Ketika Regita pindah ke rumah baru, ia tak pernah menyangka akan tertarik pada Aksa, kakak tirinya yang penuh pesona dan memikat dalam caranya sendiri. Namun, Aksa tak hanya sekadar sosok pelindung—dia punya niat tersembunyi yang membuat Regita bertanya-tanya. Di tengah permainan rasa dan batas yang kian kabur, hadir Kevien, teman sekelas yang lembut dan perhatian, menawarkan pelarian dari gejolak hatinya.
Dengan godaan yang tak bisa dihindari dan perasaan yang tak terduga, Regita terjebak dalam pilihan sulit. Ikuti kisah penuh ketegangan ini—saat batas-batas dilewati dan hati dipertaruhkan, mana yang akan ia pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
Dentuman musik diskotik yang keras tidak menghentikan tarian Regita Anastasya, gadis kelahiran Oktober yang masih mengenyam bangku pendidikan terakhir tersebut untuk tetap bergoyang.
Satu tangan di atas, sementara satunya lagi memegang gelas kaca berkaki yang berisi minuman berwarna pekat seperti darah.
“Huuuuhhhh!”
Regita berteriak nyaring. Sesekali gadis itu juga melompat sembari meminum minuman di tangannya. Oleh tingkah Regita tersebut, dress merah ketat yang ia kenakan ikut terangkat kesana kemari. Memperlihatkan pakaian dalamnya yang juga ketat membalut bokong sexynya.
Dari kejauhan, tampak seseorang yang sejak tadi memperhatikan Regita dari meja bar tersenyum sembari menjilati bibir bawahnya. Pria dengan brewok yang hampir memenuhi wajahnya itu pun meneguk minumannya hingga tandas sebelum bangkit dan mendekat ke arah Regita.
“Hai cantik,” bisik pria itu di telinga Regita.
Dia menyentuh lambat pinggang Regita, ketika tidak menerima penolakan, dia pun melingkarkan tangan berototnya secara penuh di pinggang gadis itu. Sesekali dia menghirup aroma wangi dari tubuh Regita seraya menekan bagian bawahnya pada tubuh Regita.
Memabukkan.
Sungguh, ini kali pertama Charles -nama pria itu- merasa terangsang hanya melihat seorang gadis meliuk-liukkan tubuhnya secara asal. Padahal dengan sekali lihat saja Charles tahu jika wanita di pelukannya saat ini berumur sangat jauh darinya.
Regita melenguh. Matanya terpejam sementara bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.
Membuat Charles yang melihat itu menjadi mengeras. “Aku harus mendapatkannya,” bathin Charles menyeringai.
Pria itu baru hendak menggiring Regita ke tepian. Namun, sebuah tangan mencekal bahunya cukup kuat.
“Aish! Siapa yang berani menggangguku!” umpat pria itu segera menolehkan kepalanya.
Namun, alangkah terkejutnya Charles saat melihat siapa orang yang baru saja mencekalnya itu. “A-aksa,” cicitnya.
Urat leher Charles mengundur. Bersamaan dengan tangannya yang melingkar di pinggang Regita.
“A-anu, sedang apa kau di sini?” tanya Charles berbasa-basi seraya menggaruk pipinya yang tak gatal.
Tatapan tajam Aksa, salah satu temannya di kampus tersebut membuat Charles mengatupkan bibirnya rapat. Sebenarnya, Charles sendiri tidak begitu akrab dengan Aksa Prayoga Ahmad itu. Dia hanya sekedar tahu dari beberapa desas-desus yang beredar. Kabarnya, meskipun memiliki wajah tampan serta kekayaan yang tidak bisa dihitung oleh jari, Aksa merupakan anak yang tidak beres.
Ayah dan ibunya sudah lama bercerai. Padahal ayahnya dahulu merupakan salah satu pejabat yang memiliki catatan bersih. Sayang, ibunya harus meninggalkan ayah Aksa karena perselingkuhan.
Tatapan Aksa yang tak lepas dari Regita disebelah Charles membuat lelaki itu menelan ludah susah payah. Apa mungkin Charles melewatkan sesuatu?
“K-kau mengenalnya?” tanya Charles kembali.
Meskipun pertanyaan-pertanyaan sebelumnya juga tidak pernah di jawab oleh Aksa.
“Lepaskan!”
Datar, namun, mampu membuat Charles segera menuruti perintah Aksa. Dia buru-buru mendorong lambat bahu Regita didekatnya agar gadis itu sedikit menjauh.
Oleh dorongan yang tiba-tiba itu membuat pijakan Regita terasa goyah. Hampir saja gadis itu mencium lantai dibawahnya jika saja sebuah tangan tidak menyambutnya.
Regita menarik sudut bibirnya ketika melihat orang di depannya sekarang. “Oh, Kakak tampan?” cengirnya menunjuk wajah Aksa.
Tidak ada tanggapan dari pria itu. Membuat Regita merengut, lalu melompat ke arah Aksa. Dia sudah seperti koala yang siap dibawa kemana saja oleh induknya.
“Nyaman,” bisik Regita seraya memposisikan kepalanya di leher berotot milik Aksa.