Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Celaka2
Ando membopong Ami yang masih pingsan, dirinya tidak habis fikir kenapa malah di bawa ke ruangan Nathan, padahal Nathan bisa menyuruhnya untuk membawa kerumah sakit saat dia bertanya.
Sebenarnya Ando hanya basa-basi bertanya, dirinya penasaran kenapa jas Nathan bisa di pakai gadis yang pingsan ini.
"Taruh saja di kamar pribadiku." Ucap Nathan lagi ketika sampai di ruangannya, meskipun ada yang karyawannya yang melihat, namun mereka semua tidak akan berkomentar, karena tahu akibatnya jika mereka ikut campur.
Ando pun menurut dirinya membawa Ami masuk ke dalam kamar pribadi Nathan di ruangan itu, setelah itu dia keluar dan melihat Nathan sudah sibuk dengan pekerjaannya.
"Apa dia akan baik-baik saja? apa aku butuh panggilkan dokter?" Tanya Ando dengan beruntun membuat Nathan menatapnya tajam.
"Bisakah kamu pergi," Ucap Nathan menatap Ando kesal.
"Lah, kok sensi bos." Ando pun berbalik dan meninggalkan bos sekaligus temannya itu, 'Jangan bilang dia mulai naksir sama bocil, wahh alamat gue dapet mobil baru.' Gumam Ando dalam hati dengan girang.
Nathan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi miliknya, entah kenapa kepalanya terasa pusing setelah menyelesaikan pekerjaannya, padahal masih jam tiga sore, tidak biasanya kepalanya terasa berat seperti ini.
Karena merasa tidak sanggup lagi Nathan memilih beranjak dari kursinya menuju ruangan pribadinya.
Ceklek
Nathan membuka pintu kamar pribadinya, dan dia melihat gadis kecil yang masih memejamkan mata belum sadar. Mendekati ranjang Nathan duduk di samping Ami, kancing jas yang Ami pakai sudah terlepas akibat dirinya jatuh lagi, membuat tubuh Ami bagian depan terbuka.
"Ck, aku lupa kalau ada dia disini." Nathan mengusap wajahnya kasar, dirinya yang istirahat tidak tahu akan tidur di mana, mengingat didepanya ada gadis yang sedang pingsan.
Jika tidur disofa, pasti dirinya tidak nyaman karena postur tubuhnya lebih panjang dari sofa itu sendiri.
Nathan menatap wajah Ami lekat, wajah yang sempat dia tatap saat di mobil tadi, dan kini dirinya bisa menatapnya dalam jarak yang begitu dekat.
"Cantik, wajah kamu imut.." Ucap Nathan lirih dengan mata nya yang sayu merasakan kepalanya yang semakin berat. "Ternayata ada wanita yang sama cantiknya dari mu Bii," Bii yang di maksud Nathan adalah Biana Sena, wanita yang pernah ada di hatinya.
Tanpa sadar Nathan merebahkan tubuhnya di samping Ami, dirinya sudah tak tahan merasakan kepalanya yang semakin sakit.
Nathan memeluk Ami ke dalam dekapannya, nyaman itulah yang Nathan rasakan meskipun baru pertama dekat dengan orang asing tapi dirinya merasa nyaman.
Tiga puluh menit berlalu, hingga satu jam dua orang yang tidak dikenal masih terlelap dalam mimpi, Ami yang merasa nyaman mendapat sebuah guling hangat pun semakin masuk ke dalam dekapan Nathan.
Begitupun Nathan yang merasa nyaman memeluk seorang gadis.
"An, dimana Aldrick?" Tanya Indira yang baru saja masuk ke ruangan putranya tidak melihat sang putra di meja kerjanya.
"Tadi ada Tante." Jawab Ando yang memang tidak melihat Nathan keluar dari raungannya.
"Mungkin masih ke kamar kecil mah," Allanaro suami sekaligus papa Nathan duduk di sofa.
Mereka baru saja menghadiri acara amal yang tidak jauh dari kantor sang anak, dan mereka sakalian mampir untuk melihat putra mereka yang sudah lama tidak pulang ke rumah besar.
"Oh.." Indira ikut duduk disofa samping istrinya, dan Ando pun menyuruh OB untuk membuatkan tamu penting minuman.
Dan Ando pun kembali ke ruangannya sendiri melanjutkan pekerjaannya yang masih banyak.
"Kenapa Al, lama sekali Pah, sudah sepuluh menit loh gak keluar-keluar." Ucap Indira yang kesal karena putranya tak kunjung ada.
"Coba saja mama cek, mungkin Aldrick tidur." Jawab Allan sambil membaca majalah bisnis yang ada di atas meja putranya.
Indira pun berdiri untuk melihat putranya di dalam kamar pribadinya, yang dulu juga kamar pribadi milik suaminya.Tapi semenjak Nathan yang mengambil alih, semua interior dan disaine sudah di ganti dengan selera sang putra.
Ceklek
Indira membuka pintu, dan melongokan kepala nya, matanya membola sempurna melihat putranya yang sedang tidur dengan seorang Wanita.
"Astaghfirullah, Aldrick..!!!" Indira memekik dengan wajah syok bercampur tak percaya.
Mendegar istrinya berteriak membuat Allan menghampiri istrinya.
"Ada apa mah." Allan berdiri di samping Indira dan melihat ke arah ranjang di dalam sana.
"Ya Tuhan, pemandangan apa ini." Allan mengusap wajahnya, melihat dua insan yang sedang terlelap dan saling berpelukan. Apalagi melihat pakaian yang gadis itu kenakan masih berseragam sekolah.
"Pah, anak papa." Ucap Indira dengan geleng kepala.
"Pantas saja kita jodohkan dengan wanita seumurannya dia tidak mau, ternayata seleranya daun muda bahkan masih bocah." Ucap Allan yang tidak habis fikir dengan putranya.
"Itu cerminan diri kamu Bang, dulu kamu juga menyukai daun muda yang masih pakai seragam." Sindir Indira yang mengingatkan masa lalu mereka dulu. Dimana dirinya mencintai pria dewasa yang dia panggil Om.
Allan terkekeh mengingat hal itu, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, dan sekarang putraku mengikuti jejak ku." Allan tertawa membuat Indira memukul lengannya.
"Biarkan saja mereka, kita tunggu sampai mereka bangun, dan sudah jelas kita segera nikahkan mereka." Allan merangkul bahu istrinya untuk kembali duduk di sofa, sengaja mereka tidak menutup pintunya kembali.
Setelah hampir satu jam setengah, Ami lebih dulu membuka matanya, nyawanya belum kumpul untuk mencerna dimana dirinya berada.
"Engh.." Tumbuhnya mengeliat, namun terasa berat di bagian perutnya.
"Duh, kok kaya ketimpa beban berat banget mau gerak aja." Gumamnya dengan suara khas bangun tidur.
Karena tubuh yang dia peluk bergerak-gerak, Nathan pun terusik.
Ami menunduk melihat di bagian perutnya yang terasa berat, dan betapa terkejutnya ketika melihat sebuah tangan besar melingkar di atas perutnya.
"Aaaakkhh..!!" Ami berteriak, membuat Nathan langsung membuka kedua matanya lebar.
"Apa sih beringsik tau." Ucapnya ketus dengan kepala yang masih sedikit pusing, apalagi mendengar teriakan yang begitu melengking membuat tidur nyenyak nya terganggu.
"Om, om ngapain saya." Ami langsung menyilangkan kedua tangan nya di dada. Wajahnya begitu takut bercampur syok, melihat ketika bangun berada di atas ranjang dengan pria.
"Ck, ngapain kamu?" Nathan melirik Ami dari atas sampai bawah dan tatapannya berhenti di bibir Ami yang sedikit terbuka karena Napasnya yang tidak teratur.
"Memangnya kamu ingin aku apakan?" Ucap Nathan yang malah mendekatkan wajahnya pada wajah Ami.
"Om.." Ami yang melihatnya, waspada dirinya semakin erat menangkup dadanya.
Matanya terpejam erat, bibirnya terkatup rapat ketika wajah Nathan semakin mendekat. "Om, jangan macam-mac_"
"Aldrick Nathan Adhitama..!!" Suara keras yang sangat familiar membuat Nathan langsung memendarkan wajahnya. Dan melihat kebelakang.
"Mamah..!!"
gak prhatian ma istri harta juga gk hbis2 buat apa mngabaikan istri kmu.istri hilang baru tahu rasa kmu