Membangun Peradaban Dari Nol Di Pulau Terpencil Dengan Bantuan Sistem

Hari masih dingin saat mereka mulai sarapan pagi. Lidah mereka mulai bosan karena setiap hari harus makan ikan bakar dan rebus. Mereka punya rebung dan jamur, tetapi tetap saja rasanya membosankan.

Berbeda dengan yang lainnya, Silva tampak sangat bahagia dengan makanannya. Dia sudah lama tidak makan sesuatu yang hangat dan tidur dengan tenang.

Nova menjadi orang pertama yang selesai sarapan, ia mengambil beberapa ikan yang ukurannya besar dan membawanya pergi.

“Apa Nova sedang mencoba untuk memberi makan hutan?” tebak Siska yang melihat Nova pergi dengan perlengkapannya.

Nova meminta yang lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan di kamp sedangkan dia pergi keluar untuk mengurus sesuatu.

“Aku harap ia benar-benar memberi makan hutan, daripada harus memberi makan harimau,” ujar Indra sembari meminum supnya.

Ia tidak sadar sudah membuat semua orang terperanjat kaget.

“Ha-harimau kau bilang?”

Indra mengangguk santai. Ia tersentak saat sadar belum menceritakan apapun kepada yang lainnya mengenai dirinya dan Nova yang bertemu dengan harimau putih di hutan bambu.

Cukup sulit bagi Nova untuk menemukan Harimau putih yang kemarin ditemukannya. Menyadari kehadiran Nova, Harimau yang tengah tertidur itu menggeram dan bangun dari tidurnya.

Ia menatap Nova tidak senang, tetapi matanya tiba-tiba beralih pada beberapa ikan yang Nova bawa.

Menyadari hal itu, Nova melemparkan ikan yang dibawanya kepada harimau putih itu. Harimau itu tampak waspada karena matanya tidak beralih dari Nova sedikit pun. Namun, rasa laparnya mengalahkan sikap waspada itu.

Harimau putih itu mulai memakan ikan yang Nova berikan. Nova duduk di tempat yang agak jauh sambil melihat harimau putih yang menyantap makannya dengan rakus.

Setelah harimau itu selesai makan, Nova tersenyum dan pergi tanpa melakukan apapun. Harimau putih itu tidak melakukan apapun dan hanya melihat kepergian Nova. Ia kembali tidur karena sudah kenyang.

“Mari pelan-pelan membangun hubungan,” guman Nova sembari menyibak semak yang mengganggunya.

Tempat yang ingin ditujunya adalah tempat di mana perangkap ayam hutan dipasangnya. Nova tersenyum puas saat melihat lima ekor ayam sudah berada di dalam kadang perangkap.

Nova lalu pergi dan mengecek perangkap lainnya, saat sedang mengecek perangkap yang dipasang oleh Taki dan Ogy. Nova terkejut karena yang saat itu menggantung di sana bukanlah seekor ayam hutan melainkan seekor kelinci putih gemuk.

Kelinci itu tampak berusaha untuk melepaskan diri, tetapi Nova tidak mungkin melepaskannya begitu saja.

“Kelinci tampak sangat gemuk, kalau begitu tidakkah aku akan menemukan yang lainnya kalau aku memeriksa daerah ini?” Nova menyeringai memikirkan ada berapa ekor kelinci yang akan didapatkannya.

Ekor matanya lalu tidak sengaja menangkap sesuatu berwarna jingga yang berada di tanah. “Jangan bilang?!”

Nova mengambil benda itu dan sangat terkejut. “Ini benar-benar wortel,” pekiknya girang.

“Aku menemukan satu lagi sayuran, bukankah ini adalah harta karun?” Tanpa membuang waktu lagi, Nova mengambil kelinci putih itu dan mengikatnya.

Ia sedikit kesulitan karena tenaga kelinci itu sangat besar dan berusaha untuk menggigit Nova.

Setelah waktu yang sulit, ia kembali ke kamp dengan seekor kelinci putih dan lima ekor ayam hutan.

Teman-temannya yang lain menyambut Nova dengan sangat bahagia. “Woah, ini sangat lucu,” ujar Tasya mengambil kelinci putih dari tangan Nova.

“Kau mendapatkan tangkapan yang tidak terduga.” Indra menghampiri Nova dengan napas memburu. Tampaknya mereka sedang menyelesaikan cangkul yang tadi dibuat oleh Nova.

“Ah, Taki maaf merepotkan. Apakah kau bisa membantuku membuat sesuatu untuk mengurung kelinci ini?” tanya Nova.

Taki yang tengah sibuk mengayam sesuatu mengangguk patuh. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan tidak menemukan empat orang lainnya.

“Kemana yang lainnya pergi?” tanya Nova mengambil alih cangkul batu dan tongkatnya. Ia berniat menyelesaikan itu sebelum kembali pergi.

“Mereka pergi ke luar sebentar,” jawab Indra.

Tasya yang sedang sibuk memeluk kelinci putih tiba-tiba mengikat sesuatu. Ia menyerahkan kelinci itu kepada Indra dan berlari masuk ke dalam gua. Tasya kembali dengan tasnya dan menghampiri Nova yang sedang bersiap menyelesaikan cangkul batunya.

“Aku melupakan ini,” ujarnya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas.

Tasya menunjukkan sebuah tanaman yang benar-benar tidak Nova duga akan melihatnya di pulau terpencil ini.

[Soapwort (Saponaria Officinalis): Tanaman yang dikenal karena kemampuannya menghasilkan busa seperti sabun ketika dicampur dengan air. Merupakan keluarga Caryophyllaceae, tumbuh di daerah beriklim sedang. Dapat tumbuh setinggi 30-90 cm, biasanya berbunga dari awal hingga akhir musim panas (Juni hingga September)]

[Daun soapwort berbentuk lanset dengan ujung meruncing berwarna hijau dan tersusun berpasangan sepanjang batang. Batangnya tegak dan seringkali bercabang berbentuk silindris, dan memiliki tekstur halus. Bunganya memiliki lima kelopak berwarna putih hingga merah muda pucat, tumbuh dalam kelompok di ujung batang.]

[Dapat dijumpai di padang rumput, tepi sungai dan lahan terbuka.]

Nova tersenyum puas, tidak menyangka kalau hal berharga seperti ini akan ditemukannya. Dengan adanya tanaman ini, maka Nova tidak lagi harus khawatir dengan kebersihan mereka.

Awalnya Nova berencana untuk menggunakan lemak babi sebagai pilihan terakhirnya karena tidak menemukan bahan utama untuk membuat sabun. Tentu saja hal itu hanya ada dalam pikirannya sendiri, karena Indra pasti tidak setuju kalau ia mengatakan ide gilanya itu.

Selain itu, mendapatkan babi hutan juga bukanlah hal mudah karena hewan itu cukup berbahaya. Namun, sepertinya Nova tidak lagi memerlukan ide gila itu karena ia sudah mendapatkan solusinya.

“Kau menemukan hal yang sangat berharga, Tasya.” Nova mengelus kepala Tasya lembut, ia tidak sadar kalau perlakuannya sudah membuat wajah Tasya memanas dan menjadi semerah tomat.

“Ak-aku akan membantu Taki untuk mengayam bambu,” ucap Tasya dengan tergagap. Gadis itu segera pergi menghampiri Taki yang tengah serius, kedatangan tiba-tiba Tasya malah membuat Taki terkejut dan kebingungan.

“Apa aku melakukan hal yang salah?” tanya Nova menggaruk kepalanya bingung.

Indra hanya menatap datar Nova, lantas menghela napas lelah.

Mengabaikan sikap aneh Tasya, Nova kembali menyimpan tanaman itu ke dalam tas milik Tasya dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.

[Host berhasil membuat cangkul batu dan mendapatkan 1000 poin]

Setelah menyelesaikan pekerjaan itu, Nova beristirahat sebentar. Ia berencana untuk mengecek jumlah poin yang sudah ia kumpulkan dan membeli sesuatu di market. Namun, sebelum Nova benar-benar mendaratkan bokongnya ke tanah untuk duduk. Indra memanggilnya dan mengajaknya untuk menggali tanah untuk membuat kolam ikan.

“Kita tidak bisa menunda lagi, oh ya setelah menyelesaikan ini mari buat parit kecil untuk mengalirkan air ke sungai begitu hujan turun,” ucap Indra sembari mulai menggali tanah.

Nova mulai ikut membantu. Karena terlalu sibuk, ia sampai lupa kalau Nova ingin mengatakan sesuatu yang penting.