Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Aku Mencintainya
Lakas berjalan pelan sepanjang jalan di sebuah lorong sepi.
Jubah hitamnya melambai pelan tertiup angin ketika dia melangkahkan kakinya.
Tak seorangpun terlihat disekitar lorong sempit itu, hanya ada Lakas seorang diri disana dengan topi fedora hitamnya.
Beberapa ekor kucing berlari melewati Lakas.
Terlihat seekor kucing berwarna hitam sedang mengawasi Lakas dari arah kejauhan, sepertinya kucing itu tahu sosok Lakas yang sebenarnya.
"Meong...", suara kucing hitam saat melintasi didekat Lakas.
Lakas menghentikan laju langkah kakinya sembari menoleh ke arah kucing hitam.
"Apa kau mengetahui siapa aku ?" tanya Lakas.
"Meong...", sahut suara kucing hitam lalu duduk diam.
Lakas menatap ke arah kucing hitam dengan sorot mata tajam.
"Katakan padaku, dimana asalmu, supaya aku bisa memulangkanmu ke tempat tinggalmu", kata Lakas.
Kucing hitam berlari pergi, meninggalkan Lakas yang berdiri termenung.
"Dasar kucing..., kau kira bisa mengusirku...", ucap Lakas.
Lakas melanjutkan langkah kakinya, dia baru saja usai mengantarkan Cornelia ke sekolah dan memilih melewati jalan lorong yang sepi ini.
Jalan di lorong ini terasa teduh bahkan jarang terkena oleh cahaya Matahari sehingga menjadi pilihan Lakas untuk melewati jalan ini.
Angin bertiup tenang, menerpa wajah tampan sang vampir yang sedang berjalan.
Lakas merapatkan kerah mantelnya yang tebal ke arah leher sembari setengah menundukkan pandangannya.
Suara langkah kaki Lakas terdengar menggema pelan sepanjang jalan lorong yang sunyi serta remang.
Sudah sepuluh tahun lamanya, Lakas terkurung didalam peti matinya oleh mantra bersegel dikamarnya.
Lakas mempercepat langkah kakinya menuju ke arah jalan pulang. Dia ingin segera sampai di rumahnya dan menunggu waktu untuk menjemput Cornelia pulang sekolah sambil membuatkan makanan untuk Cornelia.
Tampak tubuh Lakas bergerak cepat bagaikan bayangan yang melesat, setiap jalan dapat mudah dia lalui dengan sekali gerakan.
Tidak butuh waktu lama, Lakas telah sampai didepan rumahnya.
"Apa kau sudah mengantarkan Cornelia ke sekolahnya ?" sapa seseorang tiba-tiba.
Lakas segera mengalihkan pandangannya ke arah suara itu.
"Nobel, sejak kapan kau bergantungan didepan rumah seperti itu ?" sahut Lakas.
"Baru dua jam, aku bergantungan seperti ini, kupikir tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan kita disini", celetuk Nobel.
Nobel sangat acuh tak acuh saat berbicara dengan Lakas sedangkan tubuhnya bergelantungan didepan rumah.
"Kuharap kebiasaanmu itu segera dihilangkan, kita tidak bisa memprediksi bahwa orang lain tidak melihatmu, mungkin saja mereka sedang mengamati kita, tetangga baru mereka yang aneh", ucap Lakas.
"Tidak sopan rasanya memata-matai seseorang apalagi tidak ada hubungannya dengan mereka, itu termasuk kebiasaan buruk", sahut Nobel.
"Setiap orang tidak sama sifatnya, ada yang terlihat baik ada juga yang tidak, jangan kau anggap sepele hal ini", ucap Lakas.
"Sepertinya kau telah beradaptasi dengan kehidupan manusia sekarang padahal baru saja kau bangun setelah sepuluh tahun terkurung", sahut Nobel.
"Bukankah kau yang mengurungku !?" ucap Lakas.
"Ya, benar...", jawab Nobel seraya menghela nafas pelan.
"Jadi alangkah baiknya sekarang kau lebih berhati-hati, tidak bisa kita prediksi sesuatu yang asing diluar sana akan memantau kita", kata Lakas.
"Tabiat buruk...", ucap Nobel lalu turun.
Lakas melirik sekilas ke arah Nobel lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Tampak Nobel mengikuti langkah kaki Lakas saat mereka masuk.
"Kapan kau akan menikahi Cornelia ? Aku lihat hubungan kalian bertambah dekat...", sambung Nobel.
"Entahlah, aku masih belum memutuskan rencana besar itu", sahut Lakas.
"Kau tahu, pernikahanmu dengan Cornelia sangat penting bagimu sendiri, akan tidak mudah untuk kalian terpisah jika menikah", ucap Nobel.
"Tapi pernikahan bukanlah masalah yang sepele karena butuh kesiapan untuk melakukannya", jawab Lakas.
Lakas melepaskan mantel tebalnya lalu meletakkannya ke atas sofa yang ada diruangan tengah.
"Meski aku telah siap, tapi bagi Cornelia, dia mesti beradaptasi denganku yang seorang vampir", lanjut Lakas.
Nobel menghempaskan tubuhnya ke atas sofa sambil berkata.
"Kita tidak punya waktu lama, dan kau pasti mengerti maksud dari ucapanku ini", kata Nobel.
Nobel melirik pelan ke arah Lakas yang berjalan melewatinya.
"Ya, aku tahu itu...", sahut Lakas sambil mengangguk.
Lakas menghentikan langkah kakinya tepat didepan sebuah meja bulat yang diatasnya terletak senampan botol minuman anggur merah.
Dituangkannya sebotol minuman anggur merah ke dalam gelas kristal.
"Mungkin aku akan melamar Cornelia dengan pendekatan yang lebih baik lagi, aku tidak ingin gegabah karena kami akan membina sebuah hubungan panjang yang membutuhkan pemahaman dalam diantara kami", ucap Lakas.
Lakas memasukkan es batu ke dalam gelas minuman anggur merahnya lalu mencecapnya penuh perasaan.
"Meski kami telah menyatu sebagaimana pasangan kekasih yang saling mencintai, hubungan kami masih terbilang baru", sambung Lakas.
Lakas menenggak habis segelas anggur merah dengan sekali minum.
"Huah..., dia perempuan yang hebat, aku tidak ingin menyakitinya...", ucap Lakas.
Nobel hanya mendengarkan ucapan Lakas sambil mengamatinya dari tempat dia duduk.
"Kau mencintainya...", tiba-tiba Nobel bersuara.
Namun ucapannya agak mengejutkan Lakas sehingga dia memalingkan seluruh pandangannya ke arah Nobel.
"Tidak perlu diragukan akan perasaanku terhadap Cornelia", ucap Lakas.
Ujung bibir Lakas agak naik ke atas, membentuk sebuah senyuman.
"Cornelia adalah cinta pertamaku dan terakhirku, tidak ada perempuan lainnya yang aku inginkan selain dia", sahut Lakas.
"Bukan karena darahnya kau bersikap setia terhadapnya ?" kata Nobel.
"Tentu tidak...", sahut Lakas.
Lakas menggelengkan kepalanya cepat, masih berdiri dengan segelas kristal ditangannya lalu mendesah ringan.
"Cinta tidak bisa dibandingkan dengan apapun juga, dan kau tahu bahwa Cornelia adalah cinta dalam hidupku, dia segala-galanya untukku", ucap Lakas.
Lakas menaruh gelas yang ada ditangannya lalu berjalan ke arah sofa.
"Aku ingin dia merasakan cinta diantara kami secara perlahan-lahan, meski suatu hari nanti pada akhirnya kami akan menikah, tetap aku ingin hubungan kami layaknya sepasang kekasih lainnya", sambung Lakas.
Lakas merebahkan tubuhnya ke atas sofa sembari menatap lurus ke atas.
"Memang sangat rumit, dan tidak mudah bagi kami yang berbeda dunia", ucap Lakas.
"Lantas bagaimana dengan ayahmu, pernahkah terpikirkan olehmu jika dia mencarimu selama ini", kata Nobel.
Lakas tertawa pelan sembari menatap ke arah Nobel.
"Hal yang tidak pernah ayah tidak dia lakukan adalah tidak berhenti untuk menggangguku, pastinya dia telah menyebar semua orangnya untuk mencariku", sahut Lakas.
Tampak Lakas tersenyum menyeringai saat melihat ke arah Nobel.
"Dan kau tahu itu bahwa kaisar vampir mencarimu, bagaimana kau bisa menebaknya jika ayahmu sedang kebingungan karena kau menghilang dari istana", kata Nobel.
"Sudah menjadi kebiasaan ayah jika aku tidak ada dan tidak menampakkan diriku", ucap Lakas.
"Hampir sepuluh tahun lamanya kita meninggalkan istana kekaisaran vampir bahkan kita tidak berpamitan saat pergi", sambung Nobel.
Nobel diam-diam memperhatikan ke arah Lakas, mencoba mencari tahu isi dalam hatinya saat ini.
"Dan apakah kau mencemaskan hal itu ?" tanya Nobel.
"Tidak...", sahut Lakas.
Lakas terdiam sesaat lalu kembali menatap ke arah Lakas yang duduk disofa lainnya, tak jauh darinya berbaring sekarang.
"Hanya saja yang aku cemaskan adalah Cornelia...", sambungnya.
Terlihat jelas ekspresi wajah Lakas yang khawatir terhadap keselamatan Cornelia jika kaisar vampir menemukannya.
Sebenarnya Lakas tahu ayahnya menginginkan semua pangeran menikahi gadis dibawah cahaya bulan karena kekuatan bulan purnama sempurna akan membuat para vampir menjadi perkasa berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Kekuatan hebat yang terpancar dari anugerah langit itulah yang menjadi buruan vampir seperti ayahnya, count vampir untuk kekuasaan dan kesaktian.
Lakas tahu akan kekuatan dari cahaya bulan karena dia telah bersatu dengan Cornelia dan dia merasakan kekuatan supranatural dari diri Cornelia saat mereka berdua telah menyatu satu sama lainnya, lebih tepatnya berhubungan secara intim.
Kekuatan dari cahaya bulan yang terbentuk sempurna saat Lakas menemukan Cornelia pertama kalinya dibawah cahaya bulan memang tidak dapat dibayangkan oleh Lakas yang dulunya dia tidak percaya akan rumor kekuatan dewi bulan.
Pikir Lakas, mana ada dewi bulan dizaman modern, tapi kenyataannya terbukti, bahwa ucapan ayahnya memang benar adanya akan kekuatan cahaya bulan itu bahkan saat dia bertemu Cornelia, dia mulai mengetahuinya aura kuat dari cahaya bulan yang terpancar dari dalam jiwa Cornelia.
Bukan cahaya bulan yang dicari oleh ayahnya melainkan gadis dengan kekuatan cahaya bulan yang berenergi positif yang sebenarnya dicari ayahnya, sang kaisar vampir selama ini, untuk pendamping pangeran mahkota yang akan menggantikannya sebagai pewaris tahta kekaisaran vampir selanjutnya.