Setelah terbangun dari mimpi buruk di mana ia dibunuh oleh pria yang diam-diam ia kagumi, Ellison, Queen merasa dunianya berubah selamanya.
Sejak hari itu, Queen memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam kehidupan Ellison. Dia berhenti mengejar cintanya, bahkan saat Ellison dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Setiap kali bertemu Queen akan menghindar- rasa takutnya pada Ellison yang dingin dan kejam masih segar dalam ingatan.
Namun, segalanya berubah saat ketika keluarganya memaksa mereka. Kini, Queen harus menghadapi ketakutannya, hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menghancurkannya dalam mimpinya.
Bisakah Queen menemukan keberanian untuk melawan takdirnya? Mampukah dia membatalkan pertunangan ini atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Di taman belakang sekolah yang sunyi, Geo dan Alexi duduk bersebelahan di bangku tua yang lama tidak tersentuh. Angin sepoi-sepoi berhembus, namun suasana di antara mereka tetap terasa tegang.
Setelah beberapa saat berlalu dalam keheningan, Geo menghela nafas panjang dan memulai percakapan yang sudah lama tertunda.
"Sebagai kakak tiri, gue mau bicara jujur sama lo, Lex," ujarnya lembut namun tegas. "berhenti cari perhatian sama kita. Entah apa tujuan lo melakukan itu?"
Kata-kata itu seperti pukulan bagi Alexi, ia menunduk dalam-dalam, merasakan beratnya setiap silabel yang diucapkan Geo.
"Gue sadar salah. Vale sempat bilang gue nggak lebih dari parasit buat kalian. Itu yang buat gue sadar," lanjutnya, suaranya pelan namun pasti.
Alexi menggigit bibirnya, berjuang menahan air mata. "Dan terima kasih karena udah perhatian sama gue sebagai adik tiri lo," katanya, akhirnya menatap Geo dan memberanikan diri tersenyum, berharap menghapus kecanggungan.
Senyum kecil merekah di wajah Geo, menenangkan hati Alexi yang cemas. "Minta maaf sama Vale, ya. Gue denger Vale duluan minta maaf sama lo," pintanya lembut.
"Bakal gue usahain, ternyata Vale enggak seburuk yang gue pikir selama ini." jawab Alexi suaranya serak.
Geo mengangguk mengerti, sebelum beranjak dia meraih kepala Alexi dan mengusap rambutnya sejenak, sebuah isyarat persaudaraan dan pengampunan.
"Gue tunggu saat-saat itu tiba," katanya sebelum melangkah pergi, meninggalkan Alexi dengan perasaan campur aduk namun lega.
Orang yang diusap hanya terperangah tanpa suara, sulit menerima perlakuan yang tak terduga. Geo membalikkan tubuhnya sebelum melangkah lebih jauh dan berkata dengan raut skeptis, "mau turun bersama?"
Alexi tersenyum tiba-tiba dan berlari ke arah Geo, menganggukkan kepalanya cepat.
Di tempat parkir, Renata menunggu nonanya yang belum juga muncul. Melihat kelompok inti The Devil keluar dari sekolah, dia terkejut dan segera mendekati Ellison di depannya.
"Tuan muda," panggil Renata.
"Nona muda mana? Kenapa dia belum juga turun?"
"Dia masih di atas," jawab Ellison.
Renata menggumam tak biasanya sang nona terlambat, "Dia baru selesai menjalani hukumannya," ucap Gio, memotong keheningan.
"Hukuman?" Renata mengerutkan dahi, kebingungan. "Non Vale?" tanyanya lagi.
Gio hanya mengangguk pelan.
"Dia dihukum karena apa?" tanya Renata dengan rasa ingin tahu yang mendalam.
"Karena dia menyerangku," bukan Gio yang menjawab, tapi Alexi yang datang bersama dengan Geo dari belakang.
Renata membela dengan tegas"Gak mungkin Non Vale mulai duluan kalau kamu gak duluan yang ganggu dia."
Alexi menatap ke bawah, suaranya gemetar ketika ia mengakui, "Kamu benar, aku yang merusak violin nya."
Renata, dengan sorot mata yang tajam, menimpali, "Kan aku bilang apa? Kamu jangan sembarangan menyentuh barang kesayangannya!"
Tiba-tiba, suara Renata mereda, dan ia berbisik serius kepada Alexi,"Tapi tahu tidak, biasanya siapa saja yang menyentuh barang miliknya akan berakhir di rumah sakit, loh."
Alexi merasa bulu kuduknya berdiri mendengar itu, matanya membulat tak percaya. "Benarkah?"
Sebelum Renata sempat mendapatkan jawaban, terdengar seruan dari kejauhan, "Rena!" Queen berlari mendekat dengan ekspresi kesal.
"Kenapa kamu menakuti dia? kak Alex, aku tidak seganas itu, kok."
Renata hanya tersenyum nakal, matanya berbinar iseng. "Sengaja, Non, aku ingin melihat reaksinya."
Queen menghela napas panjang, lalu meminta maaf kepada Alexi atas tingkah pengasuh nya, "Maafkan Rena, ya, Kak."
Alexi mengangguk pelan, "Gak apa kok."
"mari tuan muda," pamit Renata kepada Ellison.
"pulang sama gue," iseng Ellison melihat respon Queen.
"enggak mau!ayo Rena, kita pulang!" ajak Queen menarik tangan Renata menuju ke mobil.
"lo sengaja?" tanya Gio.
"gue hanya mastiin tuh anak takut sama kita, ternyata benar," kata Ellison.
seru cerita nya🙏
GK jd mewek UIN🤭
ko ada aja yg GK suka