NovelToon NovelToon
Kosmos: Odise Dimensi

Kosmos: Odise Dimensi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Sci-Fi / Penyeberangan Dunia Lain / Hari Kiamat / Peradaban Antar Bintang
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: D. Septian D

Memasuki pertengahan era millenium, dunia berada didalam huru-hara kontradiksi kepentingan para ilmuwan antara memilih demi planet bumi atau antariksa?

Alexey, seorang ilmuwan muda, mendalami sebuah penelitian setelah kasus ayahnya yang hilang secara misterius yang mengarahkan dirinya menuju dimensi kosmos dan akibatnya pada fisika modern.

Bersama dalam satu tekad demi jawaban ilmu pengetahuan astrofisika, namun segelintir ilmuwan mengakhiri ambisinya. Hingga mereka berada dalam puncak konflik, yang mengakhiri segala-galanya.

Apa jawaban untuk mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D. Septian D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18: Akhir yang Pahit

Setelah berlari-lari kabur menyelamatkan diri, Dr. Sofia merasa tak sanggup lari lagi. Kini Ia berada dipinggir hutan yang lebat, dengan nafas tersengal-sengal, tubuhnya lelah, dan pikiran berkecamuk. Ia merasa hidupnya akan segera berakhir di tangan pria misterius yang sekarang berdiri di depannya.

"Apakah ini akhirnya? Duhai Sang Maut, sekiranya engkau tiba untukku, maka akhiri pula kesusahanku..." katanya dengan nada puitis. Ia menyerah pasrah pada nasibnya.

Namun, pria itu tak bergerak mendekatinya. Sebaliknya, Ia hanya menatap Dr. Sofia dengan biasa saja.

"Saya tidak datang untuk mengakhiri hidupmu, Dr. Sofia. Saya bukan malaikat maut," ucap pria itu dengan suara tenang. "Saya datang untuk berbicara."

Sofia terkejut. "Bicara? Kamu pikir saya percaya? Kamu menembakku untuk kedua kalinya lagi bukan?"

Pria itu menatapnya dengan senyum tipis. "Ada banyak yang perlu kamu ketahui. Kamu dibawa ke sini bukan hanya karena penelitianmu. Ada banyak hal yang lebih besar di balik ini."

Pria itu duduk di samping Dr. Sofia, memulai percakapan yang panjang. Ia bercerita ada apa dibalik dari ini semua, dan mengapa Dr. Sofia menjadi target mereka. Ia menjelaskan bahwa penelitian Sofia dianggap sebagai ancaman sekaligus peluang oleh negara.

"Kenapa kamu lari?" tanya pria itu.

"Tidak usah pura-pura tidak tahu!" balasnya kembali.

"Justru kamulah yang tidak tahu, realita tidak seburuk dipikiranmu," kata pria itu. "Ya... Meskipun saya juga tidak tahu pasti. Tapi apa kamu tahu isi dari surat perjanjian itu?"

"Saya tidak sempat membacanya. Hanya dipaksa tanda tangan, mungkin sebagai formalitas saja." jawab Dr. Sofia.

"Surat perjanjian yang kamu tandatangani itu... bukan sekadar formalitas," kata pria itu. "Itu adalah konsekuensi dari tindakanmu. Mereka memastikan bahwa kamu tidak akan bisa melawan atau kabur tanpa ada akibat yang serius."

Sofia menatap pria itu dengan mata penuh kekecewaan. "Apa maksudmu?"

"Ya.. me-..." kata pria itu.

"...-Siapa mereka sebenarnya? Apa yang dilakukannya?" potong Dr. Sofia.

"Biar ku jelaskan... Saya hanyalah anggota RSA biasa, tidak seharusnya saya bekerja disini. Tetapi karena perintah dan aturan besar yang berlaku, apa boleh buat. Mereka disana sebagian besar berasal dari kalangan militer dan politikus. Hanya sebagian kecil dari RSA itupun para pemangku kepentingan dan jabatan saja," jelas pria misterius itu.

"Mereka menangkap orang-orang yang memasuki wilayah ini, kamu tahu sendiri bukan? Kamu berasal dari sini juga bukan? Diantaranya kalangan yang pernah tersorot media atau kasus lain. Bahkan ilmuwan sepertimu...," lanjut pria tersebut.

"....Mereka dipaksa mengeluarkan apa yang mereka bisa. Contohnya sepertimu, kamu adalah kalangan ilmuwan, maka kamu dipaksa mengeluarkan karya ilmiahmu atau mungkin penelitianmu. Jika diantara yang mereka tangkap tidak mengeluarkan apa yang mereka bisa, mungkin saja lain cerita. Hanya saja saya kurang tahu." sambungnya.

Dr. Sofia menatap pria itu kemudian menunduk.

Pria itu menarik napas panjang. "Jika kamu mencoba melarikan diri lagi, keluargamu akan menjadi bagian dari perjanjian itu. Mereka akan menanggung konsekuensinya."

Pembicaraan mereka terus berlanjut, dengan pria itu membongkar berbagai fakta dan alasan di balik penculikan Dr. Sofia. Ia memperingatkannya untuk tidak melawan lagi, meskipun nyawa menjadi taruhannya. Tetapi semua sudah terlanjur. Pria itu berharap tidak terjadi apa-apa kedepannya.

"Kenapa kamu memberitahuku semua ini?" tanya Sofia dengan suara gemetar.

"Karena saya percaya kamu bisa," jawab pria itu. "Namun, itu bisa menjadi pedang bermata dua. Sebenarnya bisa saja saya menolak membantumu, tetapi saya pun tidak ingin melihatmu hancur atau keluargamu terluka karena kebodohan atau ketidakpahaman."

Pria itupun membantu Dr. Sofia berdiri kembali. Di akhir pembicaraan, Sofia memutuskan untuk pergi menemui keluarganya.

Dengan penuh kekhawatiran, Ia bergegas kembali ke rumahnya. Namun, setibanya di sana, Ia tidak menemukan ayah dan ibunya. Rumah itu kosong, dan saudaranya yaitu Lev juga tidak ada.

Ia mencarinya diberbagai ruangan dalam rumahnya, sampai akhirnya mendengar suara teriakan Lev dari luar rumah kejauhan.

"Sofiaaaa.... Tolooong..." teriak Lev yang telah dibawa oleh truk militer.

Ia pun bergegas lari mengejarnya, Ia juga melihat Ibu dan Ayahnya yang tua renta itu melambaikan tangannya pada dirinya dengan senyum lirih. Seolah-olah memberi isyarat selamat tinggal untuk anaknya yang telah membanggakannya.

Dunianya runtuh seketika. Rasa pilu dan menyakitkan bergelimang dihati siang dan malam. "Ibu..."

Dilain sisi, keluarga Dr. Sofia yang dibawa militer, akhirnya diturunkan di sebuah tempat hutan yang sunyi.

Mereka disuruh untuk duduk. Menyampaikan perkataan untuk yang terakhir kalinya. Kecuali Lev sendiri yang dibawa ditempat terpisah. Para anggota militer itupun menyiapkan senjatanya.

Sebelum itu, ayah dan ibunya menitipkan pesan untuk Sofia, anaknya tercinta.

"Anakku, Sofia. Saat kami telah tiada, ingatlah bahwa setiap detik kami memikirkanmu dengan penuh cinta. Kami bangga padamu dan percaya pada kekuatanmu. Jangan biarkan penderitaan ini menghentikan semangatmu. Kami akan selalu mencintaimu, selamanya.... Dengan segala cinta, Ibu dan Ayah.

Selamat tinggal nak..."

KREKK...

DOOOR... DOOOR...

Bunyi senapan menggema di hutan yang sunyi itu. Akhir yang naas bagi keluarganya.

Sehari kemudian, karena Ia tak berhasil mengejar dan menemukan dimana keberadaan keluarganya, Ia pun mencari keberadaan pria misterius itu.

Tak butuh waktu lama, pria itu menemukannya terlebih dahulu. "Aku sudah mendugamu akan kembali," ucapnya.

Sofia menatap pria itu dengan mata penuh air mata. "Dimana keluargaku?"

Pria itu menghela napas. "Sepertinya maaf. Mereka sudah tewas. Hanya saja saya tidak tahu dimana mereka. Mereka juga menitipkan pesan untukmu."

Setelah mendengar isi pesannya, Dr. Sofia merasa seluruh harapannya lenyap. "Kenapa? Kenapa mereka melakukan ini?"

Pria itu menatap Sofia dengan rasa bersalah. "Itulah risiko yang harus diambil ketika kita melibatkan diri dalam hal-hal besar. Ironi didalam ironi."

Dengan hati yang hancur, Sofia memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Sebelum pergi, Ia bertanya pada pria itu, "Siapa kamu sebenarnya?"

Pria itu tersenyum tipis. "Namaku NA dibalik pun tidak apa, AN."

Kemudian pria itu melepas jubah hitamnya, membuka tutup kepalanya dan masker penutup wajah. Menampakkan wajah tampan dan penuh ketenangan yang memukau Dr. Sofia.

"Apa itu AN?" tanya Dr. Sofia

Pria itu menjawab, "Alexander Novasky."

...****************...

Setelah mendengar pernyataan Alexey, Dr. Sofia pun dengan berat hati pergi dari kampung halamannya untuk selamanya. Ia segera memutuskan untuk berangkat ke luar negeri. Ia memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat, tempat di mana ia percaya bahwa kebebasan ilmiah dan peluang penelitian lebih terbuka.

Selang beberapa hari kemudian, setelah melalui perjalanan yang penuh risiko dan ketidakpastian, Dr. Sofia akhirnya tiba di Houston, Texas. Ia memilih Houston karena di sanalah markas NASA berada, dan ia berharap dapat melanjutkan karirnya di bidang ilmiah di lingkungan yang lebih aman dan mendukung.

Sesampainya di Houston, Ia memilih tinggal di sebuah apartemen kecil yang cukup untuk dirinya seorang. Apartemen itu sederhana, tetapi cukup nyaman. Setiap malam, Ia berjuang untuk tidur, dihantui oleh ingatan tentang keluarganya dan tragedi yang telah menimpa mereka. Namun, dirinya tahu bahwa harus tetap bergerak maju.

Berbekal relasi dengan rekannya dulu yaitu Dr. Jim yang kini berada di NASA, Ia memutuskan untuk menghubungi Dr. Jim dan meminta bantuannya. Dr. Sofia dan Dr. Jim sudah saling mengenal sejak konferensi COSPAR beberapa tahun yang lalu, di mana mereka berdua mempresentasikan penelitian mereka masing-masing bersama Dr. Parker. Meskipun mereka tidak terlalu dekat, Ia tahu bahwa Dr. Jim adalah orang yang bisa diandalkan.

Dr. Jim menerima pesan dari Sofia dengan kejutan. Ia segera mengatur pertemuan dengan Dr. Sofia di sebuah kafe tidak jauh dari kantor NASA. Ketika mereka bertemu, mereka merasa lega melihat wajah yang familiar dan bersahabat.

"Hey! Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" tanya Dr. Jim dengan senyum hangat.

Dr. Sofia mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih terasa berat. "Dr. Jim, saya... saya butuh bantuanmu. Banyak hal yang terjadi sejak terakhir kita bertemu."

Ia pun menceritakan segala yang telah terjadi, mulai dari tekanan yang ia hadapi di Rusia, penculikan, hingga tragedi yang menimpa keluarganya. Dr. Jim mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk dan menunjukkan empati.

"Sejujurnya, saya sangat menyesal mendengar semua ini. Kamu benar-benar melalui masa yang sulit," kata Dr. Jim dengan nada serius.

"Kamu benar datang ke sini. Di NASA, kami selalu mencari ilmuwan berbakat seperti kamu. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantumu mendapatkan posisi di sini."

Dr. Sofia merasa harapan mulai muncul kembali di hatinya. "Terima kasih. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan tanpa bantuanmu."

Dr. Jim tersenyum. "Kita harus saling mendukung, Sofia. Terkadang, takdir membawa seseorang ke tempat yang tidak terduga. Kamu adalah ilmuwan yang luar biasa, dan saya yakin kamu akan menemukan tempatmu di sini."

Dr. Jim pun membantunya dalam proses administrasi dan mengenalkannya pada tim ilmuwan di NASA. Ia juga memberikan nasihat dan dukungan moral sekaligus membantunya menavigasi kehidupan barunya di Houston.

Hubungan mereka berkembang menjadi lebih kuat, bukan hanya sebagai rekan kerja, tetapi juga sebagai teman yang saling mendukung.

Dengan bantuan Dr. Jim, Sofia akhirnya diterima sebagai bagian dari tim ilmuwan NASA. Ia mulai bekerja pada proyek-proyek baru, menggunakan pengetahuannya dalam bioteknologi dan nuklir untuk berkontribusi pada penelitian yang lebih besar.

Meskipun bayangan masa lalunya masih menghantui, Dr. Sofia merasa bahwa ia telah menemukan tujuan baru dalam hidupnya.

Hingga suatu hari, mereka berdua merasa bagian dirinya kurang lengkap tanpa sosok Dr. Parker. Disudut belahan dunia lain, Dr. Parker, mengenang kebersamaan mereka sewaktu masih bersama.

1
anggita
like👍+☝tonton iklan. semoga novelnya lancar banyak pembaca.
OnAnimous
mampir juga ka
Leekay_Clowpd
keren kak ^^, apa kakak ada rencana buat ikut space explorer nanti?
Leekay_Clowpd: tentu, kebetulan juga aku punya cerita space explorer, sekalian nyari inspirasi ^^
D. Septian: Kemungkinan, bantu support ya/Plusone//Good/
total 2 replies
D. Septian
terjadinya*
Scar
Mantap banget! 🙌
D. Septian: Bakal update kok😉
total 1 replies
kappa-UwU
Ga sabar jilid berikutnya
D. Septian: Sip, saran dan dukungannya ya👍
total 1 replies
Muhamad Ali
Maknyus! 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!