Di pungut oleh Ayahnya untuk menggantikan adik tirinya menikahi anak haram dari keluarga ternama.
Dia di tolak mentah-mentah oleh anak haram keluarga ternama itu, tapi pada akhirnya dia tetap menikah.
Dia harus menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak menyenangkan karena suaminya begitu membenci dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
"Cukup! Kau ini sedang apa?" Tanya Teresa dengan tatapan marah karena sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan cara Amaya terus bertanya dengan begitu merendahkan dirinya seolah-olah, itu adalah kebiasaan yang sering terjadi di antara mereka berdua selama ini.
Amaya menundukkan kepalanya. Lagi, dia hanya bisa menyembunyikan senyum tipis yang terbit di bibirnya saat dia terus merasakan rasa puas karena mendapatkan kemarahan dari Teresa.
Teresa membuang nafas kasarnya. Dia mencoba untuk mengalihkan pandangannya dari wajah Amaya agar dia tidak terus terbawa emosi dan melakukan tindakan-tindakan atau mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan atau dia katakan. Padahal, dia sengaja menggunakan alasan ingin menemui Amaya karena alasan yang sebenarnya adalah, Teresa ingin bertemu secara langsung dengan Edward lalu berbicara beberapa hal agar mereka kembali dekat dan Edward memiliki rasa yang sama seperti sebelumnya. Akan tetapi, apa yang telah dilakukan Amaya sebelumnya benar-benar seperti sebuah kehancuran untuk Teresa.
Edward juga sudah tidak bisa menahan diri lagi. Kedua tangannya sudah sangat lelah terus mengepal menahan emosi agar tidak meledak-ledak dan melakukan sebuah tindakan yang akan membuatnya rugi di kemudian hari. Edward menatap Amaya yang kini tertunduk dan dia sama sekali tidak bisa melihat ekspresi wajah Amaya dengan posisi wajah Amaya seperti itu.
Edward membuang nafas kasarnya lalu berkata, "duduklah saja dengan santai, Teresa adalah saudarimu dan bukan majikanmu. Kalian bisa mengobrol sepuas hati kalian berdua, aku harus segera masuk dan mengerjakan apa yang harus aku kerjakan."
Setelah mengatakan semua itu, Edward segera bangkit dari posisinya berjalan dengan cepat meninggalkan tempat itu menuju ke tempat yang ingin didatangi segera agar bisa menghilangkan emosi yang dia rasakan dan sudah dia tahan sejak tadi.
Amaya mengambil posisi duduk, dan kini wajahnya tak lagi dia sembunyikan dan dengan jelas dia tunjukkan setiap ekspresi tanpa harus berpura-pura lagi.
Melihat Amaya sudah duduk berseberangan meja dengannya, saling berhadapan satu sama lain sehingga Teresa bisa mulai melihat dengan jelas Bagaimana wajah Amaya saat itu.
Bukan hanya lagi karena kecantikan Amaya, Teresa justru dibuat fokus dengan cara Amaya menatapnya. untuk pertama kalinya, Teresa bisa melihat dengan jelas sepasang bola mata milik Amaya, dan ekspresi yang begitu jelas terlihat itu benar-benar seperti bukan Amaya yang dulu dia kenal.
"Wanita sial sepertimu, dari mana kau pintar sekali berakting?!" kesal Teresa yang tak lagi ingin menahan diri untuk terus berpura-pura menjadi wanita yang anggun dan juga lembut seperti yang banyak dikenal oleh orang di luaran sana.
Amaya tersenyum seolah-olah apa yang diucapkan oleh Teresa sama sekali tidak ada gunanya dan juga tidak dapat membuat hatinya goyah apalagi sampai merasa rendah. Sudah sangat lama Amaya berjuang untuk bertahan hingga setiap hari, setiap detik, sepanjang waktunya dia habiskan untuk memikirkan dan membayangkan kehancuran demi kehancuran untuk keluarga Dorent. Amaya benar-benar menantikan, air mata mengalir deras dari mata anggota keluarga Dorent.
"Apakah anda lupa bahwa selama ini anda terus berakting menjadi wanita yang sangat baik agar bisa menjadi wanita yang dipuja-puja dan diidamkan oleh para kaum Adam?" Amaya dengan tatapan mengejek. "Aku belajar dari anda, dan sekarang aku benar-benar berterima kasih karena aku sudah mulai mahir bersandiwara seperti anda."
Teresa semakin mencengkeram erat kain baju yang dia gunakan. Dia kembali menggigit bibir bawahnya, menatap Amaya dengan tatapan kesal hingga matanya memerah tanpa dia sadari lalu berkata, "Kau benar-benar adalah monster!"
Amaya kembali tersenyum. Monster? Bahkan, monster yang sesungguhnya sampai menyebutnya seorang monster juga, itu berarti kemampuan Amaya benar-benar bisa melampaui monster yang sesungguhnya bukan?
Amaya terkekeh sembari terus menatap Teresa lalu berkata, "Bukankah sangat sulit bagi seorang monster untuk terus bersikap dan berakting layaknya seorang malaikat? mungkin, aku sudah sangat lelah berpura-pura, maka Sudah saatnya aku menunjukkan Siapa dirimu yang sebenarnya bukan?"
Teresa tersenyum dengan mimik wajahnya terlihat sangat kesal sekali. Tentu saja dia tahu apa maksud ucapan Amaya barusan, Tetapi dia juga tidak bisa berteriak semaunya karena tempat dia duduk sekarang ini jelas bukanlah miliknya sehingga tetap saja dia harus menjaga image-nya dan nama baik keluarga yang tidak boleh tercoreng jika tidak ingin pertunangannya atau pernikahannya dengan anggota keluarga atau pewaris utama Ludrent gagal karena mengetahui insiden memalukan yang terjadi kepada Teresa.
"Karena kau benar-benar sangat pintar berakting, maka teruslah berakting seperti seorang pelayan karena kau sangat cocok untuk peran seperti itu." Ujar Teresa yang tentu saja maksudnya adalah menghina Amaya dan mengingatkan bahwa, Amaya memang hanyalah seorang pelayan meskipun separuh darahnya adalah darah keluarga Dorent.
Amaya mengangkat satu kakinya, letakkan di atas 1 kakinya yang lain, berjegang. Kedua tangan Amaya melipat, diletakkan di depan dadanya sembari mau menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Amaya menatap Teresa dengan tatapan penuh percaya diri lalu berkata, "Maafkan Aku, aku sudah bosan berakting menjadi seorang pelayan. Padahal, aku yakin benar aku bahkan bisa berakting sebagai seorang ratu dunia. Bukan begitu, Nona Teresa Sang guru yang menjadi panutanku selama ini?"
Teresa benar-benar sangat kesal luar biasa sekali saat itu. akan tetapi, kalau dia langsung saja mengambil langkah pergi seolah-olah dia ingin menunjukkan bahwa dia tidak terlalu dekat dengan Amaya dan membuat orang yang melihatnya akan menjadi salah paham, terutama dia juga tidak ingin kalau sampai Edward menyalahpahami hubungannya dengan Amaya. Teresa hanya ingin dikenal sebagai seorang wanita yang lembut dan juga baik hati, bahkan dia juga menerima saudari dirinya tanpa pernah menanyakan sesuatu yang sensitif kepadanya. Ah, Walaupun memang benar tidak bisa disebut salah paham karena hubungannya dengan Amaya memang tidak pernah sedekat Itu, ditambah lagi semua anggota keluarga sudah menganggap Amaya layaknya pelayan yang tenaganya Tentu saja tidak boleh disia-siakan.
"Kau benar-benar menjadi sangat sombong begitu bisa keluar dari rumah keluarga kami." Ucap Teresa yang kini juga mulai terlihat percaya diri juga sini. "Ingat baik-baik sebuah kenyataan yang sebenarnya, kau masih belum menjadi istri dari Edward. Kau, masih belum menjadi Nyonya Edward, jadi jangan begitu percaya diri karena Siapa tahu dalam hitungan detik dari sekarang kau akan dibuang jauh oleh Edward."
Amaya terkekeh mendengar apa yang diucapkan oleh Teresa. Andai saja apa yang diucapkan oleh Teresa itu benar, Tentu saja itu adalah sebuah berkah dan juga anugerah yang paling indah saat ini.
"Kalau begitu, cepat tunjukkan padaku! Aku benar-benar ingin melihat, Apakah kau mampu membuktikan apa yang kau ucapkan barusan atau tidak." Ucap Amaya.
lamalama jadi malas baca.
Semoga sukses selalu n lancar rejekinya🤗🤗🤗 ❤️❤️❤️🤲🤲🤲👍👍👍💪💪💪😘😘😘