NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Tuan Mafia

Terjebak Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lmeilan

Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.

Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.

Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.

Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.

Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Malam semakin larut, namun perasaan Elina seolah tidak kunjung mereda. Ia duduk di kursi belakang mobil, menatap kosong ke luar jendela. Jalanan yang sepi terasa kontras dengan kebisingan pikirannya. Perasaan lelah membebani tubuhnya, bukan hanya fisik, tetapi juga emosi. Ia kini adalah istri dari Adrian Volkov Salvatrucha, seorang pria yang penuh misteri dan kekuasaan. Pernikahan yang baru saja terjadi begitu cepat dan mendadak. Ia tidak diberi banyak pilihan, atau lebih tepatnya, Adrian yang membuat semua keputusan. Elina hanya bisa pasrah, mengikuti arus yang semakin kuat menyeretnya ke kehidupan yang tidak pernah ia bayangkan.

Di sebelahnya, Adrian duduk tenang, seolah-olah segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Tatapan matanya lurus ke depan, fokus pada jalan yang mereka lalui. Namun, di balik ketenangan itu, Elina tahu ada banyak hal yang tidak terungkap. Siapakah sebenarnya Adrian? Mengapa ia tiba tiba ngotot menikahi Elina? Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengisi benaknya, namun jawabannya terasa semakin jauh dari jangkauan.

Malam itu, Elina merasa terjebak di antara dua dunia—dunia lamanya yang sederhana dan dunia barunya yang penuh intrik. Segalanya berubah begitu cepat, terlalu cepat untuk dipahami. Di sisi lain, keputusannya telah diambil. Sekarang ia adalah istri dari pria yang mengendalikan takdirnya, meskipun ia tidak yakin apakah itu jalan yang tepat.

Sementara itu, di tempat lain, Valeria Ivanova, tunangan Adrian yang merasa dikhianati, tengah dilanda amarah. Wanita itu tak habis pikir bagaimana mungkin Adrian bisa menikahi wanita lain tanpa sepengetahuannya. Perasaan marah dan pengkhianatan berkecamuk dalam dirinya. Baginya, Adrian adalah segalanya—pria yang sudah lama ia jaga dan siapkan untuk menjadi bagian dari hidupnya. Namun malam itu, segalanya hancur berantakan.

Valeria berjalan dengan langkah cepat menuju kamarnya, mencoba menenangkan amarahnya, namun setiap kata yang diucapkan oleh asistennya hanya membuatnya semakin frustrasi. "Bagaimana mungkin ini terjadi?" gumamnya dalam hati. Tidak ada yang bisa menenangkannya. Ia merasa dikhianati, bukan hanya oleh Adrian, tetapi oleh nasib yang telah membawa Elina ke dalam hidup mereka.

Kembali ke Elina, ia duduk terdiam, merasa terlalu lelah untuk mengungkapkan apa pun. Di sampingnya, Adrian masih dengan sikap tenang, tetapi kali ini ia memecah keheningan. “Elina, aku tahu ini terasa berat bagimu. Tapi percayalah, aku akan melindungimu.”

Elina menoleh perlahan, matanya yang penuh kebingungan berusaha menemukan jawaban dari tatapan Adrian. "Mengapa aku?" tanya Elina dengan suara lemah. "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?"

Adrian menghela napas pelan, seolah pertanyaan itu memang sudah ia duga. "Kau akan mengerti nanti, Elina. Ada hal-hal yang tidak bisa kukatakan sekarang. Tapi satu hal yang harus kau tahu, aku tidak akan membiarkanmu terluka. Segala sesuatu yang kulakukan, termasuk pernikahan ini, adalah untuk melindungi kita berdua."

Namun, bagi Elina, kata-kata itu masih tidak cukup. Pernikahan ini terasa seperti jebakan yang halus—jebakan yang penuh janji tapi juga ketidakpastian. Apakah benar ia terlindungi di sisi Adrian, atau justru akan lebih banyak bahaya yang mengintai?

Pikiran-pikiran itu memenuhi benaknya sepanjang perjalanan. Tidak ada lagi kata-kata yang terucap dari mulutnya. Segalanya terasa seperti teka-teki besar yang belum bisa ia pecahkan. Yang pasti, malam ini adalah titik awal dari sesuatu yang baru, sesuatu yang penuh misteri dan tantangan.

Mobil mereka meluncur di bawah langit malam yang kelam, menuju ke arah yang belum jelas bagi Elina. Namun, ia tahu satu hal pasti—hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Dalam perjalanan pulang setelah pernikahan mendadak mereka, suasana di dalam mobil terasa begitu sunyi. Elina duduk diam, pandangannya kosong mengarah keluar jendela, sementara Adrian di sampingnya, tampak tenang, meskipun ia terus memikirkan langkah-langkah ke depan. Tangan Elina masih sedikit gemetar, perasaan campur aduk tentang pernikahan yang baru saja terjadi berputar-putar di dalam kepalanya. Namun, sebelum ia bisa terlalu jauh tenggelam dalam pikirannya, suara pecahan kaca yang keras tiba-tiba membuyarkan keheningan itu.

"DUARRRT!"

Peluru pertama menghantam kaca mobil mereka dengan keras, diikuti oleh deretan suara tembakan bertubi-tubi yang menghantam sisi mobil. Elina tersentak kaget, tubuhnya refleks meringkuk ke arah Adrian. "Apa yang terjadi?!" teriaknya dengan suara panik, wajahnya memucat seketika. Jantungnya berdegup kencang, rasa takut menyelimuti dirinya dalam sekejap.

Adrian langsung sigap merespons. Dia menarik Elina lebih dekat, melindunginya dengan tubuhnya sambil menatap Daniel yang berada di depan, menyetir mobil dengan ketenangan yang mencengangkan. "Percepat! Mereka menyerang kita!" ucap Adrian dingin, meski wajahnya mengisyaratkan kewaspadaan tinggi.

Daniel, yang sudah sangat berpengalaman dalam situasi seperti ini, segera memacu mobil dengan kecepatan yang lebih tinggi, mencoba meloloskan diri dari serangan mendadak itu. "Siap, Tuan," jawabnya singkat, tangannya erat mencengkeram setir. Ia tahu siapa yang mereka hadapi. Ini bukan sekadar kebetulan. Ini adalah serangan yang terencana.

Elina semakin ketakutan. Peluru terus menghujani mobil mereka, membuat suara dentingan yang membuat telinga berdengung. Di luar, beberapa kendaraan misterius mengejar mereka dengan kecepatan yang sama, salah satu dari kendaraan itu bahkan mendekati sisi kanan mobil. Dari sudut matanya, Elina bisa melihat siluet beberapa pria bertopeng yang memegang senapan otomatis, bersiap menembak lagi.

"Adrian, siapa mereka?!" tanya Elina, panik, sementara Adrian tetap tenang meski situasi semakin kacau.

"Musuh lama," jawab Adrian tanpa memberi rincian lebih lanjut. Wajahnya mengeras, dan sepasang mata dinginnya bersinar dengan kegelisahan yang tersembunyi. Ini bukan pertama kalinya ia dihadapkan pada serangan seperti ini, tapi situasinya kini berbeda. Elina ada di sisinya, dan keselamatannya sekarang menjadi prioritas utama.

Adrian merogoh saku dalam jasnya dan mengeluarkan pistol berukuran kecil. Dengan gerakan cepat, dia memeriksa peluru di dalamnya, lalu bersiap untuk membalas serangan. Dia mengalihkan pandangannya sejenak pada Elina. "Tetap di bawah, jangan bergerak," ucapnya tegas, nadanya tak memberi ruang untuk penolakan.

Elina hanya bisa mengangguk, tubuhnya gemetar hebat saat dia merunduk lebih rendah di kursinya, berusaha menghindari jangkauan peluru. Mobil semakin melaju kencang, tapi serangan dari para pengejar terus berlanjut. Salah satu mobil yang mengejar mereka tiba-tiba melaju lebih cepat, berusaha memepet mereka dari samping, dan salah satu pria bertopeng mulai menembakkan peluru lagi ke arah mereka.

Adrian tak tinggal diam. Dengan cekatan, dia membuka sedikit jendela mobil, lalu membidikkan pistolnya ke arah mobil pengejar. "DOR! DOR!" dua peluru terlepas dari senjatanya dengan presisi, mengenai ban mobil musuh yang langsung kehilangan kendali dan terhempas ke pembatas jalan, membuatnya terbalik dan meledak.

Namun, ancaman belum berakhir. Masih ada beberapa kendaraan lain yang mengejar. "Siapa mereka sebenarnya?!" Elina bertanya lagi, suaranya penuh ketakutan.

Adrian tidak menjawab segera. Wajahnya tetap fokus pada situasi di luar. "Ini adalah bagian dari kehidupanku, Elina. Mereka adalah musuh yang tak pernah hilang," ucapnya lirih, seolah memberi petunjuk tentang masa lalu gelapnya sebagai bagian dari dunia mafia yang brutal.

Mobil terus melaju cepat melewati jalan-jalan gelap kota, diikuti oleh deru mobil pengejar yang tak henti-henti menembaki mereka. Daniel menunjukkan kemahirannya dalam mengemudi, menyalip beberapa mobil lain dan membuat manuver tajam untuk menghindari rentetan peluru yang diarahkan kepada mereka.

"Kita harus segera keluar dari jalan raya ini," ucap Adrian sambil melepaskan beberapa tembakan lagi. Peluru-peluru itu mengenai salah satu kendaraan pengejar yang kemudian kehilangan kendali dan menghantam sisi bangunan.

Namun, seakan ancaman itu tak habis-habis, mobil lain datang dari arah belakang, membawa lebih banyak pria bersenjata. Elina menahan napas, merasa tidak berdaya dalam situasi ini. Adrian, dengan ketenangannya yang hampir tak manusiawi, terus melindunginya, meski jelas bahwa situasi semakin sulit.

"Daniel, belok ke gang sebelah kiri!" perintah Adrian dengan cepat. Mereka sudah berada di tepi kota, di mana jalan-jalan mulai lebih sempit dan gelap. Daniel mengangguk, lalu memutar kemudi dengan tajam, membawa mobil mereka masuk ke dalam gang sempit yang diapit oleh bangunan-bangunan tinggi.

Mobil-mobil pengejar tampak kesulitan mengikuti mereka masuk ke dalam gang sempit itu. Adrian memanfaatkan momen ini untuk menembakkan peluru terakhirnya ke arah mobil terdekat. "DOR! DOR!" Tembakan itu mengenai kaca depan mobil pengejar, membuatnya menghantam tembok dan berhenti seketika.

Akhirnya, keheningan turun sejenak. Mobil Adrian berhenti di ujung gang, jauh dari jangkauan musuh.

Adrian menurunkan pistolnya dan menarik napas panjang. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap Elina yang masih terlihat syok.

Elina mengangguk pelan, meski wajahnya pucat. "Siapa mereka, Adrian? Kenapa mereka mengejarmu?" tanya Elina lagi, suaranya kini terdengar lebih tenang, meskipun hatinya masih berdebar kencang.

Adrian memandang Elina dengan ekspresi serius. "Mereka adalah bagian dari hidupku yang gelap. Orang-orang yang tidak pernah berhenti mencoba mengambil apa yang mereka anggap milik mereka. Tapi jangan khawatir, Elina, selama aku di sini, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu."

Meskipun Adrian berusaha meyakinkan Elina, ia tahu bahwa serangan ini hanya permulaan. Musuh-musuhnya tidak akan berhenti begitu saja, dan sekarang, Elina sudah terlibat lebih dalam dalam kehidupannya yang penuh dengan bahaya.

1
Amaryllis zee
Awal yang seru ...
Linmei: Terimakasih Ka, enjoy dengan ceritanya ya ka, semoga sukaaa🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!