tepat di hadapan istrinya. Aya mempercepat langkahnya.
Tapi tidak disangka, Bobby mengejar Aya. Bobby meninggalkan Ellie di lobby. Ellie juga mengejar Bobby, menarik tangannya, membujuknya agar bisa pergi bersamanya. Bobby menghempaskan tangan Ellie.
"Sayang, tunggu!" Bobby berhasil meraih lengan Aya dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
"Apa-apaan ini," Aya mencoba keluar dari mobil Bobby.
"Tito, jalan!" Bobby memerintahkan sopirnya.
Tito menurunkan dinding sekat mobil memberi ruang privasi kepada majikannya. Tito menstarter mobilnya dan membawa majikannya meninggalkan kantor cabang.
"Pak Bobby, apa yang Anda lakukan," Aya sekarang berada di atas paha Bobby.
"Sayang, maafin aku. Aku tidak akan lagi meninggalkanmu."
Bobby mengusap leher Aya dari bawah ke atas. Hidungnya mengendus leher Aya dan menenggelamkan setengah wajahnya. Bobby meninggalkan kecupan demi kecupan lembut yang membuat Aya melupakan kesalahan terbesar Bobby.
Bobby mulai menyatukan bibir mereka. Bobby hanya memberikan lumatan-lumatan kecil. Dahi mereka saling menyatu, Bobby menyudahi ciumannya. Napas mereka saling tersengal. Terlihat mereka berdua saling menikmati apa yang baru saja mereka lakukan.
"Sayang, kita lanjutin di rumah," bisik Bobby.
Aya mengangguk pelan. Mereka berdua saling berpelukan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...