Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 : Pura-pura atau Nyata?"
"Pokoknya kakek tidak mau operasi kalau kalian berdua tidak memberikan kakek cicit," ucap Adi berakting sebaik mungkin. Nada suaranya sengaja dia pelankan, seolah sedang sekarat. Perkataan kakek Adi membuat Zea dan Zio sedih.
Sesaat Zio terdiam, namun Zio memiliki ide. Jangan remehkan Zio, dia selalu bisa membujuk kakeknya.
"Zio dan Zea akan memberikan kakek cicit. Zio janji," jawab Zio.
Perkataan Zio membuat mata Zea membulat. "Kok dia bilang gitu?" batin Zea penuh tanya.
"Kalau menunggu cicit kakek lahir paling cepat membutuhkan waktu setahun. Zio tidak mau dalam waktu itu kakek pergi meninggalkan kami. Jadi Zio mohon agar kakek cepat sembuh, kakek mau kan operasi? Nanti kalau cicit kakek lahir setahun kemudian, kakek gak bisa gendong karena sakit," bujuk Zio lagi.
"Zea dan Zio juga sebenarnya mau cepat punya anak, ya kan Zea?" tanya Zio pada Zea. Zio memberikan kode lewat matanya agar Zea mengiyakan ucapannya.
"Iya, kek," jawab Zea, setelah mengerti kode Zio.
"Kalian tidak bohong kan sama kakek?" tanya kakek Adi untuk meyakinkan dirinya.
"Kakek bisa pegang janji Zio dan Zea," jawab Zio dengan lembut, agar kakeknya percaya.
"Pa, aku percaya sama anakku. Papa juga harus percaya. Dengan begitu Papa bisa sehat dan cucuku bisa lahir dengan cepat," jawab Rangga. Olivia mengangguk mengiyakan ucapannya.
"Baiklah, jika Zio dan Zea ingkar janji, walau kakek sudah operasi, kakek tidak mau makan obat lagi," ancam kakek Adi.
"Aku dan Zea pasti menepati janji, kek," ucap Zio lagi untuk meyakinkan kakeknya.
"Baik, kakek setuju operasi. Kalau kakek dengar kalian tidak akur dan sengaja menjaga jarak yang akhirnya membuat cicit kakek tidak jadi lahir, mending kakek mati aja," ancam Adi Ray lagi.
"Kakek jangan bilang mati lagi. Malu dong kek sama Zea. Kalau Zea jadi kakek, Zea mau hidup sampai 100 tahun, bila perlu sampai ketemu tujuh generasi sekaligus," jawab Zea.
Kakek Adi tersenyum mendengar perkataan Zea. Karena Kakek Adi senang karena membujuk Zio dan Zea untuk akur segampang itu.
"Zio, Zea, Papi dan Mami mau berangkat ke Prancis ada urusan bisnis hari ini, besok sore baru pulang, bagaimana kalau kalian bermalam di sini saja menemani kakek? Nanti Papi telepon mertuamu untuk memberitahu mereka," pinta Rangga.
"Iya, Pi," jawab Zio.
"Ya sudah, kakek pasti baik-baik saja selama setuju operasi. Kalian istirahatlah dikamar. Kakek kalian juga mau istirahat. Nanti dokter pribadi kakek yang akan mengurus semua prosedur operasi kakek kalian," kata Olivia.
"Iya, Mi," jawab Zio dan Zea. Keduanya pun keluar. Saat pintu tertutup Adi Ray, Rangga dan Olive tersenyum lebar.
"Kok gampang sekali membujuk mereka?" tanya Rangga.
"Seharusnya Mas Rangga bersyukur karena membujuk mereka sangat gampang," jawab Olivia.
"Mereka kan sayang sama kakeknya, jadi apapun kata kakeknya akan mereka turuti," kata Adi Ray.
Mereka tidak tau saja apa yang ada dipikiran Zio.
Setelah Zio dan Zea masuk ke kamar, Zea langsung mencerca Zio dengan banyak pertanyaan.
"Maksud Lo apa tadi? Punya anak? Ngasih kakek cicit, ada-ada aja Lo!" ucap Zea.
"Kalau gue gak bilang gitu gimana kakek mau sembuh. Lo tenang aja, gue udah punya rencana supaya mereka percaya. Pokoknya selama dua bulan ke depan, operasi kakek harus berhasil, dan kakek harus sembuh total dulu. Jadi kita harus berakting dengan baik. Kalau kakek sembuh, baru Lo bebas dan gak usah berakting lagi."
"Maksudnya ini hanya pura-pura?"
"Emangnya Lo mau punya anak beneran sama gue?"
Zea terdiam mendengar perkataan Zio. Dia bingung harus menjawab apa.
"Di depan mereka kita harus berakting sebaik mungkin. Kita harus mesra. Di belakang mereka, terserah Lo mau galak kek, mau caci maki gue kek, terserah Lo. Dua bulan ke depan Lo harus hamil pura-pura. Setelah itu, Lo keguguran, paham?" jelas Zio lagi.
"Ya sudah, oke, gue setuju," jawab Zea tidak bersemangat. Entah kenapa mendengar rencana Zio Zea jadi sedih, terlebih semua kemesraan dan keakuran yang akan mereka tunjukan nanti, hanya akting belaka.
"Sebenarnya gue mau semua itu nyata, bukan akting, tapi gue tau betul betapa bencinya Lo sama gue. Apa gue manfaatin aja ya momen berpura-pura nanti buat bikin hati Lo luluh?" batin Zio.
"Kok gue sedih saat tau itu hanya akting. Apa sih yang sebenarnya gue harap dari Zio?" batin Zea.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....