Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketulusan Novi
Novi sangat cemas dengan Rendi yang tiba-tiba pingsan, Bos Preman yang sudah memutuskan untuk menjadi bawahan Rendi, ia segera menghampirinya.
"Mba, kita bawa Bos ke rumah sakit sekarang!" tegur Bos preman menawarkan bantuan.
"Kamu tidak mau mencelakai kami, bukan?" tanya Novi memastikan, karena dia masih belum percaya dengan Bos preman.
"Tentu tidak Mba, buat apa aku bohong, aku serius mau jadi bawahan Bos!" jawab Bos Preman mantap.
"Pakai motor Rendi kalau gitu." Novi berusaha mempercayai Bos preman.
"Baik Mba." Bos preman membantu menaikan Rendi ke motor, Novi mengapitnya di belakang, mereka bonceng tiga untuk membawa Rendi ke rumah sakit terdekat.
Setelah sampai di rumah sakit, Rendi bergegas di bawa masuk ke dalam agar mendapatkan perawatan.
Ketika Rendi sudah di tangani, Bos preman pamit undur diri untuk mengurus semua anak buahnya yang mengalami luka parah dan tewas, tentu Bos Preman meminta bantuan Ayahnya agar bisa membuat kejadian tersebut seolah tawuran antar preman.
Harisman nama Bos preman tersebut, ia sangat di sayangi ayahnya yang merupakan kepala polisi di kabupaten Brebes.
Harisman awalnya di rencanakan Ayahnya untuk menjadi polisi seperti dirinya. Namun, semuanya tidak berjalan lancar, karena Harisman terlalu bodoh untuk menjadi seorang polisi, sekolahnya bolos terus, semua kegiatan yang menyangkut pendidikan tidak bisa di serap dengan baik oleh otak Harisman.
Ayah Harisman akhirnya menyerah, ia membebaskan Harisman untuk berbuat sesukanya. Hingga suatu saat Harisman bertemu dengan kelompok preman tersebut, ia menantang ketua Preman, dan akhirnya menang, Karena itulah Harisman sekarang menjadi ketua Preman.
Awalnya kelompok preman tersebut sangatlah brutal, mereka sering membuat keonaran, tapi setelah Harisman menjadi ketua satu bulan yang lalu, perlahan kelompok tersebut berjalan ke jalan yang sedikit lurus.
Alasan kenapa permintaan Rudi untuk menghajar Rendi di setujui, karena Harisman pikir, ia akan melerai setelah target Rudi babak belur, tapi nyatanya semua salah, merekalah yang malah kalah. Harisman pun punya ide untuk menjadikan Rendi ketua, mengingat ia bisa mengalahkan sebagian kelompok preman.
Harisman sadar, ia tidak bisa merubah kelompok preman tersebut hanya dengan mengalahkan ketuanya. Namun, Rendi berbeda, ia yakin Rendi akan menjadi sosok yang benar-benar di segani kelompok preman, di tambah Ayahnya juga pernah bilang. 'carilah pelindung selain Ayah, agar nanti saat Ayah tidak bisa membantu, maka ada yang membantu kamu'. Dari situlah Harisman menyimpulkan kalau Rendi sosok yang tepat, walaupun itu hanya dari instingnya saja.
***
Ke esokan harinya Rendi terbangun dari pingsannya, ia mengerjapkan matanya sambil menyapu pandangannya ke segala arah.
Hanya ada tembok putih sepanjang ia melihat, di tambah aroma desinfektan yang menyengat, khas bau rumah sakit pada umumnya.
Kepala Rendi terasa pusing, ia akan memegang kepalanya, tapi tangannya terasa berat, saat Rendi melihat tangannya, seorang gadis sedang terlelap sambil memegangi tangannya.
"Novi." gumam Rendi lirih.
Rendi menatap gadis itu, terlihat matanya sembab, ia yakin kalau gadis itu habis menangis lama.
Rendi mengingat kejadian tadi sore, ia sempat melihat saat Novi menangkapnya saat mau jatuh, setelah itu baru ia tidak teringat apapun lagi.
Rendi menggerakkan tangan satunya untuk membangunkan Novi dengan perlahan, ia mengusap puncak kepala Novi.
"Nov, bangun. Apa kamu tidak sekolah hari ini?" Rendi terus membangunkan Novi.
Gadis itu pun mengerjapkan matanya, ia melihat Rendi sedang tersenyum ke arahnya sambil mengusap puncak kepalanya.
"Kamu sudah bangun Ren? Syukurlah." ucap Gadis itu sambil bernapas lega.
"Nov, terima kasih." ucap Rendi lirih.
Novi menggelengkan kepalanya. "tidak perlu berterima kasih, kamu kaya begini juga karena aku tidak bisa membantumu."
Rendi mengulas sebuah senyum, setidaknya gadis yang sudah mulai mengisi hari-harinya itu tidak kenapa-napa.
Novi beranjak dari duduknya, ia mengambilkan air minum untuk Rendi, ia juga mengambilkan buah pisang yang semalam ia beli di depan rumah sakit, untuk sekedar mengganjal perut.
"Kamu tidak berangkat sekolah Nov?" tanya Rendi lembut.
"Berangkat sekolah apanya? Kalau aku berangkat siapa yang mau menjaga kamu, lagi pula kamu tidak punya siapa-siapa di sini." jawabnya dengan penuh penekanan.
Hati Rendi langsung merasa hangat, setelah kepergian neneknya dulu, ini pertama kalinya ada orang yang benar-benar peduli dengannya.
Rendi menatap gadis cantik yang ada di depannya itu lekat-lekat, ia benar-benar merasa bersyukur bisa di pertemukan dengannya, tanpa terasa bulir bening mengalir dari pelupuk mata Rendi.
Novi yang melihat itu terkejut. "astaga Ren, dimana yang sakit?" tanya Novi khawatir.
Rendi buru-buru menghapus air matanya, ia kemudian tersenyum. "tidak ada Nov, aku hanya teringat dengan keluargaku saja."
"kamu yang sabar yah Ren, tapi jangan khawatir, mulai sekarang aku akan selalu ada untuk kamu." celetuk gadis itu tiba-tiba.
Tapi sesaat kemudian Novi menutup mulutnya, ia sadar telah berbicara kebablasan, walaupun niatnya baik.
Rendi tersenyum melihat tingkah gadis di depannya itu yang terlihat malu-malu, ia meraih kedua tangan Novi.
"Sekali lagi terima kasih banyak Nov." ucap Rendi lembut.
Novi mengangguk, dengan wajah merah merona, jantungnya berdegup dengan kencang, ia merasakan getaran aneh dalam hatinya dan Novi menyadari kalau perasaan itu adalah rasa cintanya pada Rendi yang semakin dalam.
Novi yakin kalau ia sudah jatuh cinta dengan Rendi, sosok yang memiliki segalanya, tampang lumayan tampan, uang punya dan ia juga jago beladiri, di tambah Rendi sepertinya sangat polos, Novi sangat yakin kalau Rendi adalah pria yang tepat untuk dirinya.
Saat keduanya sedang saling menatap dan terlarut dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba pintu terbuka. Namun, mereka berdua tidak menyadarinya.
"Ekhem!" suara deheman sengaja seseorang membuyarkan lamunan keduanya, mereka berdua langsung melepaskan pegangan tangannya masing-masing dan salah tingkah.
"Maaf mengganggu kalian berdua Bos, tapi Ayahku ingin bertemu dengan kamu." ternyata yang datang Harisman.
Rendi dan Novi menoleh ke arah Harisman, keduanya mengerutkan keningnya, karena tidak tahu kenapa tiba-tiba Ayah Harisman mau menemuinya.
"Haris, kamu ajak Mba ini keluar dulu, Ayah mau berbicara empat mata dengannya." ucap Ayah Harisman tegas dengan mengenakan seragam polisi.
"Baik Ayah." Harisman menoleh ke arah Novi dan mengajaknya pergi. "Mba Novi, kita keluar dulu, Ayahku mau bicara sama Bos Rendi sebentar." ajaknya sopan.
Novi menoleh ke arah Rendi, ia khawatir Rendi akan di tangkap, mengingat ia telah melukai banyak orang.
"Tidak apa-apa, biarkan aku ngobrol dengan bapak polisi ini." ucap Rendi yang seolah tahu pikiran Novi.
"Kalau ada apa-apa bilang padaku, aku janji akan berusaha sebisa mungkin membantumu." Novi beranjak dari duduknya, ia keluar ruangan tersebut bersama Harisman.
Setelah pintu di tutup, Ayah Harisman duduk di kursi yang tadi di duduki Novi dan menatap tajam Rendi. Rendi menelan ludahnya, karena ia baru pertama kali berurusan dengan polisi, apa lagi bertatap muka seperti itu.
gimana kecewanya Rendi tau ibu kandung masih ada,,,,,,,,🤔🤔😢😢