Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 18
Ilham kembali masuk ke dalam rumah di saat Nining tidak kunjung keluar. "Ummi kenapa lama banget sih keluarnya?"
"Apa Abi lupa kalau kaki aku masih sakit?" tanya Nining sembari menunjuk kakinya.
"Astaghfirullah... Maaf Mi. Abi lupa." Ilham baru ingat dengan kaki istrinya yang masih sakit. Ia pun membantu Nining berjalan keluar rumah dengan Ilham menutup pintu dan menguncinya. Sedangkan Nining berjalan pelan-pelan untuk keluar pagar untuk menunggu Ilham di sana. Ilham dengan cepat membawa motor keluar dan menutup pagar.
"Assalamualaikum Gus." ucap seorang perempuan mendekati Ilham dan Nining.
"Walaikumussalam." jawab Ilham dengan penglihatannya ke arah lain.
"Saya dengar Gus semalam menikah. Selamat ya Gus." ucap wanita itu menggeliat-liat di samping Ilham dengan melihat Nining melengos begitu saja.
'Mau ngajak berantem aku ya Bu? Enggak lihat apa di sini ada istrinya? Beruntung aja ini kaki masih sakit. Kalau enggak tadi sudah aku semprot pakek obat nyamuk.' Nining begitu geram dengan tingkah perempuan di samping Ilham.
"Iya terimakasih." jawab Ilham sembari melihat ke Nining. "Ini istrinya saya namanya Nining. Orang kampung sebelah." Ilham memperkenalkan Nining tanpa memperkenalkan perempuan di sampingnya.
'Ah... Enggak penting juga.' Nining tidak begitu ingin tahu siapa nama perempuan yang terus saja membuatnya geli.
"Oh ini istrinya. Kirain adiknya Gus yang di Kairo itu." ucap perempuan itu langsung mengulurkan tangannya ke Nining. "Perkenalkan, saya Sabrina. Dulunya calon Gus Ilham. Berhubung saya lebih tua jadinya saya mundur dari seleksi."
Nining menilai perempuan di hadapannya itu terlihat belum mandi, tubuhnya itu terlihat gatal-gatal. 'Banyak keringat sih, hijabnya sama bagian ketiaknya aja basah. Pasti bau banget itu.' Nining membalas salaman. "Oh... Tersingkirkan."
"Bukan tersingkirkan. Tapi mundur aja dari seleksi." balas Sabrina tidak mau kalah.
"Bilang aja Ibu sadar diri."
"Ummi..." panggil Ilham dengan memberikan sebuah isyarat.
Nining ketakutan akan raut wajah Ilham yang terlihat ingin marah. "Oh maaf ya Bu."
"Oh enggak apa-apa Ning. Memang yang kamu omongin benar. Saya harus sadar bahwa saya enggak pantas untuk Gus Ilham yang tampan ini." balas Sabrina dengan melepaskan salaman. Ia juga tertawa sembari memegang mulutnya merasa malu.
'Malu-maluin ada kali Bu, anda itu.' Nining semakin geli dengan tingkah Sabrina.
"Oh iya jangan panggil Ibu. Teteh aja. Biar terlihat lebih muda." pinta Sabrina sembari melirik-melirik Ilham.
Nining tersenyum saja tanpa menjawab. Ia takut dengan wajah Ilham yang melihat kearahnya dengan wajah yang minta untuk di setrika biar semakin rapi.
"Iya sudah kalau begitu kami berangkat dulu ya Teh. Soalnya ada acara perpisahan di pesantren." Ilham langsung menaiki motor.
"Oh iya Gus hati-hati. Jangan sampai nantinya nyasar ke hati ku." ucap Sabrina.
'Idih... Genit banget ini nyai-nyai.' Nining mengelus-elus bulu tangannya.
"Ummi... Ayo naik. Kita harus berangkat." Ilham menarik tangan Nining dengan lembut.
Nining mengikuti dengan memeluk perut Ilham dengan ia juga tidak lupa memberikan senyum asam-asam manis. Nining sengaja lakukan agar Sabrina cemburu.
"Kami duluan ya Teh. Assalamualaikum." ucap Ilham.
"Iya Gus. Waalaikumsalam." balas Sabrina dengan lembut.
Setelah Ilham langsung membawa motor berjalan secara perlahan Sabrina membuang penglihatannya ke arah lain dengan ia sangat sebal melihat Nining.
'Ini nih perempuan berwajah 10. Abi enggak boleh nih bertemu sama perempuan jadi-jadian kayak begini.' Nining tidak begitu menyukai Sabrina.
"Ummi jangan cemburu sama teteh tadi."
"Enggak kok Bi. Buat apa aku cemburu. Aku hanya malas aja sama itu perempuan."
"Sebenarnya dia itu laki-laki Mi, operasi plastik wajah sama badannya. Dia bukan perempuan asli." jelas Ilham dengan Nining merasa sesuatu.
Ia menduga Ilham adalah seorang perempuan yang mengikuti tindakan Sabrina tadi. Makanya Ilham sendiri tidak kunjung menikah. Nining pun ingin memastikan bahwa Ilham adalah seorang lelaki sejati dengan menurunkan tangannya kebagian bawah Ilham untuk memegang sesuatu yang membuatnya semakin yakin.
"Ummi..." Ilham terkejut dengan langsung memberhentikan kendaraan yang hampir membuat Nining terjatuh. Berhubung Nining masih memeluk Ilham dengan satu tangannya, Nining bisa menahan pergerakan yang hampir membuatnya terjatuh. "Ummi jangan kayak begini di jalan. Di lihat orang Mi. Di rumah aja." ucap Ilham pelan sambil melepaskan tangan Nining dari tubuhnya.
"Aku hanya memastikan aja kok Bi. Abi itu sebenarnya laki-laki atau perempuan. Siapa tau sama kayak perempuan jadi-jadian tadi?" Nining membela dirinya.
Ilham langsung sedikit melihat Nining. "Nanti kita buktikan di rumah ya Mi. Jangan di sini. Malu di lihat orang lain. Awas kalau kayak begitu lagi. Abi hukum hafalan 1 jus." ancam Ilham yang membuat Nining ketakutan dan tidak bisa menjawab. "Ummi mengertikan maksud Abi?"
"I-iya Bi." Nining mengiyakan dengan batinnya yang kesal. 'Akukan hanya ingin memastikan aja.'
"Alhamdulillah kalau begitu." ucap Ilham kembali ingin membawa motor. "Pegangan Mi."
"Sudah." Nining tidak mau lagi memegang Ilham dengan ia tidak mau di salahkan oleh suaminya terus menerus. 'Duh kenapa pula air mata ini mau keluar.' Nining ingin menangis sesaat mendengar Ilham yang terus memarahinya.
Ilham tidak ingin berdebat dengan istrinya di jalan. Membuatnya langsungan membawa motor kembali dengannya menyapa orang-orang yang lewat.
Sedangkan Nining mulai merasa tidak nyaman berkendaraan dengan Ilham. 'Sedikit-sedikit marah. Maunya aku di hukum terus-menerus sama dia.' Nining terus saja mengumpat di dalam benaknya tanpa berani meluapkan apa yang ia rasakan.