"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fira Memberitahu Raya
Besoknya, Alvin kembali memberanikan diri untuk melewati kedai milik Fira. Namun, yang dilihatnya adalah Fira sedang dikecup keningnya oleh Farhan. Mungkin karena Farhan hendak berangkat kerja.
Tidak ada wajah tertekan disana, yang ada adalah binar mata bahagia.
"Kenapa, kenapa kamu tersenyum pada lelaki yang bahkan tidak kamu cintai Fira ..." gumam Alvin menggenggam tangannya.
Saat melihat Farhan hendak menaiki sepeda motornya. Alvin langsung tancap gas, agar tidak terlihat lelaki yang dinilainya brengsek itu.
Raya langsung mengunjungi kedai milik Raya, setelah melihat Farhan berangkat kerja. Karena kebetulan, Farhan melewati jalan depan rumahnya.
Saat Raya sampai, disana terlihat Asma sedang melayani pembeli. Tidak terlihat Fira dimanapun.
Raya langsung menggunakan kesempatan kala Asma sibuk. Dia sudah menduga, jika Fira pasti berada di dalam rumahnya.
Benar saja, baru Raya memasuki ruang tamu. Terdengar suara nyanyian Fira dari arah dapur.
"Apa maksudmu menggoda Bang Alvin?" tanya Raya tanpa basa-basi.
"Raya, ada apa?" tanya Fira tanpa menghentikan aktivitasnya mencuci piring.
"Kenapa kamu menggoda Bang Alvin hah?" pekik Raya mengulang pertanyaan yang sama.
"Tolong bilang sama suamimu, jangan ganggu aku. Aku udah bahagia tanpa dia. Dia hanya masa lalu yang aku sesalkan." ujar Fira tidak menjawab pertanyaan Raya.
"Jangan gr Fira. Dia bahkan enggan memikirkan mu." ungkap Raya. "Kamu yang selalu menggodanya dengan senyuman centilmu. Aku tahu, kamu gak rela Bang Alvin menikahiku. Apalagi saat melihat aku dan dia bahagia. Walaupun aku tidak bekerja seperti kamu." papar Raya.
"Aku katakan padamu ya Raya. Aku tidak menggoda suamimu. Dia yang datang padaku. Bahkan dia pernah ingin memperkosaku, sampai-sampai aku harus menikahi Bang Farhan. Tanyakan pada Ayahmu, dia lebih tahu bagaimana sikap suamimu itu." tekan Fira jengah, karena Raya selalu menyalahkannya.
"Apa maksudmu?" tanya Raya.
"Pulang lah, Raya. Aku gak ada waktu untuk melayanimu." usir Fira secara halus.
"Katakan apa maksudmu hah?" Raya menjambak rambut Fira.
"Lepaskan Raya," perintah Fira mencoba melepaskan tangan Raya dari rambutnya.
"Jelaskan dulu, apa maksudmu?" tekan Raya dengan dada naik turun.
"Ibu, Ibu tolong ..." teriak Fira, kemudian Fira langsung menjambak balik rambut Raya.
Asma yang mendengar suara teriakan Fira langsung berlari kedalam dengan tergopoh-gopoh. Tentu saja, disusul oleh beberapa Ibu-ibu yang kebetulan masih memilih barang di kedai miliknya.
"Ya Allah, Ya Rahman ... Apa yang kalian lakukan, hentikan!" teriak Asma.
Raya dan Fira langsung melepaskan jambakan masing-masing, kala mendengar suara teriakan dari Asma.
"Apa yang kamu lakukan Fira, kenapa kamu menjambak Raya?" tanya Asma.
Asma memang selalu kerap menyalahkan Fira, kala Fira dan Raya berulah.
"Bu, dia yang menjambak ku duluan." bela Fira.
"Tapi, kamu menggoda Bang Alvin." sentak Raya.
"Aku tidak menggoda dia, aku bahkan tidak selera menatap wajah bejatnya." sahut Fira.
"Fira ..." Asma menegur anaknya.
"Biarkan Bu, biarkan dia tahu semuanya. Aku lelah Bu, aku lelah. Bahkan hampir tiap malam aku dihantui oleh rasa takutku akibat perbuatan suaminya. Bahkan sekarang, aku tidak bisa lagi tidur, jika lampu dimatikan. Aku takut Bu, bayangan dimana suaminya hendak melecehkan ku selalu terbanyang. Bayangan dimana suaminya memaksa mencumbuku selalu terbayang. Bahkan dimana kemarin dia masuk ke kedai, dan kembali memeluk tubuhku. Aku hampir gila Bu, aku hampir gila Raya, aku hampir gila akibat perbuatan bejat suamimu." jelas Fira, bahkan tidak peduli dengan Ibu-ibu yang terkejut mendengar penjelasan dari Fira.
"Gak, gak mungkin. Kamu pasti fitnah kan? Aku tahu, kamu masih mencintai Bang Alvin, makanya tega memfitnahnya. Tega kamu Fira. Tega." sentak Raya pergi hendak meninggalkan rumah Fira.
Namun, ucapan Fira membuat langkahnya terhenti.
"Benarkah? Bukannya tiga hari setelah kamu nikah, kamu belum juga disentuh oleh dia? Bahkan dia rela menceraikanmu agar bisa kembali padaku." ungkap Fira membuat Raya langsung pergi dengan cepat.
Asma hanya bisa mengelus dada kala melihat perilaku Raya. Namun, dia kembali memeluk anaknya, untuk menenangkan Fira.
"Jadi, yang kemarin aku lihat benaran Alvin suami Fira? Dia terlihat keluar dari kedai dengan memengang pipinya. Aku sih gak curiga apa-apa, karena aku sempat melihat Farhan juga berada disana." ujar tetangga depan rumah Fira.
"Ibu-ibu, aku mohon, yang kalian dengar cukup sampai disini. Jangan lagi kalian kasih tahu sama lainnya. Karena bagaimanapun, Raya keponakan ku. Aku juga gak mau dia menanggung malu." pinta Asma dengan wajah memelas.
"Ih enakan sih Raya dong, kalo yang Fira katakan itu kebenarannya." sahut Ibu yang bernama Siti, rumahnya tepat disamping rumah Fira, hanya pagar sebagai pembatasnya.
"Iya, lagian kamu jangan baik-baik amat Asma. Apa belum cukup, selama ini Marni selalu merendahkan mu?" ujar tetangga depan rumah Fira.
"Jangan Bu, kami ini keluarga, sudah seharusnya kami saling menjaga aib." bela Asma membuat keduanya bungkam.
Raya pulang dengan wajah memerah. Dia teringat pada ucapan Fira. Bahkan wajah terkejut orang disana terekam jelas diingatan Raya.
Raya mondar mandir menunggu Ayahnya pulang, kebetulan Ibunya lagi pergi bersama dengan Bu Sumini.
Hampir tengah hari Danu baru kembali dari sekolah. Dia melihat wajah Raya seperti orang kesal.
"Aku mau tanya sesuatu, benarkah Bang Alvin hendak memperkosa Fira? Dan Ayah tahu itu?" beruntun Raya kala Danu sudah duduk disampingnya.
"Siapa yang katakan itu padamu?" tanya Danu.
"Jawab saja pertanyaanku Ayah, jangan balik bertanya padaku." sentak Raya tak sabar menunggu jawaban Ayahnya.
"Ayah gak tahu," sahut Danu meninggalkan Raya yang masih duduk di teras.
"Ayah, tunggu. Jawab pertanyaanku Ayah." teriak Raya.
"Tanyakan itu pada suamimu." ujar Danu memasuki kamarnya.
Raya langsung menghubungi Alvin. Namun, berapa kali pun, dia menelpon, Alvi. tidak menjawab sama sekali. Karena dia sedang sibuk bercengkrama dengan teman-temannya.
"Gak, ini gak mungkin. Fira masih mengada-ada, dia pasti sengaja memanas-manasi aku. Ya, dia pasti cemburu kala melihat kami baik-baik aja." ujar Raya mengsugesti diri sendiri.
"Tapi, bagaimana Fira tahu, jika aku gagal malam pertama, bahkan sampai setelah tiga hari kami nikah." gumam Raya kembali mengingat ucapan Fira.
"Awas kamu Fira, akan aku buat kamu menderita, karena telah mencoba-coba mengganggu hubungan kami." tekan Raya mondar mandir.
Di kamar, Danu kembali menarik rambutnya frustasi. Akhirnya, yang ditutupi ketahuan juga.
Danu sedikit kecewa, karena bisa menebak jika yang memberitahu Raya pasti lah, Fira. Dia amat sangat kecewa dengan keputusan yang Fira ambil.
Setelah mengantikan pakaiannya, Danu langsung kembali keluar untuk menemui Fira. Beruntung, tidak ada Raya disana. Karena Raya sedang berada di kamarnya.