Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER O6: DANVEURN STATE ACADEMY.
Mungkin sekitar satu jam, sesuai yang dikatakan Mr. Hector kami tiba di hutan terbuka. Sebuah dataran luas yang diselimuti rumput hijau tipis, dan setapak jalan yang tercipta tanpa sengaja. Jalan ini menuntun kami ke sebuah bangunan besar yang tampak tua, seperti gedung-gedung yang bekerja di bawah pemerintah
Bangunan itu masih di kelilingi oleh hutan, bahkan tempat ini seakan-akan sebuah kurungan karena tebing-tebing itu mengelilingi tempat ini.
"Woah, mengagumkan" puji Xavier.
Sesampainya kami di bangunan itu, tepat di gerbang masuk banyak anak-anak yang ku yakin adalah murid baru tahun ini seperti kami. Mereka seakan baru saja tiba. Ternyata yang menghambat mereka adalah catatan ulang nama-nama yang telah mendaftar.
Aku dan yang lainnya langsung turun dan mengambil barang-barang bawaan kami. Barang-barang kami semua diletakkan, dikumpulan dekat dengan gerbang. Ketika kami ikut bergabung, semua anak-anak itu menoleh melihat kami.
"Tahun ini banyak sekali anak-anak kerajaan yang masuk?"
"Mereka keren!"
"Lihat pakaian mereka..."
Anak-anak itu seakan kagum sampai berbisik-bisik. Tapi aku lebih memilih untuk memperkenalkan mataku dengan bangunan Akademi ini. Mereka membangun sebuah bangunan besar dengan style victorian seperti kebanyakan rumah para konglomerat. Nyaris menyerupai kastil jika dilihat dari depan.
"Bukan kah dia anak yang terkenal itu? Mereka menyebut-nyebut anak itu dengan anak bermata hitam."
Mendengar suara itu, aku langsung menatapi seorang anak laki-laki di depan sana.
"Hey, jangan berkata seperti itu. Dia seorang Pangeran" bisik yang lain.
"Bagaimana kalau dia marah?"
Anak laki-laki itu berjalan dan berdiri di depanku. Dengan mata kuningnya yang menyala dia berkata, "Dia akan marah? Hey, apa kau marah?"
Aku diam sebentar lalu menjawabnya, "Apa kau punya etika?"
"Seperti, aku harus menundukkan kepalaku dan memujamu?"
"Seperti diam dan coba untuk tidak sok mengenaliku?"
Dia langsung terdiam dan mundur beberapa langkah. Kemudian dia berbalik dan kembali antri untuk mencatat nama.
"Ini hari pertamamu, dan kau sudah punya musuh saja" ucap Dylan.
"Dia seorang General yang tinggal di negeri ini, seakan begitu mengenaliku padahal aku jarang turun ke perumahan di kota."
"Kalau sudah terkenal, tak perlu kau tunjukkan wajahmu saja orang-orang akan tau" kata Iris.
"Terkenal dari mana? Mereka hanya kerumunan orang yang tidak punya pekerjaan lain, selain membicarakan hal yang tidak pasti" jawabku.
"Kau tau, aku mulai menyukai caramu memandang itu" Xavier menepuk-nepuk punggungku.
Tapi aku hanya diam dan mulai berbaris untuk mencatat nama. Ketika giliranku, aku berhadapan dengan seorang yang tinggi dengan pakaian unik, sepertinya dia dari BangsaFairy.
"Wah, siapa yang akan mengira tahun ini ke-7 kerajaan tertinggi mengirim anak mereka? Seperti 7 tahun lalu saja ketika aku berdiri di sini dan mencatat nama-nama mereka" ucap wanita itu lalu bersiap untuk menulis namaku.
"Sagara Hart Northcliff Andromeda" ucapku.
"Ehh, kau anak yang terkenal itu rupanya. Ku rasa hari-harimu dipenuhi hal-hal yang mengejutkan?"
Aku tidak menjawab wanita itu, aku langsung melangkah masuk ke gerbang dan menunggu yang lainnya. Tiba-tiba seorang anak perempuan berambut coklat kemerahan datang menghampiriku, "Pangeran" panggilnya.
"Maafkan tentang Edward."
Aku melirik laki-laki tadi yang sedang bicara dengan orang lain di sana, "Anak yang tadi di gerbang?"
"Iya, maafkan dia Pangeran."
"Aku mungkin memaafkannya, tapi aku tidak akan memaafkanmu."
Anak perempuan di depanku terkejut, "Apa aku bersalah?"
"Salahmu adalah, memanggil sebutan itu di tempat ini."
Dia terdiam sebentar lalu tersenyum, "Baiklah."
"Namamu?" Tanyaku.
"Selena Valency."
"Nama yang bagus. Panggil aku Gara."
"Baiklah... Gara!"
Aku menunggu yang lainnya sampai mereka siap. Lalu Fairy tadi memperkenalkan dirinya.
"Namaku Daphne Laetita, aku wakil kepala bidang kesiswaan. Selamat datang di Akademi Negeri Danveurn."
Dia mulai berjalan, dan begitu pula kami anak-anak baru mengikutinya dari belakang. Kami berjalan di sebuah jembatan yang terbuat dari bebatuan. Jembatan ini cukup indah, namun tidak dengan pemandangan yang ada di bawah sana. Jembatan ini menjadi alat penyeberang, karena Akademi dipisahkan oleh sebuah tebing tidak terlalu tinggi yang dapat kulihat derasnya air di bawah sana.
"Bayangkan kalau kau terjatuh dari jembatan ini" Xavier merinding di sampingku sambil mengintip ke bawah sana.
"Kenapa? Itu hanya air" ucap Iris meremehkan.
"Tentu saja kau bicara seperti itu" kesal Xavier.
"Sungai itu tidak dalam, hanya saja alirannya sangat deras dan kau bisa lihat sendiri medan di bawah sana dapat mengoyakkan kulitmu" tambah Iris ikut ngeri melihat tebing bebatuannya yang terlihat tajam.
"Seakan tebing pemisah ini sengaja dibuat" ucapku.
"Benar sekali, Gara. Dahulu ketika peperangan besar di abad pertengahan, saat penangkapan Hybrid di wilayah ini, para utusan menghancurkan sebagian besar tanah dengan bentuk melingkar untuk mengepungnya" kata Mrs. Daphne.
Bahkan mereka berusaha untuk mengepung Aeolus sampai melakukan hal sebesar ini, namun dalam kisahnya dia tidak tertangkap di sini melainkan di Kerajaan Angkara.
Setelah sampai di seberang, kami masuk ke halamannya dan disuguhkan dengan bangunannya yang indah.
Mrs. Daphne mengarahkan kami masuk ke bangunan Akademi, sebuah lorong yang ku yakinin tempat para petinggi Akademi bekerja. Di ujung lorong, ku lihat halaman yang terdapat sebuah taman berbunga dengan ditengah-tengahnya yang juga ditanami sebuah pohon besar, halaman besar ini dihiasi dengan lantai paving block dan beberapa kursi taman di sekeliling tempat ini.
Semuanya berhenti dan memandangi halaman dalam Akademi yang mewah. Seperti kastil, bangunannya tinggi menjulang keatas. Mungkin ada sampai enam atau tujuh lantai. Sampai aku bisa lihat tangga besar yang ada di bagian tengah halaman di atas sana. Mungkin itu tangga ke lantai tiga dan seterusnya.
"Ayo, kita ke aula terlebih dahulu" ajak Mrs. Daphne.
Kami mulai mengikutinya kembali dengan tatapan yang tak henti menikmati keindahan halaman tengah. Ku lihat, murid-murid lain tampak sibuk dengan aktivitasnya.
Setelah dari lorong, kami jalan di koridor sebelah kanan. Di sana terdapat tangga besar menuju ke atas.
"Terdapat tangga di setiap sudut bangunan, keempat tangga itu bisa kalian gunakan untuk ke lantai dua dan tiga. Untuk menuju lantai tiga dan seterusnya kalian hanya bisa menggunakan tangga tengah yang kalian lihat di halaman tadi" jelas Mrs. Daphne.
"Maksudmu tangga yang seperti jembatan di atas halaman tengah tadi?" Tanya Dylan.
"Hahaha, iya dengan tangga itu."
Sesampainya di lantai dua, kami berjalan lurus dan tiba di debuah pintu besar yang tetutup. Mataku tak henti memandangi bagaimana mereka menciptakan bangunan ini.
"Saat masuk, berdiri di depan dan aku akan memperkenalkan kalian" ucap Mrs. Daphne.
Dia pun membuka pintu dengan lebar dan kami mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam. Aula ini begitu besar, bahkan ada delapan meja besar dengan kursi-kursinya mengisi aula ini. Meja-meja itu diduduki oleh para murid bertubuh besar. Mereka tampaknya adalah para senior.
"Pantas saja di luar terasa begitu sepi" bisik Dylan.
Kami tiba di bagian paling depan dan seperti yang di perintahkan Mrs. Daphne, kami berdiri di depan dengan teratur.
"Tahun ini, adalah tahun baru untuk empat puluh dua murid muda yang terpilih oleh Akademi Negeri Danveurn. Mereka adalah..."
Mrs. Daphne memperkenalkan kami dengan menyebut nama-nama yang tertulis di sebuah perkamen di tangannya. Satu per satu mereka-mereka yang telah disebut namanya duduk di meja-meja yang telah ditentukan. Meja-meja itu dimiliki oleh ketujuh bangsa, maka dari itu ketika Dylan disebutkan namanya dia harus terpisah olehku.
Ketika yang tersisa hanyalah aku, Mrs. Daphne kemudian menyebutkannya dengan lantang seperti yang ia lakukan untuk orang-orang tadi.
"Sagara Northcliff Andromeda."
Aku menunduk sebentar dan kemudian berjalan ke meja Bangsa Lycanthrope. Tapi aku bisa merasakan banyak mata yang tertuju padaku. Mereka-mereka berbisik seperti yang sering ku temukan. Aku duduk di depan laki-laki bernama Edward tadi, dan mulai dari sampingku sampai ke ujung belakang sana adalah para senior dari kelas dua hingga tujuh.
Ku lirik meja besar di depan sana, dua meja besar berderet itu diduduki oleh para staf pengajar dan bagian-bagian lain. Di sana aku melihat Mr. Chairoz yang duduk sibuk berbicara. Seakan mereka menyambut kedatangan para mantan Hunter itu.
"Pangeran Sagara, suatu kehormatan bagiku untuk bertemu denganmu" seseorang di sampingku menundukkan kepalanya lalu berbicara lagi denganku.
"Aku ketua asrama Bangsa Lycanthrope, namaku Declan Cole" tambahnya.
"Panggil aku Gara" kataku memperkenalkan diri.
"Woah, matamu benar-benar hitam! Seperti gerhana bulan saja!" Pekik seseorang yang duduk di samping kiri Edward.
"Kau itu tidak sopan" tegur Selena di sampingku.
"Aku sedang memujinya! Ngomong-ngomong , perkenalkan namaku Mikhail Jackson. Kau bisa memanggilku dengan Jack" kata seseorang tadi.
"Aku Johnardan Kaesar, panggil aku Ardan" ucap laki-laki di samping Jack.
"Dan aku Chlea Kegan Larabee, panggil saja Chlea" kata seseorang yang duduk di samping kanan Edward.
"Kau tidak perkenalkan diri?" Tegur Selena pada Edward yang memandangku tidak suka.
"Aku Atticus Edward Grayson, panggil aku Edward."
Kemudian bangunlah seseorang yang tampak sedikit tua di depan sana. Dia adalah kepala sekolah yang dimaksud. Dari bagaimana caranya berdiri menatapi para murid hanya untuk membuat kami diam, sudah dapat diketahui dia adalah orang yang hebat. Bahkan aku bisa merasakan auranya, dia seorang Bangsa Lycanthrope, seorang Alpha.
"Tahun ini kita kembali menerima murid baru dari berbagai dunia, untuk itu aku selaku kepala sekolah mengucapkan selamat datang di Akademi Negeri Danveurn" ucapnya. Kemudian seluruh murid bertepuk tangan dan bersorak.
"Siapa nama pria besar itu?" Tanyaku pada Declan.
"Kepala sekolah? Namanya Alderich Neanderthald, namanya terkenal hinggal ke belahan Timur" kata Declan.
Aku mengangguk sekali, dan Declan kembali berkata, "Dan asal kau tau, dia itu sangat kuat, kekuatannya setara dengan seribu pasukan dewasa."
Namun, hal itu tidak membuatku begitu tertarik. Maksudku, ada hal yang lebih membuatku terkesan daripada mendengar bahwa kekuatan Mr. Neanderthald setara dengan seribu pasukan dewasa. Tapi aku tidak bisa membicarakannya dengan sembarang orang.
Setelah dari aula, kami anak-anak murid baru di kerahkan ke asrama. Aku harus berpisah dengan Dylan karna ia bersama kelompoknya dan orang-orang yang kutemui di depan gerbang masuk.
Declan yang sebagai ketua asrama Bangsa Lycanthrope pun menuntun kami untuk turun ke lantai pertama tadi, dan berjalan lurus ke depan setelah halaman tengah.
"Lycanthrope! Jalan di belakangku!" Teriak Declan ketika bangsa Angel dan Demon mendahului kami.
"Memangnya Asrama itu ada di mana?" Tanya Ardan.
"Asrama terpisah dengan bangunan pertama, jadi kalian harus sedikit lebih ekstra dalam agar tidak ketinggalan kelas" kata Declan.
"Bicara tentang kelas, aku sedikit tidak mengerti yang dikatakan Mrs. Daphne tadi di aula" Keluh Jack.
"Intinya kalian wajib belajar di kelas Lycanthrope yang di pegang oleh Mr. Chairoz, sisanya kalian boleh mengambil kelas-kelas lain sebagai tambahan belajar kalian seperti kelas berenang, kelas musik, kelas ramuan, dan banyak lagi" jelas Declan.
Jack tampak mengerti, "Kalau tidak ingin menambah kelas?"
"Hahaha, anak ini. Minimal ambil tiga kelas."
Kelas apa ya yang akan aku ambil? Mungkin aku akan melihat-lihat nanti.
......To Be Continue......