Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Ren, kamu tadi lihat uang bibi di meja kamar?" tanya Bi Yati.
"Gak bi, Reni gak lihat."
"Kamu biasa masuk kamar bibi kalau pagi dan sore sebelum pergi sekolah dan ngaji!"
"Iya bi, aku ambil uang logam, katanya gak apa² aku ambil uang logam buat jajan?" tanya Reni heran.
"Iya tapi tadi uang bibi di meja dekat kaleng uang logam!" jawabnya nyolot.
"Aku gak tau kok bi!" melakukan pembelaan.
"Terus siapa yang ambil! Masak kucing?"
"Emang siapa yang ambil, kenapa jadi seolah aku yang ambil ya?!" gumamnya dalam hati.
"Kenapa ini rame²?" tanya nenek yang baru datang dari rumah anaknya yang lain.
"Uangku dimeja gak ada ma lima ribu. Mama lihat?" tanya bibi lesu.
"Mama gak lihat, mungkin kamu lupa simpan Yati!"
"Aku ingat sekali ma kalau aku nyimpannya dimeja."
"Ya sudah nanti akan ketemu kalau memang rezekimu." jawab nenek enteng.
"Huh mama ini, aku butuh sekarang! Mana ya!" masih sibuk mencari uangnya.
Nenek dan Reni meninggalkan bi Yati yang sibuk mencari uangnya.
"Sedihnya rasanya kalau dituduh begitu, ibu... Aku ingin pulang!" huhuhu. Reni menjauh dari rumah, mencari tempat untuk menenangkan diri di bawah pohon.
"Ada pohon jeruk pale, wah ada buahnya! Rezeki anak sholehah ya!" gumamnya sambil mengambil buah jeruk yang masak.
"Manis. Tapi kok gak ada yang bilang ya ada pohon jeruk disini!" gumamnya dalam hati.
***
"Kamu dari mana saja Ren?" tanya bi Yati.
"Dari main bi, kenapa?"
"Kenapa? Sana bantu kakakmu menyapu! Kamu gak ke TPA kan?"
"Gak bi, kan sudah libur mau puasa! Iya aku ambil sapu dulu bi."
"Kenapa itu bibi sensi amat!" gumam Reni dalam hati.
Setelah ambil sapu, Reni langsung menyapu hingga sore, mandi lalu shalat, dan istirahat.
"Mb, tadi jam berapa pulang sekolah?"
"Jam 2 an kayaknya. Kenapa? Kamu tadi dari mana sih? Bibi nyari kamu tau!" ucapnya sedikit kesal.
"Aku habis main, di bawah pohon. Cari k jeruk manis. Bibi nyariin aku kenapa ya Mb?" tanyanya heran.
"Gak tau juga!"
"Apa masalah uang tadi ya? Mungkin juga sih!" gumamnya dalam hati dengan bertanya² ada apa gerangan.
***
"Dodi, aku bisa minta tolong gak?" tanya Roni.
"Bantu apa Ron?"
"Bantu aku gimana caranya cari tau kalau Reni itu adik aku atau bukan!" jelasnya serius.
"Tanya saja langsung siapa orang tua kandungnya." Roni mengangguk dan tampak berpikir.
"Kalau dia berpikir aneh² gimana Dod?"
"Berpikir aneh gimana maksudnya? Ya kita temui dulu, ajak ngobrol supaya dia gak kaget lalu tanya pada intinya! Gitu Roni. Otak cerdas kemana Bro!" ledek Dodi.
"Nah, pintar ini teman aku, iya itu ide bagus. Besok di sekolah temenin aku untuk menemuinya. Ok."
"Beres dah!" pasrahnya. "Kayaknya kamu penasaran banget dengan dia, kamu mau cari adik kamu atau kamu suka sama dia?" hahaha.
"Eh kamu ini ada² saja! Kita masih kecil, aku hanya kangen adikku, dia begitu mirip! Sekolah dulu yang bener baru mikirin perempuan Dod!" seru Roni.
"Iya ya, aku juga masih mau meraih cita² setinggi langit, mau terbang ke angkasa aku Ron!"
"Iya sana mi terbang." sahut Roni asal.
"Makan yuk, lapar nih. Dari tadi aku belum makan!"
"Makan di dalam saja! Mama sudah masak, aku gak suka makan di luar!" jawab Roni.
"Malu minta makan terus disini Ron."
"Sejak kapan malu makan disini? Malu²in iya Dod." hahaha. Akhirnya mereka tertawa bersama lalu masuk ke dalam rumah menuju meja makan di dapur.
"Ya kosong Ron." ucapnya lesu.
"Noh di lemari kamu cari, biasa lauk sayur disana!" menunjuk pada lemari makanan dekat dengan lemari pendingin atau kulkas.
"Wah bener, ada sayur paria dengan lauknya perkedel jagung, mantap nih pahit²nya kayak hidup Roni!" candanya.
"Enak saja! Hidupku bahagia, gak sepahit paria juga kali!" tidak terima dengan ucapan temannya. Dodi teman sejak bayi, rumah mereka juga tidak berjauhan hanya berjarak 50 meter saja. Dodi sering ke rumah Roni bahkan sampai bermalam disana ketika orang tuanya tidak di rumah.
"Mantapnya Ron. Kamu gak makan juga?" tanyanya seolah tuan rumah.
"Aku sudah makan tadi, makanlah sampai kenyang, jangan lupa cuci piring." seraya bangkit dari duduknya Roni berucap lalu melangkah menuju kamarnya.
"Tega amat dia ninggalin aku sendirian disini, disuruh cuci piring lagi. Gak apa² deh yang penting bisa nambah. Hehehe." gerutunya pelan.
"Kasih kenyang Dod." ucap nenek yang baru keluar dari kamar.
"Eh, nenek. Makan yuk nek!" ajaknya sambil senyum kikuk. "Ku pikir gak ada nenek di kamarnya, semoga nenek gak dengar gerutuan aku tadi." gumamnya dalam hati.
"Nenek sudah makan, makanlah yang banyak biar sehat dan kuat!" ucapnya lagi sambil tersenyum. "Mama sama bapak kamu dimana?" lanjutnya.
"Tadi mama di rumah nek, kalau bapak gak tau kemana! Mungkin kerja nek." selesai makan lalu ke wastafel untuk cuci piring dan tangan.
"Sudah gak usah dicuci, biar disitu saja!"
"Gak apa2 nek hanya satu piring sekalian sambil cuci tangan nek!"
"Anak rajin." puji nenek pada Dodi.
"Terima kasih nek! Nenek bisa saja. Hehehe. Kalau gitu Dodi ke kamar Roni ya nek?" pamitnya.
"Iya sana lah, nenek juga mau cari Rey."
"Iya nek." melangkahkan kaki menuju kamar Roni.
"Ron. Kamu di dalam?" panggil Dodi seraya mengetuk pintu kamar Roni. Meski sudah akrab sejak kecil tapi tetap mengutamakan sopan santun.
"Tunggu aku masih ganti baju." sahut Roni dari dalam kamar.
"Emang mau kemana?" setelah pintu terbuka Dodi bertanya.
"Temani aku ke rumah Reni yuk?"
"Ha?" Dodi masih syok. "Yang bener saja, ngapain kesana? Besok sajalah di sekolah!" ucapnya tidak semangat.
"Ayolah Dod, jalan² saja kesana!"
"Kamu tau rumahnya?"
"Gak tau pasti sih!" jawab Roni seraya garuk² belakang kepala yang tidak gatal.
"Hahaha." meledak tawa Dodi. "Kamu ada² saja. Sabar dikit kenapa? Kan besok masih bisa ketemu di sekolah Ron sebelum libur menyambut bulan puasa!" jelas Dodi.
"Iya juga sih! Habis penasaran banget aku. Kamu gak rasa sih apa yang aku rasa!"
"Iya maaf. Besok lah aku temani ketemu Reni di sekolah. Ok." Roni menjawab dengan anggukan kepala saja.
"Kasihan Roni, pasti mama dan bapaknya Roni juga sedih, rindu yang bercampur dalam hatinya mengingat Reni." Gumam Dodi dalam hati. "Padahal Roni anak pembuat onar kalau di luar tapi kalau di rumah hati hello kitty." lanjutnya.
"Aku baring dulu ya." Ucap Roni.
"Iya Ron, aku mau disini saja baca buku kayaknya seru ceritanya!"
"Buku apa sih?" tanya Roni penasaran.
"Menjadi anak kebanggaan orang tua!"
"Oh. Aku belum pernah baca!"
"Ya.. kenapa gak kamu baca?"
"Bukunya papa ketinggalan kayaknya." jawabnya enteng. Dodi hanya manggut² tanda mengerti lalu melanjutkan membaca buku.
"Aku pulang dulu Ron!" seraya bangkit dari kursi. "Dia tidur ternyata. Nah itu ada kertas, pulpen mana ya? Ah gak usah ditulis deh, nanti pamit sama bibi saja." gumamnya pelan. Keluar kamar dengan membuka pintu sangat pelan supaya tidak mengganggu tidurnya Roni, sekarang sudah jam 3 sore.
"Bi, aku pulang dulu ya! Tadi Roni tidur." ternyata mama Tasya ada diteras rumah bermain bersama Rey.
"Iya Dod. Kamu hati², salam sama mama kamu ya!"
"Iya bi. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading ♡♡♡
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih
Jangan lupa like, kritik dan sarannya.../Rose/