seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Persaingan yang Ketat
Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Proyek besar yang ditangani Lieka bersama timnya memasuki fase krusial. Perusahaan sedang bersaing ketat untuk memenangkan tender proyek yang bisa mengubah nasib bisnisnya ke level berikutnya. Sayangnya, persaingan itu tak hanya datang dari dunia luar, melainkan juga dari dalam kantor.
Lieka merasa tekanan semakin besar, terutama setelah munculnya kabar bahwa salah satu rival bisnis mereka, perusahaan yang dipimpin oleh mantan rekan bisnis Sugi, ikut bersaing dalam tender yang sama. Situasi ini membuat Lieka harus bekerja ekstra keras dan waspada, terutama karena ada informasi bahwa bocoran strategi perusahaan bisa saja terjadi.
Di ruang rapat, suasana semakin panas ketika berbagai divisi saling mempresentasikan kontribusi mereka untuk proyek ini. Namun, persaingan di dalam tim juga tak terelakkan. Beberapa karyawan senior tampaknya tak menyukai cara kerja Tanier yang kerap dianggap terlalu santai dan kurang disiplin. Mereka merasa Tanier hanya mendapatkan perhatian khusus dari Lieka karena kedekatan pribadi.
"Apa kau benar-benar yakin dengan usulan Tanier ini?" tanya salah satu manajer senior dengan nada sinis saat mereka sedang berdiskusi.
Lieka menatapnya tajam. "Aku yakin dengan kompetensinya. Kalau kalian punya usulan yang lebih baik, silakan sampaikan. Tapi jangan pernah meremehkan seseorang hanya karena perbedaan cara kerja."
Tanier, yang duduk di seberang meja, hanya tersenyum tipis. Meski di balik senyumannya, ia merasakan tekanan dari berbagai sisi. Tanier tahu bahwa dirinya menjadi sorotan, baik karena kedekatannya dengan Lieka maupun pendekatannya dalam bekerja yang dianggap tak lazim oleh sebagian orang.
Setelah rapat selesai, Lieka mendekati Tanier. “Jangan hiraukan mereka. Aku percaya padamu,” katanya dengan tegas, meski matanya menyiratkan ketegangan.
“Terima kasih, Lieka. Aku akan berusaha yang terbaik. Aku tidak mau mengecewakanmu,” jawab Tanier dengan penuh keyakinan.
Namun, tak semua orang dalam perusahaan bisa menerima posisi Tanier dengan mudah. Bahkan, gosip mulai menyebar di antara karyawan bahwa Tanier hanya memanfaatkan kedekatannya dengan Lieka untuk mendapatkan promosi dan proyek penting.
Sementara itu, Sundari, mantan pacar Tanier, tiba-tiba muncul di kantor. Kedatangannya mengejutkan banyak pihak, termasuk Tanier dan Lieka. Sundari, yang bekerja di salah satu perusahaan pesaing, tampaknya punya agenda tersendiri.
“Sudah lama, Tanier,” kata Sundari dengan senyuman licik di bibirnya. “Aku dengar kau bekerja di sini sekarang. Wah, perusahaan ini pasti beruntung memiliki seseorang sepertimu.”
Tanier tak menyangka Sundari akan muncul begitu tiba-tiba. Hubungan mereka berakhir dengan cara yang buruk, dan kedatangan Sundari hanya menambah kerumitan situasi.
“Apa yang kau inginkan, Sundari?” Tanier bertanya dengan nada datar, berusaha menyembunyikan rasa tidak nyaman.
“Oh, tak ada yang khusus. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja. Kau tahu, dunia bisnis ini kecil. Siapa tahu kita bisa bertemu lagi dalam konteks yang lebih... formal,” Sundari menjawab sambil memberikan tatapan tajam yang sarat makna.
Lieka, yang menyaksikan percakapan itu dari jauh, merasa gelisah. Kehadiran Sundari jelas mengganggunya, terlebih karena wanita itu bekerja di perusahaan pesaing. Sundari bukan hanya ancaman dalam hal bisnis, tapi juga dalam hubungan pribadi dengan Tanier. Situasi ini semakin membuat tekanan di tempat kerja meningkat.
Namun, Lieka tahu bahwa ia harus tetap fokus. Persaingan dalam bisnis ini terlalu besar untuk dilewatkan, dan ia tidak akan membiarkan hal-hal pribadi mengganggu pekerjaannya. Meski demikian, perasaan cemburu yang mulai tumbuh di dalam dirinya terhadap Sundari menjadi semakin sulit diabaikan.
Bab 23 (Lanjutan): Persaingan yang Ketat
Setelah percakapan dengan Sundari yang mendadak itu, Tanier merasa perasaannya campur aduk. Dia bisa merasakan ketegangan yang terselip di antara kata-kata Sundari. Seakan-akan mantan pacarnya itu punya rencana tersembunyi. Tidak hanya soal bisnis, tapi juga menyentuh aspek pribadinya. Dia tahu Sundari tidak pernah sepenuhnya puas dengan bagaimana hubungan mereka berakhir.
Sementara itu, Lieka kembali ke kantornya dengan perasaan yang lebih berat. Pertemuan antara Tanier dan Sundari di lobi tadi membuatnya gusar, meskipun dia tak menunjukkan emosi apa pun di depan karyawannya. Ia sadar, masalah bisnis adalah prioritas, tapi perasaan cemburu mulai merayap di hatinya.
Di balik meja kerjanya, Lieka mencoba fokus pada proposal besar yang perlu diajukan untuk memenangkan tender. Tapi pikirannya terus saja memikirkan Tanier dan Sundari. Ada sesuatu yang tidak bisa dia lepaskan—sebuah kekhawatiran yang menggigit di dasar hatinya. Meski Lieka adalah wanita kuat dan mandiri, perasaannya terhadap Tanier tak bisa dianggap sepele. Dia sudah mulai membuka hati sedikit demi sedikit untuk pria itu, dan kehadiran Sundari seolah menjadi ancaman nyata yang mengancam kenyamanan itu.
Tiba-tiba, pintu ruangannya diketuk pelan. Tanier muncul dengan wajah serius.
"Lieka, kita perlu bicara," katanya tanpa basa-basi.
Lieka menatap Tanier dalam-dalam. “Tentang Sundari?” tanyanya langsung, tanpa ingin berputar-putar.
Tanier mengangguk, lalu masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Dia bekerja di salah satu perusahaan pesaing kita, tapi aku tak yakin dia datang hanya untuk urusan bisnis. Ada sesuatu yang lain... sesuatu yang mengganggu perasaanku.”
Lieka menyilangkan tangan di dadanya, mencoba menahan perasaan yang bergejolak. “Apa kau masih punya perasaan untuknya?”
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Lieka menyesal seketika setelah mengucapkannya, merasa bodoh karena membiarkan perasaan cemburunya terlihat. Namun, Tanier tersenyum samar.
“Tidak, Lieka. Tidak ada yang tersisa dari masa lalu itu. Tapi aku merasa dia tidak datang dengan niat baik. Kita harus berhati-hati. Dia mungkin mencoba memanfaatkan sesuatu yang pernah terjadi di antara kami untuk kepentingannya sendiri.”
Mendengar jawaban Tanier, Lieka merasa sedikit lega, tapi itu tak menghapus ketegangan yang ada. Dia tahu Sundari adalah tipe orang yang licik, dan Lieka tak ingin memberikan celah sedikit pun untuk mantan pacar Tanier itu menghancurkan hubungan yang perlahan ia bangun dengan Tanier.
“Kalau begitu, kita harus tetap fokus pada proyek ini,” kata Lieka akhirnya. “Dan kita tak akan membiarkan masalah pribadi mengganggu pekerjaan kita.”
Tanier mengangguk. “Setuju. Aku akan memastikan semuanya tetap terkendali.”
Meskipun percakapan itu tampaknya memberikan sedikit kelegaan, baik Lieka maupun Tanier tahu bahwa masalah Sundari tidak akan berakhir begitu saja. Dia seperti bayangan dari masa lalu yang terus menghantui dan menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Setelah Tanier keluar dari ruangannya, Lieka memandang keluar jendela, melihat gedung-gedung tinggi di kejauhan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Bisnis, cinta, dan konflik batin kini menyatu dalam hidupnya, dan semuanya semakin rumit dengan kehadiran orang-orang dari masa lalu.
Tapi satu hal yang pasti, Lieka tak akan membiarkan siapa pun—termasuk Sundari—menghalangi langkahnya. Terutama tidak dalam bisnis, dan tentu saja, tidak dalam hal cintanya kepada Tanier.