“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Harus Hati-Hati
Beberapa saat sebelum Hardy memergoki Tiara dan Alvin—
Hardy diminta untuk menyelesaikan proses pendaftaran dan administrasi Sisil, istrinya. Hardy pun turun ke lantai bawah untuk menuju ke kasir Rumah sakit.
Andi turut mengikuti Hardy dari belakang, sepanjang perjalanan menuju kasir, mereka terlibat beberapa obrolan serius. Entah apa yang Hardy bicarakan, namun sepertinya itu memang hal yang serius.
Sesampainya di lantai bawah, Hardy memicingkan matanya. Ia memperhatikan dua orang yang tengah berada di depan rumah sakit, sedang mengisi sebuah formulir.
“Andi, bukankah itu Tiara dan si CEO Antariksa?” tanya Hardy.
“Ah, iya. Sepertinya itu mereka! Sedang apa mereka di sini?”
“Aku akan membuktikan ucapanmu tempo hari lalu. Kau tunggu di sini, ya! Aku akan memastikan benar atau tidaknya ucapanmu itu.”
“Tuan, jangan macam-macam. Apa yang akan kau lakukan?” Andi sedikit khawatir, mengingat Hardy tak boleh sembarangan menyenggol Antariksa.
“Tenang saja, aku tidak akan melakukan apa-apa,”
Hardy berjalan mendekati Tiara dan Alvin yang sedang sibuk menandatangani beberapa formulir. Hardy tak sengaja menguping pembicaraan mereka. Hingga akhirnya Hardy juga membenarkan ucapan Andi kala itu.
Oh, ternyata benar apa yang diucapkan Hardy. Tiara sepertinya bukan istri sungguhan. Mana ada istri memanggil Tuan pada suami? Tapi, ini masih belum kuat. Aku harus memastikan hal yang lainnya lagi. Tiara, kenapa kau harus terjebak dengan orang seperti dia? Apa kau sengaja membuatku cemburu seperti ini? Batin Hardy.
“Hai, Tuan muda Antariksa, ternyata kau ada di sini! Ah, senang sekali berjumpa dengan Anda. Sedang apa kalian di sini? Sungguh, ini adalah sebuah kebetulan yang tak direncanakan!” ujar pria di belakang Alvin dan Tiara.
Ternyata, dia adalah Hardy Satria. Mantan suami dari Tiara, dan juga CEO Gelora Utama. Hardy tiba-tiba saja mengagetkan mereka berdua. Entah sudah berapa lama, Hardy ada di belakang Tiara dan Alvin.
Deg. Alvin dan Tiara berbalik bersamaan.
“H-hardy? S-sejak kapan kau di belakang kami?” Tiara kaget bukan main.
“Kau! Kenapa kau ada di sini? Apa yang kau lakukan?” Alvin menatap Hardy dengan tatapan tajam penuh tanda tanya.
Sial, apa dia menguping pembicaraanku dengan Tiara? Batin Alvin sedikit khawatir.
“Istriku akan melahirkan, aku sedang mengurus pendaftarannya,”
“Istrimu? Melahirkan?” Tiara teramat kaget.
Aku bercerai dengannya belum ada sembilan bulan. Tetapi, istrinya sudah melahirkan lagi? Tuhan, apa mungkin dia telah menghamili wanita itu sebelum menikah denganku? Hardy brengsek! Pria kurang ajar! Sudah membohongi aku, berpura-pura jadi orang miskin, kini apalagi yang disembunyikan olehnya? Istrinya melahirkan? Hardy badjingan! Tak tahukah betapa hatiku ini sangat sakit mendengarnya? Batin Tiara.
“Oh, kau sudah punya istri? Semoga bayi dan istrimu selamat juga sehat!” tutur Alvin sedikit kaku.
“Sudah selesai ‘kan? Ayo pergi!” Tiara memegang tangan Alvin dengan sedikit paksaan.
Tiara pergi meninggalkan Hardy, dengan menarik tangan Alvin untuk segera ikut dengannya. Alvin tak bisa melakukan apa-apa. Cengkeraman tangan Tiara amat kuat memegangnya. Terlihat sekali jika Tiara tengah sedih dan terluka.
Tiara kembali ke ruang tunggu radiologi, di mana adiknya tengah melakukan pemeriksaan MRI saat ini. Tiara langsung duduk, rasanya lemas sekali mendengarkan ucapan Hardy tadi.
Sakit sekali hati dan perasaannya saat ini. Bagaimana tidak? Luka itu masih belum sembuh, perasaan itu masih tersiksa dengan kenyataan ini. Kenapa dengan mudahnya Hardy terus-terusan menyakitinya?
Alvin pun duduk di sebelah Tiara, seolah merasakan apa yang Tiara rasakan saat ini. Cuaca semakin malam terasa semakin dingin. Alvin tak tega melihat Tiara hanya mengenakan kaos oblong.
Alvin dengan sigap membuka jaketnya, lalu memakaikan jaket itu di bahu Tiara. Tiara kaget, ia menatap Alvin, seolah tatapan matanya mengisyaratkan, jika ia berterima kasih pada Alvin atas jaket ini.
“Kau terluka? Cerita saja, tak usah ragu. Aku siap mendengarkan semuanya,”
Tiara menangis tersedu-sedu, sudah sejak tadi ia tahan, akhirnya semua air mata itu tumpah, dan ia tak bisa menahan tangisnya. Air mata terus mengalir, dan rasa sakit itu sangat menyiksa dirinya.
“Dia pria terkejam di dunia ini! Dia pria brengsek yang pernah aku kenal! Sudah berkali-kali dia menyakiti dan membohongiku, kenapa kali ini dia harus mengulanginya lagi? Dan kenapa aku begitu lemah? Kenapa aku tak bisa melawannya? Kenapaaaa?”
“Karena kau wanita! Jika pria bermain dengan ucapannya, wanita pasti bermain dengan hatinya! Dan karena hal itulah, wanita sering merasa terluka!”
“Dia meninggalkan aku setelah resepsi pernikahan. Dia menghilang bak ditelan bumi. Dia tak pernah kembali. Hatiku masih sakit karena ditinggalkannya. Kini aku baru tahu, ternyata dia berbohong padaku. Kukira dia hanya pria biasa yang mencintaiku, tapi ternyata dia adalah seorang CEO perusahaan! Dan kini, istrinya sedang melahirkan? Apa? Melahirkan? Aku dan dia baru saja cerai sekitar delapan bulan, itupun kurang! Tapi kenapa bisa-bisanya istrinya akan melahirkan sekarang? Kurang ajar! Berarti, sebelum aku menikah dengannya, dia sudah menghamili wanita lain! Berarti, dia meninggalkanku karena wanita itu! Dia meninggalkanku karena ada wanita yang telah dihamilinya! Aaarrgghh, kurang ajar! Aku sangat membenci dia! Sangat, sangat!” Tiara kembali menangis, saat ini, menangis dan mengeluarkan isi hati, adalah hal yang tepat untuk membuat Tiara lega.
Alvin berusaha menenangkan Tiara. Meskipun ia sangat muak mendengar drama percintaannya, Alvin sebisa mungkin tak menghancurkan moment kesedihan Tiara.
“Bisa disimpulkan, ternyata kau masih sangat mencintainya …”
“Tidak! Aku amat sangat membencinya!”
“Benci dan cinta adalah dua senyawa yang tak bisa dipisahkan. Tak mengapa, tapi kuharap kau tak berlarut-larut. Apa kau ingin kembali padanya?” tanya Alvin serius.
“Tidak! Aku tak sudi kembali pada pria brengsek seperti dia! Aku sudah muak dengan semua ini!”
“Yasudah, tarik lagi kesedihanmu! Hapus air matamu! Untuk apa berlarut-larut menangisinya? Bukankah pria di dunia ini sangat banyak? Kau bisa mencari penggantinya! Bahkan, pria yang lebih segalanya dari dia! Jangan cengeng! Dasar wanita, apa-apa pakai perasaan. Pantas saja mudah menangis!” Alvin mulai kembali ke setelan awal.
Saat Alvin tengah berusaha menenangkan Tiara, tiba-tiba ia mendapat sebuah pesan di ponselnya. Pesan dari Doni, yang membuat Alvin terperanjat kaget.
“Tuan kau harus hati-hati pada pria itu. Dia sepertinya mulai curiga, tentang pernikahan kalian. Dia mulai tahu, jika kau tak menikah sungguhan dengan Nona Tiara. Jangan sampai dia menghancurkan perusahaanmu karena hal ini. Aku sudah mengetahui semua tentangnya. Nanti akan kuceritakan semua padamu, Tuan. Untuk berjaga-jaga, kau harus terlihat romantis pada Nona Tiara. Kalian harus terlihat seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya. Jangan salah, ada banyak pasang mata yang tengah mengawasi kalian mulai dari saat ini …”
Alvin syok, ia tak membalas pesan Doni, namun setelah membaca pesan itu, Alvin refleks langsung memeluk Tiara, mendekatkan kepala Tiara pada dada bidanya. Alvin mengusap lembut kepala Tiara yang tengah menempel di dadanya. Deg, jantungnya jadi berdebar semakin kencang kala ia melakukannya.
“T-Tuan, apa maksudnya ini?” Tiara kaget, karena Alvin tiba-tiba memeluknya.
“Sayang, tenanglah, ada aku disisimu. Aku akan membalas sakit hati itu dengan mencintaimu secara ugal-ugalan!”
“Tuan, apa kau mabuk?” Tiara sungguh heran dengan apa yang dilakukan Alvin saat ini.
Ini akting, karena Doni menyuruhku. Tapi, kenapa? Kenapa aku merasa jantung ini berdebar sangat berlebihan? Kenapa juga pelukan ini malah terasa nyaman sekali? Hangat, hangat sekali. Batin Alvin sambil masih memeluk Tiara.
Astaga, sialan. Aku tak sadar. Hatiku bicara apa barusan? Sungguh, Alvin sendiri tak bisa menebak isi hatinya seperti apa.