NovelToon NovelToon
Dalam Secangkir Kopi

Dalam Secangkir Kopi

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pihak Ketiga
Popularitas:24.1k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Ratri Swasti Windrawan, arsitek muda yang tidak ingin terbebani oleh peliknya masalah percintaan. Dia memilih menjalin hubungan tanpa status, dengan para pria yang pernah dekat dengannya.

Namun, ketika kebiasaan itu membawa Ratri pada seorang Sastra Arshaka, semua jadi terasa memusingkan. Pasalnya, Sastra adalah tunangan Eliana, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Ratri.

"Hubungan kita bagaikan secangkir kopi. Aku merasakan banyak rasa dalam setiap tegukan. Satu hal yang paling dominan adalah pahit, tetapi aku justru sangat menikmatinya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Panggilan Keempat

"Kamu membawaku dalam masalah besar."

"Kamu menyukainya, kan?" Sastra tersenyum nakal.

Sejoli itu saling pandang sesaat, sebelum sama-sama tersenyum.

"Aku harus pulang. Aku takut tidak bisa menahan diri, jika terlalu lama di sini," ucap Sastra, seraya melepaskan rangkulan.

"Aku tidak akan macam-macam, selain menciummu," ucap Sastra lagi, diiringi senyum nakal. Dia mendekatkan wajah, kemudian menelusupkan tangan ke belakang leher Ratri.

Ratri langsung memejamkan mata, seakan tahu apa yang akan Sastra lakukan. Namun, wanita muda itu kembali membuka mata sambil menatap aneh.

Malu, Ratri segera memalingkan wajah. Terlebih, saat melihat Sastra tersenyum geli karena telah berhasil mengerjainya.

"Kenapa? Kamu pikir aku akan mencium bibirmu?" Sastra menahan tawa. Apalagi, saat melihat Ratri langsung ke pintu dan membukanya. Wanita itu mengarahkan tangan ke luar, mempersilakan Sastra pergi.

"Astaga. Ternyata kamu berharap," goda Sastra setengah meledek.

"Jangan berisik. Cepat pulang sana," usir Ratri agak ketus. Sebenarnya, dia sedang menutupi rasa malu.

"Baiklah. Sampai bertemu besok." Sastra berdiri sejenak di ambang pintu, kemudian menoleh kepada Ratri. Dia mengedipkan sebelah mata, sebelum pergi dari sana. Pria itu berjalan tenang menuruni anak tangga. Langkahnya gagah bak seorang peragawan di catwalk.

Sementara itu, Ratri terus memperhatikan dari ambang pintu. Setelah mobil double cabin yang Sastra kendarai pergi, barulah dia kembali ke dalam.

......................

Suara ketukan di pintu terdengar begitu nyaring. Membuat Ratri yang tengah bersiap-siap ke kantor, merasa heran. Dia menghentikan aktivitasnya, kemudian beranjak ke pintu.

"Bu Mirah?" sapa Ratri sopan, pada wanita paruh baya yang merupakan pemilik tempat kost itu.

"Bisa bicara sebentar, Mbak?" Mirah memasang raut kurang bersahabat. Dia juga terlihat serba salah.

"Um, iya. Tetapi, saya harus berangkat ke kantor lima menit lagi."

"Sebentar saja, Mbak," desak Mirah.

Mau tak mau, Ratri akhirnya mempersilakan ibu kost itu masuk. Mereka duduk berhadapan, di lantai berlapis karpet bulu rasfur.

"Mbak Ratri sudah lama tingga di sini. Seharusnya, Mbak tahu aturan ketat yang saya terapkan," ucap Mirah, membuka perbincangan.

Ratri mengangguk samar. Dia bisa menebak ke mana maksud ucapan Mirah.

"Maaf, Mbak. Saya mendapat laporan dari salah seorang penguni kost di sini. Katanya, semalam Mbak Ratri membawa laki-laki kemari. Apa itu benar?"

Ratri tidak segera menjawab. Dia memikirkan kata yang dirasa pantas untuk dijadikan sebagai penjelasan.

"Maafkan saya, Bu. Saya ...." Akan tetapi, Ratri tak tahu harus berkata apa.

"Saya akan memberikan teguran keras. Padahal, sejauh ini Mbak tidak pernah melanggar aturan. Saya juga heran, kenapa tiba-tiba bisa melakukan itu?"

"Um, itu ...." Ratri menggeleng pelan. "Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Bagaimana, ya? Saya juga agak bingung," ucap Mirah. "Di satu sisi, Mbak Ratri termasuk yang paling baik dalam menerapkan peraturan di sini. Saya tidak akan melupakan itu. Di sisi lain, saya harus bersikap adil. Sama seperti yang dilakukan kepada Mbak Intan beberapa bulan lalu."

"Bukankah itu sudah jelas alasannya, Bu? Mbak Intan memang kedapatan sedang melakukan hubungan suami-istri di kamar kost-nya. Sementara, saya tidak. Demi Tuhan, saya tidak melakukan apa pun. Lagi pula, teman saya hanya sebentar di sini. Tidak sampai setengah jam," jelas Ratri, mencoba meyakinkan Mirah.

"Lama atau sebentar, siapa yang berani menjamin Mbak tidak berbuat mesum di sini? Hanya Tuhan dan Mbak sendiri yang tahu."

Ratri terdiam sejenak, sebelum kembali bicara. "Apa itu artinya saya harus keluar dari sini? Tadi, Ibu bilang saya hanya akan diberi teguran."

Mirah terlihat tidak enak. "Saya beri satu kali kesempatan lagi. Saya harap, Mbak Ratri tidak mengecewakan."

Ratri mengangguk samar. Keberadaan Sastra memang memberikan hiburan tersendiri baginya. Akan tetapi, pria itu juga membawa banyak masalah.

"Dasar pria meresahkan," gerutu Ratri tanpa sadar, seraya meletakkan tas di meja. Dia membawa rasa jengkel ke kantor.

"Siapa, Rat?" tanya Eliana, yang tiba-tiba muncul dari belakang. Dia membawa secangkir kopi, lalu meletakkannya di meja kerja.

"Ah, bukan siapa-siapa," sahut Ratri, berusaha menutupi rasa terkejut. Si pemilik rambut pendek itu memperhatikan Eliana, yang begitu tenang menyeruput kopi panas kesukaannya.

"Kamu sudah bicara dengan Sastra?" tanya Ratri penasraan.

"Belum." Eliana menggeleng, lalu kembali menyeruput kopinya.

"Kupikir sudah. Soalnya, kamu terlihat ceria pagi ini," ucap Ratri lagi, setengah keheranan.

Mendengar ucapan Ratri, membuat Eliana seketika terdiam. Ekor matanya bergerak ke kiri dan kanan, seakan tengah memikirkan sesuatu. Kali ini, dia yang melayangkan tatapan lekat kepada Ratri. "Aku akan menunggu saat yang tepat untuk berbicara dengan Sastra," ucapnya, setelah terdiam beberapa saat.

Ratri tersenyum kecil, diiringi anggukan samar. Dia tak menanggapi lagi. Pikirannya sedang tak keruan.

Ting!

Satu pesan masuk, dari kontak bernama Batman. Walau agak malas, Ratri langsung membuka pesan tersebut.

[My Cutie Pie. ]

Perlahan, raut masam Ratri memudar. Dia tersenyum kecil.

[Sore ini, aku berencana mengajak Elia nonton. Kami sudah merencanakannya sejak beberapa hari yang lalu.]

[Oh. Lalu?]

[Aku hanya memberitahumu.]

Ratri tak langsung membalas. Entah mengapa, ada rasa tak suka membaca pesan itu. Senyum yang tadi sempat hadir, kembali memudar. Akhirnya, Ratri benar-benar tak membalas. Dia memilih mengalihkan perhatian pada pekerjaan.

Pukul setengah empat lebih beberapa menit, Elia sudah bersiap. Ratri berpura-pura tak peduli, meskipun tahu apa yang akan sang rekan lakukan sepulang kerja.

"Aku baru ingat. Aku dan Sastra sudah membuat rencana menonton pemutaran perdana film 'Miranda'. Aku menantikannya sejak lama," ujar Eliana, setelah selesai merapikan meja serta barang-barang pribadi ke dalam tas. Hanya telepon genggam yang dibiarkan tergeletak di meja.

"Aku ikut senang. Semoga hubungan kalian baik-baik saja," balas Ratri menanggapi, disertai senyuman. Padahal, dalam hati ada gemuruh besar dalam dada.

"Apa menurutmu ini waktu yang tepat untuk bicara dengannya?" tanya Eliana ragu.

"Pastikan dalam situasi dan kondisi yang mendukung. Jangan sampai justru memperburuk keadaan," saran Ratri.

Eliana mengembuskan napas pelan dan dalam. "Apa kamu mau menonton juga film 'Miranda'?"

"Ya. Tetapi, lain kali saja. Masih ada waktu," sahut Ratri. "Aku masih ada urusan lain."

"Ya, sudah. Aku mau ke toilet dulu." Eliana beranjak dari ruang kerja.

Beberapa saat kemudian, terdengar dering panggilan hingga tiga kali di ponsel Eliana. Namun, pemiliknya belum juga kembali.

Pada panggilan keempat, Ratri merasa penasaran. Walaupun, dia yakin yang menelepon adalah Sastra. Iseng, dirinya beranjak dari meja, lalu mendekat ke meja kerja Eliana.

Tertera nama 'Mi Amor' di layar, dengan foto profil bukan milik Sastra.

1
Rahmawati
yg penting mama laras tahu kl ratri hamil anak sastra, jaga rahasia ya ma
octa❤️
ntar nyesel kayak moedya..cintanya direbut orang..gemes aku am si sastra ini..🫣
aca: pergi jauh aja ratri
octa❤️: tau aj y kak😆
total 7 replies
Rahmawati
ratri km kuat,jalani saja semampu km jgn jadi lemah
aca
pergi aja Ratri yg jauh jauhin jagat gendeng ini
aca
sastra tunggu penyesalan mu Ratri pindah ke luar kota aja emank jagat ne biang kerok
Yuyun Yuningsih Yuni
wah wah....hamil anaknya sastra niih...

makin seru aja niih...
lanjut lagi atuuh momy nya maher yg cantik jelita
Rahmawati
waduh ratri hamil, sastra udah pergi, terus gmn dgn ratri harus menjalani kehamilan sendirian
Rahmawati
sastra km bener2 egois, km ninggalin ratri gitu aja
aca
Ratri jg boodoh ngapain buka pintu buat jagat
Anellakomalasari: Biar rame aja, Kak
total 1 replies
Rahmawati
kebisaan km sastra gk mau dengerin penjelasan orang dan seenaknya aja ambil keputusan
ɱαɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
pergilah sejauh mungkin ratri jangan sampe 2laki itu menemukanmu
Rahmawati
jagat pengen bgt ya ngerasain ciuman ratri, jgn mau rat, nanti kl jagat ketagihan bisa berabe
octa❤️
berikan aj rat..berikan tonjokan ke bibirnya si jagat..
Rahmawati
ratri hatimu sgt lembut, masih aja bisa baik. ke elia
Anellakomalasari: Teman tetaplah teman, Kak. Meskipun sudah jahat sama kita, tetapi dulu pernah tertawa bersama
total 1 replies
Anna Kusbandiana
malin kesini, episodenya makin galau, makin membuat....😠😡
Anellakomalasari: Menenangkan diri dulu ya, Kak
total 1 replies
octa❤️
tuh kan..makin meresahkan ni bg jagat,muncul dimana2😁
Anellakomalasari: Cowok cakep mah bebas, Kak. Keadilan bagi kaum good looking 😁
total 1 replies
Rahmawati
deg degan ah liat sastra dan ratri ribut mulu karna jagat mending nikah aja udah
Anellakomalasari: Tamat dong ceritanya, Kak 🤭
total 1 replies
Rahmawati
eh jagat, km gk di undang tahu, orang ratri mau makan malem sama sastra
Yuyun Yuningsih Yuni
kenapa jagat sih yg dateng....
Rahmawati
intinya sastra gk mau lagi sama Elia, jd mau di bujuk kayak. apa aja dia tetap gk akan mau
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!