NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 18

Alvaro sangat excited saat mengetahui bahwa Rafael membawa bekal lebih untuknya. Dia membuka kotak bekal yang diberikan untuknya dan mencium aroma dari makanan tersebut. "Sepertinya sangat lezat," tukas Alvaro yang penasaran dengan älplermagronen itu.

Tidak sabar menunggu siang hari, Alvaro memutuskan untuk menyambar makanan itu dan membuat Daren menggelengkan kepala melihat reaksi salah satu sahabatnya itu.

Dari ketiga pria tampan itu, sebenarnya Alvaro lah yang paling tua, namun Alvaro juga yang sifatnya terlihat seperti anak-anak, namun dia bisa bersifat dewasa diwaktu yang tepat dan Alvaro mampu melindungi siapapun orang yang ia sayangi, bahkan ia rela meregang nyawa sekalipun.

"Aaahh ini sangat lezat, sepertinya ini adalah älplermagronen terlezat yang pernah aku cicipi." Tukasnya dengan kedua mata yang berbinar.

Memang sebelumnya Alvaro pernah memuji Adeline bahwa masakan buatannya enak dan ia juga memintanya untuk membawakan lebih untuk dirinya, namun sebenarnya itu hanya untuk melindungi Adeline dari ucapan orang-orang yang membicarakannya di restaurant pada saat itu, karena sebenarnya Alvaro sama sekali belum pernah mencicipi masakan Adeline sedikit pun.

Melihat Alvaro makan dengan nikmat membuat perut Daren berbunyi dan ia pun merebut sendok dari tangan Alvaro sekaligus membuat suapan pertama untuknya. "Astaga, kau benar, älplermagronen ini sangat enak." Ulas Daren yang kembali menyuapkan sendokkan kedua.

Daren ikut lahap menikmati makanan yang diberikan oleh Alvaro, tidak ingin kalah Alvaro merebut sendok dari Daren, namun Daren mampu mempertahankannya, hingga mereka pun berebut layaknya anak kecil memperebutkan mainan.

"Hentikan." Rafael menggebrak meja dan mengeluarkan nada tinggi yang spontan membuat Alvaro serta Daren terdiam saat itu juga. "Keluar dari ruanganku sekarang." Titahnya yang membuat Daren dan Alvaro saling pandang satu sama lain, namun mereka pun memilih untuk mengikuti perintah dari sang bos.

Dengan membawa kotak bekal pemberian Adeline, Alvaro dan Daren bertanya-tanya dengan sikap Rafael yang sangat mengejutkan mereka tadi. Pasalnya, Rafael tidak pernah menggunakan nada tinggi setiap kali bicara, namun mendengarnya marah seperti tadi, seakan Rafael berubah menjadi seorang pria yang temperamental.

"Mungkin dia hanya sedang stres karena sebentar lagi pengumuman pemenang tender, 'kan?" Alvaro mencoba mencairkan suasana seraya menyendok älplermagronen yang masih ada dalam kotak bekalnya.

"Stress sih stress tapi tidak perlu sampai sebegitunya. Untung saja jantung ini buatan Tuhan, jika buatan manusia mungkin sudah melompat keluar dan meledak."

**

**

Kakek James tersenyum bahagia saat Adeline datang memenuhi undangannya, meski wanita itu tidak datang bersama dengan suaminya, kakek James bisa mengerti setelah mendengar alasan yang diberikan oleh Adeline kepadanya.

"Anak itu benar-benar gila kerja. Tapi

Rafa memperlakukanmu dengan baik, 'kan?" Kakek James tampak khawatir melihat tubuh Adeline seperti kurusan dipandangan matanya.

"Memang kapan kak Rafa tidak memperlakukanku dengan baik, kek?" Adeline sedikit terkekeh menjawabi pertanyaan kakek James.

Senyuman yang ia ciptakan saat ini merupakan senyum kepalsuan, tidak mungkin Adeline mengatakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja saat ini, hal itu pasti akan membuat kakek James kepikiran dan akan memperburuk kesehatannya, mengingat saat ini kakek James sudah beberapa mengalami pingsan.

"Kau tidak menggunakan cincin pernikahanmu, nak?" Kakek James penasaran karena dirinya tidak melihat cincin yang melingkar pada cucu menantunya.

"Aku menyimpannya sebagai liontin tambahan dikalungku, kek." Adeline memperlihatkan kalung yang melingkar dileher dan terdapat cincin yang menggelantung disana bersamaan dengan liontin kalung tersebut. "Ah iya kalung ini juga hadiah ulang tahun dari kak Rafa loh kek," tambahnya dengan sedikit pamer.

Melihat reaksi bahagia pada raut wajah Adeline, terlihat rasa lega pada wajah kakek James. Setidaknya dia bersyukur karena akhirnya Adeline lah yang menjadi cucu menantunya. "Apa kau bahagia menikah dengan Rafa, nak?" Spontan saja pertanyaan itu keluar dari bibir kakek James.

Tidak langsung menjawab, Adeline bungkam sejenak, tiba-tiba saja ingatan tentang bentakkan yang dilakukan oleh Rafa malam itu terngiang dipikirannya. Namun, kakek James masih diam menunggu jawaban dari cucu menantu yang tengah duduk dihadapannya.

"Aku bahagia, kek." Sebuah senyum kembali terukir dibibir Adeline.

"Setidaknya kakek akan merasa tenang jika memang harus pergi sekarang sekalipun."

"Kakek bicara apa? Kakek mau pergi kemana?"

Diwaktu yang bersamaan, Rafael saat ini tengah berada disalah satu bar dan menikmati soft drink di meja bartender. Meski mendatangi sebuah bar, Rafael tidak pernah sekalipun mencicipi minuman beralkohol, menurutnya minuman seperti itu benar-benar tidak menyehatkan.

Sudah hampir dua jam Rafael menghabiskan waktunya disana dan tidak sedikit juga para wanita menghampirinya silih berganti, karena memang pria itu sama sekali mengabaikan wanita-wanita yang mencoba mendekatinya.

"Siapkan martini, namun kadar alkoholnya rendah saja seperti biasa."

Suara tersebut sangat tidak asing ditelinga Rafael, kemudian ia pun menoleh ke sisi kirinya. Tidak seperti Rafael yang sedikit terkejut melihat kehadiran pria disisinya, justru orang tersebut melihat Rafael seakan sudah mengetahui keberadaannya sejak tadi.

"Tidak kusangka jika pemimpin rumah sakit besar ternyata bisa menghabiskan waktu ditempat seperti ini juga." Sindir Rafael dengan nada yang sedikit sinis.

"Tidak kusangka juga pengusaha muda terkenal bisa menyendiri ditempat yang terlalu banyak wanita padahal dia sudah menikah," sindiran balasan pun dilayangkan oleh Henry seraya memainkan bibir gelas yang berisikan minuman yang telah dipesannya.

"Apa maksudmu?"

"Kenapa? Apa ucapanku salah? Aaahh ternyata kauu tidak menggunakan cincin pernikahan kalian ya?"

"Bukan urusanmu."

"Oh iya karena sudah bertemu disini, sebaiknya aku berikan langsung saja." Henry meraba kantong dalam jasnya dan menyerahkan sebuah undangan. "Tadinya aku mau datang ke kantormu, tapi ternyata bisa bertemu disini secara kebetulan, karena kau merupakan salah satu donatur dirumah sakit, jadi kami mengundangmu untuk ikut merayakan hari jadi rumah sakit."  Tambahnya seraya menyerahkan undangan pada Rafael.

Setelah menyerahkan undangan tersebut, Henry langsung memutuskan untuk pergi meninggalkan bar. Kepergian Henry menimbulkan tanda tanya dalam pikiran Rafael. Pasalnya pria itu pergi tanpa meminum sedikit pun pesanannya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Adeline baru saja tiba dirumah, namun tampaknya Rafael belum tiba, entah kemana pria itu menghabiskan waktunya, karena semenjak hari itu, Adeline memutuskan untuk tidak lagi menghubungi Rafael dan bertanya soal keberadaannya.

Baru saja Adeline hendak masuk ke dalam kamarnya, terdengar suara seseorang tengah menekan password pintu. Sudah dipastikan jika itu adalah Rafael, namun Adeline lebih memilih untuk pergi ke kamarnya dan beristirahat.

"Ulang tahun rumah sakit? Aku baru tahu soal itu," sahut Adeline yang terkejut membaca pesan dari Efran.

Merasa penasaran dengan detail acara tersebut, Adeline segera melakukan panggilan telepon kepada rekan sekaligus sahabatnya tersebut.

"Kalau kau menelpon hanya untuk protes kenapa kau baru tahu, jawabannya adalah bahwa kau abai terhadap informasi yang sudah diberitahu melalui grup rumah sakit." Celetuk orang diseberang sana dengan sedikit kesal.

"Jadi, kabar itu sudah diberitahu sebelumnya, ya?" Adeline malu sendiri saat mendengar jawaban Efran.

"Pastikan kau datang ke pesta tersebut, karena Henry, maksudnya pimpinan rumah sakit mengundang Rafa sebagai salah satu tamunya."

1
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!