Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.
Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.
Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18 – Giant Fortress Walls
Di atas langit kubah sentral, di wilayah dingin bersalju yang berada di tengah-tengah Eirda, terdapat di pusat nya formasi gunung vulkanik purba yang puncak nya merupakan lapisan es abadi. Di sekeliling gunung itu, terdapat sungai gletser dan sumber mata air yang terus memberikan suplai air ke tiga benua melalui tiga sungai utama.
Sungai-sungai ini mengalir ke arah tiga benua melalui deretan pegunungan yang mengelilingi kubah sentral. Pegunungan ini bernama Amlugorthel bagi bangsa Elf, Barazbundur bagi bangsa Kurcaci, dan Azrubelzagar atau Zimrathor bagi bangsa Manusia.
Kini, Mikael dan Jezebel terbang melayang bersebelahan di lapisan Termosfer yang seharusnya membakar siapapun dengan santainya, menikmati pemandangan yang disajikan di hadapan mereka. Aliran sungai besar yang mengalir ke tiga arah di bawah mereka, telah menarik mata kedua kakak adik ini ke dalam keterpikatan yang larut sementara bingung harus ke mana.
Jezebel menunjuk ke arah aliran sungai yang mengarah ke wilayah pegunungan di sebelah kanan kakak nya. “Kita ke sana saja, kak.”
“Memangnya di sana ada apa?” tanya Mikael, ikut memutar badan nya.
Jezebel mengangkat bahu nya. “Entahlah, aku hanya pakai capcipcup tadi, hehe,” kekeh nya.
“Aku cek sekalian, deh.” Mikael kemudian merubah wujud nya kembali ke wujud malaikat nya, dan mulai mengeluarkan [eye of omniscience] nya, lalu menerbangkan nya ke arah tersebut.
Mikael mulai menerbangkan mata magis nya ke arah yang ditunjuk Jezebel. Dengan material nya yang terbuat dari materi astral, mata itu terbang dengan sangat cepat, melesat seakan tidak ada hambatan padanya untuk melambat.
Dalam jarak 1.500 kilometer, mata itu pun tiba tepat di atas tembok benteng raksasa setinggi 50 meter yang melingkari daratan bersalju dalam waktu kurang dari lima detik.
Terlihat sungai mengalir melewati sebuah gerbang air di bawah tembok tersebut, sebuah gerbang jeruji baja yang tebal seperti pilar dengan mekanisme gerbang angkat. Di balik nya, terdapat gerbang lain dengan arsitektur dan mekanisme yang sama, melindungi dermaga yang ada di belakangnya.
Di dermaga itu, terlihat setidaknya belasan kapal dengan persenjataan lengkap tanpa layar dan cerobong asap bersandar di sana. Sedangkan di balik tembok, selain dari dermaga yang dilindungi, terdapat sebuah citadel dengan kota bergaya abad pertengahan, yang mana bangunan-bangunannya dibangun dari pahatan batu-batu besar dan gua-gua yang dilubangi yang terkesan sangat industrial. Dan di kota itu dihuni oleh bangsa kurcaci.
“Para kurcaci itu sepertinya cukup high tech,” gumam Mikael, dengan mata kiri nya yang tertutup sedang terhubung dengan [eye of omniscience] nya. “Sepertinya kita tidak bisa ke sana, kita akan terlalu mencolok jika memaksa. Di sana juga terlalu ramai, apalagi dengan sungai yang mengalir ke arah sana, aku yakin itu menjadi pusat bisnis juga.”
Sementara Mikael memeriksa dengan mata magis nya, Jezebel mengaktifkan kemampuan dari cincinnya yang bernama [Additional Interface]. Seperti biasa, dengan merasakan seakan dirinya memiliki anggota tubuh baru, ia pun mengaktifkan nya.
“Mari kita lihat, apa yang akan dikeluarkan oleh kemampuan satu ini,” ujarnya. Setelah aktif, pandangannya pun menampilkan HUD (Heads-up Display) yang sangat lengkap, dari status bar sampai penunjuk mata angin memanjang transparan di bagian atas. “Wow, mata angin nya berputar. Jadi, selama ini kita berada di kutub utara."
Mikael menoleh, melihat adik nya yang tampak sibuk dengan tampilan HUD baru di pandangannya. “Kamu mengaktifkan apa?”
“Additional Interface … ini keren, seperti kembali ke game.”
Mikael yang mendengar itu pun langsung segera mengaktifkan nya. “Kita benar-benar ada di kutub utara selama ini,” gumam nya, kemudian memutar badannya, ke arah lain yang berada di balik HQ mereka. Sesaat tubuh nya berputar menghadap ke arah itu, mata magis nya dengan cepat terbang mengikutinya dengan cepat, dan tiba di waktu yang hampir bersamaan.
Kini dari penglihatan mata magis nya, Mikael melihat sebuah kota dengan bangunan-bangunan yang lebih sederhana ala abad pertengahan, dengan sebuah kastil berdiri menempel di balik tembok benteng raksasa yang melingkari kubah sentral.
Terlihat di kota itu, tidak banyak populasi dan juga cukup beragam dengan kurcaci dan manusia hidup yang berdampingan.
Di tengah itu semua, Jezebel terbang mendekati Mikael yang masih melihat dengan mata magis nya. “Kak … apa yang kamu lihat di sana?”
“Sebuah kota … kota yang ditinggali oleh bangsa kurcaci dan manusia … mereka hidup berdampingan di kota itu,” balas Mikael, lalu menoleh. “Kita ke sana saja, karena populasi nya yang tidak terlalu banyak dan diisi oleh manusia juga.”
“Lalu bagaimana dengan elf, apakah di sana ada?” tanya Jezebel.
Mikael untuk sementara membuka mata kiri nya, kemudian mulai berputar, melihat ke arah sekeliling. “Aku tidak melihat bangsa elf di kota itu. Tapi, aku rasa wilayah ini berada di dalam parameter benteng-benteng raksasa itu, yang mana mungkin ada kota-kota lain yang juga diisi oleh bangsa elf.”
“Benteng?” tanya Jezebel, yang belum mengetahui jika ada benteng besar yang mengelilingi wilayah bersalju, tempat mereka berada saat ini.
Mikael mulai mengaktifkan [Share Vision] nya untuk berbagi penglihatan dengan Jezebel. “Lihat lah sendiri,” ujarnya.
Dengan Mikael yang berputar, maka mata magis nya pun ikut berputar mengikuti kecepatannya, sedang Jezebel mulai bisa melihat apa yang dimaksud oleh Kakak nya barusan. Ia melihat dengan begitu cepat dari mata magis kakak nya yang terus bergeser, deretan bangunan tembok-tembok raksasa yang mengelilingi daerah bersalju tempat mereka berada saat ini.
Di balik tembok-tembok itu, Jezebel juga menghitung, dan sampai akhirnya kembali ke titik awal mata magis itu mulai bergeser. Dari sana maka terhitung lah 60 koloni yang berada dan menempel di 60 titik benteng raksasa tersebut.
“Aku sudah memastikan … ada 60 kota dan yang semacamnya di setiap titik benteng raksasa itu. Ada apa dengan dunia ini? kenapa mereka membangun benteng sebesar itu mengelilingi wilayah ini?” kata Jezebel, menatap kosong.
“Benar, sepertinya ada yang mereka jaga di wilayah ini,” sambung Mikael, kemudian melihat ke bawah nya, ke arah gunung besar di bawah nya yang mana puncak nya berupa lapisan es abadi. “Mungkin mereka menjaga gunung ini dari aktivitas penambangan ilegal … mungkin. Seperti hal nya Antarctic treaty berlaku di dunia kita yang tujuannya menjaga antartika dari hal semacam nya, dengan mengerahkan ribuan tentara dari berbagai manca negara.”
Jezebel terdiam sesaat, dan tampak mulai berpikir dalam. “Atau mungkin … mereka sedang menjaga diri dari ancaman yang berasal dari wilayah ini, apalagi terlihat bagaimana kota-kota koloni selalu berada di balik benteng.”
“Ancaman? Ancaman dari siapa?”
Jezebel menoleh ke arah Mikael. “Dari ancaman seperti kita.”
Keduanya pun terdiam untuk beberapa saat.
“Ahem … kalau begitu, sebelum pergi ke kota itu,” ucap Mikael, tampak sedikit keraguan di matanya. “Mari kita perintahkan Tiamat untuk mengambil alih kepemimpinan HQ untuk sementara.”
Jezebel mengangguk tanpa bersuara.
Mikael pun menghubungi Tiamat, dan memerintahkannya untuk mengambil alih HQ untuk sementara sampai mereka kembali. Ia juga memerintahkan para penghuni guild untuk tidak keluar, dan fokus untuk memanen sumber daya di dalam dimensi masing-masing sambil terus melatih pasukan sekaligus menambahkan nya jika bisa.
Setelah selesai memerintahkan Tiamat, Mikael langsung kembali menoleh ke arah Jezebel, menatapnya dengan tatapan serius sekaligus gugup, memikirkan apa yang akan mereka hadapi di dunia ini di masa depan, setelah mengukur situasi yang semakin genting saat melihat bagaimana wilayah tempat mereka berada saat ini dikelilingi oleh benteng-benteng raksasa.
Sembari merubah wujud nya kembali menjadi versi manusia, Mikael terbang mendekat dan mulai memegang tangan Jezebel. “Kalau begitu, Teleportasi kan kita ke tempat yang sudah aku perlihatkan ke kamu.”
“Oke, kak,” balas Jezebel mengangguk.
***.
Bersambung ….
***.