"Jangan pernah temui putriku lagi. Kamu ingin membatalkan pertunangan bukan!? Akan aku kabulkan!"
"Ti... tidak! Bukan begitu! Paman aku mencintainya."
Luca Oliver melangkah mendekati tunangannya yang berlumuran darah segar. Tapi tanpa hasil sama sekali, dua orang bodyguard menghalanginya mendekat.
"Chery! Bangun! Aku berjanji aku akan mencintaimu! Kamu mau sedikit waktu untukmu kan? Semua waktuku hanya untukmu. Chery!"
Tidak ada kesempatan untuknya lagi. Ambulance yang melaju entah kemana. Segalanya berasal dari kesalahannya, yang terlalu dalam menyakiti Chery.
*
Beberapa tahun berlalu, hati Oliver yang membeku hanya cair oleh seorang anak perempuan yang menangis. Anak perempuan yang mengingatkannya dengan wajah tunangannya ketika kecil.
"Kenapa menangis?"
"Teman-teman memiliki papa, sedangkan aku tidak."
Ikatan batin? Mungkinkah? Pria yang bagaikan iblis itu tergerak untuk memeluknya. Membuat semua orang yang melihat tertegun, iblis ini memiliki hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Forever
Sinar matahari senja memasuki ruangan kamar. Oliver masih menatap ke arah Bima."Diatas lima juta?" Tanyanya.
"Benar! Karena taruhannya nyawa. Sekretarismu (Mitha) mungkin mata-mata---" Kalimat Bima disela.
"80 juta per bulan masa percobaan. Mengingat kecerdasan dan loyalitasmu, gaji akan naik sesuai kontribusimu pada perusahaan." Sebuah jawaban dari Oliver membuat Bima menelan ludahnya.
80 juta? Tidak apa-apa, bahkan jika harus bekerja 14 jam sehari. Dirinya bahkan belum pernah melihat uang 80 juta di tangannya.
Terlahir dari kalangan bawah, tapi memiliki kecerdasan tingkat tinggi. Seperti pria biasa pemalas di luar, namun akal licik dan kewaspadaannya tidak dapat dianggap remeh.
Bima segera meraih pena dan kertas kosong menulis surat perjanjian, agar kala Oliver berubah fikiran dirinya memiliki kekuatan hukum.
"Kamu membuat apa?" Tanya Oliver pada teman masa SMU-nya.
"Surat kontrak kerja! Jaman begini sulit untuk menemukan orang yang jujur. Siapa tau kamu sekarang A, besok B. Sekarang aku susah-susah membantumu menjadi CEO hebat, tapi kamu malah memberi ku nilai 11 dari seratus. Sekarang aku mendukungmu, tapi kamu mengkhianatiku, seperti jurus mantan." Komat-kamit mulut Bima mengomel, dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sedangkan Oliver hanya dapat menghela napas menatap kelakuan eksentrik Bima. Dari dulu memang seperti ini, tidak ada yang berubah sama sekali.
Hingga materai ditempelkan.
"Ingat! 80 juta! Bonus sesuai kontribusi dan loyalitasku." Ucap Bima menelan ludah, meminta pria di hadapannya untuk segera tanda tangan. Walaupun dirinya tidak mengetahui sama sekali dengan cara kerja perusahaan. Tapi dengan tekad penuh Bima yakin dapat dengan mudah belajar.
Oliver tertawa, kemudian menuliskan satu poin, Bima tidak boleh protes, bahkan harus ikut memberikan gagasan. Mundur dari perusahaan juga tidak diperbolehkan. Kurang lebih itulah poin yang ditambahkan Oliver.
Barulah Oliver tandatangan."Tida apa-apa kan poin perjanjiannya aku tambah!"
"Tidak apa-apa, malah bagus, tidak ada tenggat waktu." Ucap Bima tersenyum hendak menyimpan kontak. Tapi tidak berhasil! Dengan cepat Oliver merebut kontrak kemudian menyimpannya sendiri.
"Kenapa kamu yang simpan!?" Tanya Bima.
"Kamu memang pintar, bahkan dapat dengan mudah mengetahui karakter manusia. Tapi taukah kamu memimpin perusahaan berbeda dengan menjadi detektif atau jaksa?" Tanya Oliver, membuka botol red wine kemudian menuangkannya ke dalam dua gelas yang berbeda.
"Bukannya hanya soal laba dan---" Kalimat Bima disela.
"Hal pertama yang diajarkan ayahku (Axel) dan Mahardika saat memasukkan perusahaan adalah membunuh atau dibunuh." Kalimat Oliver yang tersenyum sembari menyodorkan segelas red wine.
Bima menghela napas tidak mengerti sama sekali tentang apa yang dikatakan Oliver. Meraih gelas wine kemudian meminum sedikit. Rasa yang terlalu kuat di lidahnya. Mengapa minuman ini dapat begitu mahal? Mungkin itulah yang ada dalam otaknya.
Sedangkan Oliver tersenyum menemukan partner yang cocok. Tapi mungkin hanya satu kelemahan Bima, terlalu baik. Namun, beberapa tahun berlalu, bagaimana perilaku seseorang dapat berubah? Entahlah...
*
Memakai setelan jas rapi, sesuatu yang dibeli olehnya setelah mendapatkan uang dari Oliver. Menutup pintu tempat kostnya. Bima menghirup napas dalam-dalam, walaupun bukan udara segar tapi bau got depan tempat kostnya yang tercium.
"Mau kemana Bim, kenapa pakai baju rapi? Mau nikah ya?" Tanya Ibu-ibu yang tengah membeli sayur.
"Kerja! Ada teman yang carikan lowongan." Jawab Bima.
"Ih! Kerja kantoran sekarang! Gajinya berapa?" Tanya janda tetangga kos sebelah kepo.
"8..." Ucap Bima singkat.
"8 juta? Bima Tembak aku dong... dor! Dor! Dor! Diluar boleh, didalam juga boleh." Goda sang janda cantik.
"800 ribu." Candaan Bima.
"Yah! Pakai jas ternyata masih miskin." Sang janda cantik kembali cuek lebih memilih memainkan handphonenya.
Tapi memang begitu bukan? Lebih baik realistis daripada hidup di dunia mugen tsukoyomi (perbudakan dalam tidur abadi). Istilahnya bermimpi hanya dengan tidur di rumah uang dapat turun dari langit. Atau hanya bermodalkan cinta dan kebaikan hati tanpa usaha dan kesetiaan maka rumah tangga akan harmonis serta berkecukupan.
Melangkah keluar dari gang.
Kriit!
Mobil sport berwarna biru tua berhenti di hadapannya. Orang yang ada di dalamnya tentu saja Oliver.
"Setelah ini kamu harus belajar menyetir." Ucap Oliver.
"Siap Bos!" Bima tersenyum cengengesan memberi hormat.
"Bahasa formal." Perintah Oliver.
"Baik tuan..." Bima menunduk, wajahnya terlihat dingin seperti asisten profesional. Memang efektif, Joker ini dapat ditempatkan di segala situasi.
Sementara ini Oliver yang menyetir. Pemuda itu menyerahkan sebuah tab pada Bima."Susun jadwalku hari ini. Balas juga beberapa e-mail berbahasa asing. Satu lagi, susun strategi untuk membuat perusahaan F.T Hunger Group pailit."
"Pa... pailit?" Tanya Bima. Gila! Bagaimana nasib para karyawan perusahaannya. Selain itu menjatuhkan perusahaan lain itu agak...
"Kenapa? Kamu tidak tega? Mereka sudah mencuri data perusahaan kita. Jika mereka tidak pailit dalam waktu tiga bulan, maka perusahaan kita akan mengalami kerugian besar. Tau jumlah karyawan yang akan diPHK? Lagipula jika perusahaan ini lebih maju, kita dapat menambah jumlah karyawan." Ucap Oliver sedikit melirik pada Bima.
"Kamu bimbang? Biar aku beritahu. Mereka memasukkan beberapa orang penyusup ke perusahaan. Mencuri data penting dari produk yang akan diluncurkan. Pencuri seperti mereka menjadi pemimpin perusahaan? Gila!" Celetuk Oliver, ingin temannya berubah sedikit demi sedikit.
"Aku akan mengirim orang untuk menyelidiki kelemahan keluarga mereka. Lebih baik menemukan skandal yang viral, agar nilai saham turun. Rencana selanjutnya, biar aku susun dulu." Jawaban dari Bima membuat Oliver tersenyum.
"Omong-ngomong bagaimana caranya minta maaf ke Chery?" Tanyanya.
"Chery itu bucin mampus. Permen saja, asalkan kamu yang memberikannya, dia akan mengatakan I love you padamu." Bima menggeleng-gelengkan kepalanya heran di menatap ke arah majikannya. Yang tengah galau tingkat dewa.
Strategi yang diatur dengan baik oleh Oliver. Membiarkan Mitha untuk sementara ini sembari menyelidik pelaku sesungguhnya. Itulah yang akan dilakukan olehnya.
*
Hingga kala melangkah menelusuri lorong bersama Bima, langkah Oliver terhenti. Mengamati Chery yang tengah berdiri menunggu lift.
Memakai minidress berwarna hitam.
"Bima! Kamu cari lift yang lain dekat tempat parkir. Kalau tidak ketemu lewat tangga darurat saja!" Ucap Oliver merapikan penampilannya.
"T....tapi kantormu ada di lantai 9." Keluh Bima.
"Olahragalah sedikit untuk kebugaran." Sebuah kalimat tidak tahu malu dari Oliver melangkah meninggalkan Bima.
"Dulu saja galau! Sekarang sakau! Cinta membuat kecanduan! Makan tuh cinta!" Komat-kamit mulut Bima mengomel, mencari keberadaan lift yang lain.
Sementara itu Chery beberapa kali menekan tombol lift. Namun kala pintu terbuka, Oliver ikut masuk.
Kini hanya mereka berdua yang ada di dalam.
"Chery..." Panggil Oliver.
"Em?" Chery tertunduk.
"Mau berkencan? Kita sudah lama tidak keluar." Kalimat yang diucapkan Oliver setelah sekian lama, membuat Chery membulatkan matanya.
"Kamu tidak sedang mabuk atau sakit kan?" Tanya Chery memeriksa suhu tubuh pacarnya.
"Coba tebak, aku mabuk karenamu..." Bisik Oliver, mengecup bibir Chery.
"A...aku mimpi indah..." Chery malah tiba-tiba pingsan tidak sadarkan diri. Terjatuh tepat dalam pelukan Oliver.
"Dasar! Bagaimana aku dapat membencimu. Aku terlalu mencintaimu..."
Udah bolak balik liat thor
hehee...
lanjut 👍🌹❤🙏😁