Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Senang dan Sedih (33)
Bukan hanya Delon dan pak Surya, begitu juga dengan Kenzie dengan mata terbelalak ia bahkan sulit untuk mempercayainya karena ketika seseorang menjemputnya karena Ardi memintanya datang dengan alasan lain.
"Kenapa nama Ray dipanggil. Siapa dia? Rahasia apa yang sudah disembunyikan dariku," gumam Kenzie dalam hati.
"Pantas saja dia mau menandatangani sertifikat itu karena sejauh ini di mata orang si tuli itu jauh lebih unggul," batin Delon dengan dada bergemuruh, kedua tangan terus terkepal. Rasa ingin melenyapkan semakin membuncah karena terlalu tidak pantas untuk mendapatkan.
Sedangkan Ardi yang diminta untuk mengucapkan beberapa kata untuk para tamu. Sejenak netranya memandangi wajah sang istri dengan keadaan bingung. Berinisiatif untuk menghampiri serta ingin Kenzie mendampinginya.
"Ray, jangan bercanda karena ini sama sekali tidak lucu!" Terdengar sebuah kekesalan menyelimuti wajah Kenzie. Ia pikir tak harus berpura-pura karena meski begitu Ardi sosok suami yang harus diterima segala kekurangannya.
"Kamu tenanglah, sekarang ikut dan aku akan memperkenalkan kamu sebagai istri Ceo." Jawab Ardi dengan bangga, mengulurkan tangannya berharap sang istri segera meraihnya.
Sesaat, terlihat wajah penuh keraguan. Melihat sekeliling arah, semua orang tertuju kepadanya. Namun, sentuhan lembut dari bu Lidya seketika menjadikan hati Kenzie sedikit tenang.
"Ada saatnya orang menyembunyikan jati dirinya dan adapun untuk mengungkapkan dengan satu alasan," ujar bu Lidya yang berusaha menenangkan hati menantunya.
"Majulah," titah bu Lidya lagi.
Ketika Kenzie mulai meraih tangan Ardi, terlihat jika pak Surya menarik paksa sang istri yang tak lain adalah bu Lidya.
"Apa maksudmu dengan ini semua?" Seraya menarik lengan bu Lidya, pak Surya terus mendesak agar istrinya mengaku jika sedang bekerja sama.
"A-ku minta maaf—,"
Plak!
Tanpa menunggu penjelasan dari bu Lidya, pak Surya langsung melayangkan tamparan dengan hati dipenuhi oleh amarah. Di samping itu, kini Kenzie dan Ardi sudah berada di depan memberi sambutan pada tamu yang hadir.
Beberapa saat setelah Ardi memberi sambutan, para tamu bertepuk tangan dan banyak juga yang mengucapkan selamat atas pencapaiannya.
"Ry, kamu hutang penjelasan padaku." Kata-kata Kenzie hanya dibalas seulas senyum.
Tidak terasa, acara telah selesai dan besok penentuan kerjasama dalam pembagian proyek besar-besaran.
Di luar hotel.
Plak!
Satu tamparan mendarat sempurna di wajah Ardi.
Plak!
Satu kali lagi karena merasa tidak imbang dan memberikannya tamparan untuk yang kedua kalinya.
"Bedebah kamu!" pekik pak Surya dengan wajah memerah.
Ardi mengusap bibirnya yang sudah berdarah, tetapi anehnya lelaki tersebut masih terlihat tenang menghadapi kemarahan seseorang di hadapannya.
"Apa yang Anda inginkan dariku lagi? Bukankah perusahaan sudah aku berikan," ujar Ardi tanpa ingin menatap wajah orang tua itu.
"Kamu memang anak tidak tahu diri! Itu sebabnya perusahaan kecil kamu serahkan karena sudah memiliki yang besar, dasar serakah!" Masih dengan nada yang dipenuhi oleh emosi, pak Surya bahkan menganggap jika Ardi curang.
Deva yang semula terus saja diam akhirnya tidak tahan akan penghinaan yang diberikan oleh pak Surya. Mengatakan bahwa Ardi terlalu serakah tanpa berkaca dari wajahnya sendiri.
"Om, cukup! Masih tidak puaskah Anda memperlakukan Ardi secara tidak adil? Bahkan selama hidupnya dia tak sekalipun memberatkan Anda, tetapi tanpa sadar jika parasit terus bermunculan dengan segala kelicikannya—."
"Apa maksudmu? Lantas di mana kalimat yang aku ucapkan salah. Bahkan semua itu adalah fakta," sahut pak Surya.
"Fakta jika Andalah yang terlalu serakah," sela Deva.
Pak Surya pun tertawa terbahak-bahak, karena merasa jika Deva terlalu banyak bicara.
"Kamu hanyalah anak kemarin, bahkan tidak tahu cara berbicara sopan pada orang yang lebih tua." Kata pak Surya yang terus menyerang Deva dengan ucapan-ucapan menjengkelkan.
"Benar, aku memang tidak setua Om, tapi otakku bisa berpikir logis dari pada Anda, bukan. Tidak terima akan sebuah kekalahan dan terus menghakimi seseorang secara sepihak," ujar Deva dengan senyum tanpa dosa.
"Lancang!" bentak pak Surya.
"Bahkan dia ... dia tidak ada pengalaman sama sekali, pantaskah mengelola perusahaan nomor satu di kota ini."
Meski ucapan pak Surya begitu menyakitkan, Ardi masih tetap diam dan menanggapinya dengan santai. Walau begitu, Deva–sebagai sahabat dan Kenzie–istrinya sungguh tidak dapat menerima penghinaan tersebut.
"Tuan, sudah cukup Anda menjadi burung dengan kicauan yang menyakiti telinga kami. Apa Anda pikir hanya karena suamiku tidak memiliki pendidikan dan pengalaman dia tidak boleh sukses? Teori dari mana itu," ujar Kenzie yang semakin tidak tahan suaminya terus menerus di hina.
Keadaan semakin menegangkan dan saling serang, pak Surya masih ingin mendapatkan sesuatu. Itu mengapa tidak akan melepaskan mangsanya dengan mudah.
"Kamu tahu? Dia hanya lulusan SMA, apa bisa mengendalikan perusahaan sebesar itu tanpa adanya pengalaman—."
"Lantas yang pantas menurut pandangan Anda siapa? Oh lupa, orangnya juga sudah ada di depan mataku. Jadi, tak seharusnya aku bertanya."
Dengan berkacak pinggang Kenzie bicara soal fakta. Ia tahu jika beliau yang menginginkannya.
"Kenapa diam? Jangan katakan jika kedudukan itu akan Anda berikan kepada anak tersayang juga," ujar Kenzie lagi.
Ardi dan Deva tidak bisa mencegah kemarahan Kenzie. Lalu membiarkan melawan orang yang sepadan dengannya. Dengan keberaniannya, mereka yakin jika perempuan itu bisa menjatuhkan sang lawan.
"Apa hakmu bicara seperti itu," ujar pak Surya.
"Lantas, apa hak Anda dengan terus mencampuri urusan kita, menghakimi suamiku. Bukankah Anda juga yang memutuskan itu!" balas Kenzie dengan tatapan sengitnya bahkan tidak akan membiarkan lelaki tua itu pergi membawa kemenangan.
Sudah cukup lama pertikaian antara pak Surya dan Kenzie, akhirnya Ardi tidak tahan lalu berusaha membujuk sang istri.
"Zie, jangan buang tenagamu untuk dia! Sekarang lebih baik kita pulang."
Tidak ada respons dari Kenzie, justru tatapannya kepada pria tua itu semakin tajam.
"Ry, aku tidak akan tinggal diam dengan mulut kotornya. Meski dia sebagai orang tua, kamu juga bisa melihatnya kalau tak akan bisa menjadi contoh yang baik bagi keluarganya."
Kemarahan yang tak terkendali. Pak Surya pun sudah kehabisan-kata hingga tanpa sadar melayangkan tangannya untuk memberi pelajaran pada Kenzie, sayangnya hal itu sudah diketahui dan dengan cepat berhasil menangkis tangan pria tua itu.
"Anda tidak pantas menamparku, karena Andalah yang seharusnya ditampar. Sedikit menghormati, tetapi lain kali aku tidak akan mentolerir lagi!"
Setelah berhasil menangkis tangan pak Surya, Kenzie pun menghempaskan dengan kasar.
Menatap kepergian ketiga orang dengan wajah merah padam. Kedua tangannya terkepal begitu sempurna. Bahkan ia juga bersumpah pada langit dan bumi, bagi siapa saja yang menghalangi jalannya akan dilenyapkan. Tidak peduli jika itu anaknya sendiri.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...