NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Tampan

Suamiku Dokter Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Dokter Genius / Dokter Ajaib / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Icut Manis

"ABANG HATI-HATI!!!" teriak seorang anak kecil menarik tangan Arrazi yang berdiri diatas pagar jembatan. Hingga keduanya terjatuh di alas jembatan yang berbahan beton.
"Aduh!" rintih gadis kecil yang badannya tertindih oleh Arrazi yang ukuran badannya lebih besar dan berat dari badan kecilnya. Laki-laki itu langsung bangun dan membantu si gadis kecil untuk bangun.
Setelah keduanya berdiri, si gadis kecil malah mengomel.
"Jangan berdiri di sana Bang, bahaya! Abang emang mau jatuh ke sungai, terus di makan buaya? Kalo Abang mati gimana? Kasian Mami Papinya Abang, nanti mereka sedih." omel gadis kecil itu dengan khawatir.
Menghiraukan omelan gadis kecil di depannya, Arrazi menjatuhkan pantatnya di atas jembatan, lalu menangis dengan menekukan kedua kaki dan tangannya menutupi wajah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 25 : KEMARAHAN ARRAZI

"Dimana-mana tuh suami jagain istrinya, lindungi istrinya, bukan malah ngetawain istrinya pas lagi ketakutan. Suami macam apa itu. Durhaka banget jadi suami." Daniah menggerutu sendiri di kamar suaminya sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk. Karena ia tidak menemukan adanya hair dryer di rumah Nenek dari suaminya.

"Orang mah jaga harga diri istrinya di depan keluarganya, bangga-banggain gitu, ini malah permalukan, ish ish ish...ada ya orang yang kayak gitu."

"Ah, nggak nyangka banget bis nikah sama manusia spek demit kek dia! Makan hati mulu tiap hari!"

Daniah masih terus menggerutu, hingga gerutuanya berhenti saat kamar terbuka. Menampilkan sosok yang sedari tadi di gerutukan olehnya. Daniah sempat menoleh sekilas, lalu ia bersikap acuh kepada suaminya itu.

Arrazi sendiri masuk ke kamarnya dengan wajah datar, seolah tidak merasa bersalah atas perlakuannya terhadap sang istri di depan Neneknya. Padahal Daniah sudah dongkol setengah mati kepada manusia yang menjelma menjadi suaminya itu.

***

Selesai berkutat di dapur setelah menyiapkan sarapan bersama Bi Intishar, Daniah tak langsung kembali ke kamar, ia memilih untuk menyeduh coklat panas dan menikmatinya di meja makan sambil menunggu para laki-laki pulang dari masjid. Sedangkan Bi Intishar mengerjakan pekerjaan lain.

"Lagi apa Nia?" tanya Nenek yang baru saja datang dan langsung duduk disampingnya.

"Eh, Nenek. Ini aku lagi nganget Nek sama coklat panas." jawab Daniah memperlihatkan secangkir coklat panas yang masih mengepul.

"Oh coklat, kirain Nenek kamu lagi ngopi."

"Nia nggak bisa ngopi Nek Heheh. Nenek mau?" ujar Daniah menawarkan. Ini asli, tidak basa-basi.

"Memangnya ada Nia? Kayaknya di rumah ini nggak ada coklat seduh ya."

"Ada Nek, Nia selalu bawa coklat seduh kalau kemana-mana. Sebentar ya Nek, Nia ambil dulu." ujar Daniah tanpa menunggu jawaban, ia segera pergi ke kamar untuk mengambil satu sachet coklat seduh, lalu kembali ke dapur dan membuatkan untuk Nenek mertuanya.

"Ini Nek buat Nenek. Hot Chocolate premium untuk Nenek tercinta." ujar Daniah menyimpan segelas coklat panas di meja dengan menampilkan senyuman dengan menampilkan senyuman manis yang tak kalah mansi dari minuman coklat yang ia berikan kepada Nenek mertuanya itu.

"Wah terimakasih Nia." ucap Nenek Dariah antusias lalu menggeser lebih dekat posisi gelas kearahnya.

"Hati-hati Nek, masih panas. Nia biasanya minum kalau sudah agak anget biar lebih mantep di nikmati nya." ujar Daniah melihat Nenek Dariah hendak menyesap coklat panas buatannya.

"Oh, iya ini masih panas banget kayaknya." Nenek Dariah terkekeh, Daniah ikut terkekeh.

"Nia, gimana hubungan kamu sama Arrazi beberapa hari setelah pernikahanmu ini?" tanya Nenek Dariah setelah berbasa-basi dengan cucu menantunya itu. Ia muai membahas hal yang ingin ia tanyakan tentang hubungan pernikahan cucunya itu.

"Baik Nek, Alhamdulillah."

"Apa Arrazi kasar sama kamu?" tanya Nenek Dariah dengan lirih.

Daniah tidak langsung menjawab. Ia memikirkan apakah kejadian kopi asin itu termasuk sikap kasar suaminya? Daniah yakin Arrazi melakukan hal itu karena ia kesal karena kopinya asin, tidak sesuai dengan ekspektasi. Dan suaminya tidak tahu kalau Daniah tidak bisa minum kopi.

"Nia, nggak papa ceritakan saja sama Nenek kalau sekiranya Arrazi itu berlaku kasar atau menyakiti hati kamu. Nanti biar Nenek yang nasehatin..."

Daniah hanya mengangguk dan tersenyum. Ia tak ingin banyak bicara mengenai pernikahannya ini, karena Daniah pun belum terlalu memahami bagaimana karakter asli seorang Arrazi.

Yang ia tahu selama ini di RS, suaminya itu galak, dingin dan judes. Tapi mengingat perlakuan Arrazi saat Daniah keracunan kopi hasil cekokannya itu, Daniah yakin sebenarnya Arrazi memiliki sisi yang lembut.

"Nek, boleh Nia tanya sesuatu tentang Mas Arrazi?" ujar Daniah hati-hati. Ia rasa ini moment yang pas untuk bertanya kepada Neneknya mengenai suaminya yang tidak ia ketahui. Karena Daniah lihat, Arrazi begitu dekat dengan Neneknya.

"Iya boleh, tanyakan saja Nia."

Baru Daniah akan membuka mulut untuk bertanya, suara Arrazi mengucapkan salam membuat Daniah urung untuk bertanya.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, sudah pulang, Nak?" tanya Nenek Dariah saat cucunya itu mencium punggung tangannya.

Daniah menyeruput coklat panas yang sudah hangat itu sambil menyaksikan interaksi antara Nenek dengan cucunya yang begitu adem di lihat. Biarlah Daniah terkesan acuh dengan kedatangan sang suami. Lagipula siapa suruh tiba-tiba datang merusak momen.

"Iya Nek."

"Kakek mana?"

"Lagi kasih makan si jalu......loh Nek, ini Nenek minum apa?" tanya Arrazi melihat secangkir minuman berwarna coklat yang masih utuh, belum di minum sedikit pun oleh sang Nenek.

"Itu coklat panas, tadi Nia bikinin buat Nenek......."

PRANG!

Secangkir coklat panas itu langsung meluncur di banting ke lantai oleh Arrazi, hingga cangkirnya pecah dan coklatnya terbuang mengotori lantai. Daniah yang saat itu sedang menyeruput coklatnya sampai tersedak kaget mendapati apa yang dilakukan suaminya.

Arrazi menghampiri Daniah, lalu mengenyahkan cangkir yang sedang dipegang istrinya itu. Cangkir itu menjadi cangkir kedua yang meluncur di lantai hingga pecah yang di banting oleh Arrazi.

"MAKSUD KAMU APA BIKININ COKLAT BUAT NENEK HAH??" bentak Arrazi dengan nada tinggi, menatap tajam penuh amarah kepada istrinya, kedua tanga Arrazi mencengkram bahu Daniah dan mengguncangnya.

Badan Daniah langsung gemetar, matanya panas dan mulai berkabut, karena air mata yang langsung menggenang dimatanya.

"Ma......maaf aku nggak paham ma......maksudnya M....mas......."

"NENEK PUNYA PENYAKIT DIABETES DANIA, KALAU KAMU KASIH NENEK COKLAT ITU, KAMU SAMA SAJA LAGI MERACUNI NENEK!!" Arrazi masih berbicara dengan nada tinggi, matanya begitu tajam menatap sang stri dengan kilatan amarah.

Air mata Daniah mengalir deras mendengar ucapan suaminya.

"Arrazi cukup!" ujar Nenek berusaha melerai amarah cucunya. Ia menarik tangan Arrazi dari bahu Daniah.

"Nenek tolong diam, Daniah harus tau kalau apa yang dilakukannya salah." ujar Arrazi dengan dingin, melepas tangan sang Nenek dengan tangan kirinya, lalu melepas cengkraman dari bahu Daniah, namun tidak melepas tatapan tajam kepada Istrinya.

Daniah ketakutan, ia menunduk kepala sambil menggigit bibirnya bawahnya.

"Arrazi ada apa ini? Kenapa kamu bentak-bentak istri kamu?" tanya Kakek Dzaki yang datang terbirit-birit dari halaman belakang ke dapur, tak terima cucu menantunya di bentak oleh cucunya sendiri.

"Kek, dia ngasih minuman coklat ke Nenek, padahal Nenek sama sekali nggak bisa minum minuman yang mengandung gula!" ujar Arrazi dengan dingin.

Nenek Dariah mendekat dan memeluk pundak Daniah.

"Razi, Daniah nggak tahu kalau Nenek nggak bisa minum minuman yang mengandung gula, tadi Nenek yang mau. Bukan salah Daniah. Nenek juga nggak sempat minum coklatnya." bela Nenek Dariah.

"Nek, Daniah salah! Nggak usah Nenek bela orang yang salah!" tegas Arrazi.

"ISTIGHFAR RAZI JANGAN KAMU KASAR BEGITU SAMA NENEK DAN ISTRIMU!" bentak Kakek Dzaki yang ikut tersulut emosi gara-gara Arrazi membentak sang istri dan cucu menantunya.

Daniah tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa menangis. Merasa takut akan kemarahan dua orang beda generasi itu, yang satu menyalahkannya, yang satu membelanya. Pelukan Nenek Dariah terasa mengerat dan begitu hangat, sedikit mengobati ketakutannya.

"Jangan kamu marah-marah dengan Daniah seperti itu Arrazi! Dia itu istrimu, perempuan yang seharusnya kamu perlakukan dengan lembut, penuh kasih sayang. Bukan di bentak-bentak!" lanjut Kakek Dzaki mengingatkan cucunya.

"Tapi dia mau celakai Nenek, Kek....."

"Arrazi! Harus berapa kali Nenek bilang, Daniah tidak tau kalau Nenek tidak bisa minum minuman yang mengandung gula, itu Nenek yang mau!"

"Nggak Nek. Nenek nggak tau aja sifat asli dia kayak gimana!" sahut Arrazi, mendelik tajam kearah istrinya saat ini berada dalam pelukan Nene yang amat di cintainya itu.

Apa yang dikatakan oleh Arrazi barusan sangat menyakiti hati Daniah. Seolah-olah Arrazi sedang menuduhnya sebagai perempuan jahat yang tega akan membunuh Neneknya. Padahal Arrazi belum tahu, bagaimana lembutnya hati seorang Daniah Hanania Eqbal yang sudah menjadi istrinya itu.

"Cukup Arrazi! Tidak pantas kamu mengatakan hal itu terhadap istrimu! Dia itu perempuan baik-baik dari keluarga baik-baik juga. Jangan asal menuduhnya." ujar Kakek Dzaki dengan tegas.

"Daniah adalah cucuku, jangan kamu sakiti hatinya!" imbuh Nenek Dariah dengan tegas pula.

Arrazi menghiraukan perkataan Neneknya. Ia menghampiri Daniah lalu menarik tangan istrinya itu dengan kasar sampai Daniah terlepas dari pelukan Nenek Dariah.

"Ikut saya!" ujar Arrazi dengan ketus.

"ARRAZI!" bentak Kakek Dzaki melihat perlakuan kasar sang cucu kepada cucu menantunya.

"Lepaskan Daniah." lanjut Kakek Dzaki, memerintah sambil menunjuk ke arah tangan Arrazi yang mencengkram dengan kuat lengan Daniah.

Sementara Daniah tidak melakukan perlawanan, meskipun ia mulai merasakan perih di lengan karena genggaman erat dari Arrazi.

"Tidak Kek. Aku akan ajari dia bagaimana menjadi istri dan cucu yang baik dengan caraku." tegas Arrazi.

"Cukup Arrazi! Lepaskan Daniah!"

"Tidak Kek. Tolong jangan ikut campur, ini urusan aku dengan istriku." tegas Arrazi dengan dingin. Lalu membawa Daniah pergi ke kamarnya. Menghiraukan sang Kakek dan Nenek yang berteriak memanggilnya.

Sampai di kamar, Arrazi langsung menutup pintu dan menguncinya. Kemudian menarik tangan Daniah dan mendorong badan kecil istrinya itu ke kasur, hingga Daniah sedikit terpental si kasur yang empuk itu.

Arrazi langsung mengukung Daniah, tangan kirinya mengunci kedua tangan sang istri ke atas kepala, sementara tangan kanannya mengapit pipi chubby Daniah dan diposisikan wajah Daniah di depan wajahnya. Pergerakan Daniah benar-benar terkunci.

Arrazi menatap mata Daniah dengan kilatan amarah yang masih menyala.

"Apa maksud kamu melakukan itu hah?" tanya Arrazi dengan dingin.

"Apa kamu mau balas dendam sama saya gara-gara cekoki kamu kopi? Kalau kamu mau balas dendam, langsung ke saya jangan ke Nenek, Daniah!"

"Nggak Mas, a...aku nggak a...ada ma......maksud a.....apa-apa...a.....aku cuma buatin Nenek coklat panas buat te...teman ngobrol." ujar Daniah dengan bersusah payah mengatakan hal itu, karena pergerakan mulutnya terbatas akibat di apit pipinya oleh tangan Arrazi sang suami yang sedang emosi.

Daniah berusaha untuk setenang mungkin, meskipun ia merasa ketakutan menghadapi amarah suaminya.

"Bohong!" ketus Arrazi.

"Aku nggak bohong Mas. Tadi kamu juga udah dengar sendiri kan penjelasan Nenek. Bahkan Nenek nggak minun sama sekali coklatnya. Nenek masih aman." lirih Daniah.

Apitan dan kuncian tangan Arrazi terlepas, laki-laki itu beranjak dari mengukung istrinya. Ia berdiri sambil menatap gerakan Daniah yang berusaha bangun dari posisinya.

"Mungkin saat ini kamu masih bisa lepas dari saya. Tapi kalau hal ini terjadi lagi, saya pastikan kamu nggak akan bisa hidup dengan tenang." ancam Arrazi dengan tatapan tajam.

"Terserah kamu mau ngomong apa. Terserah kamu mau ngelakuin apa aja. Terserah kamu mau anggap aku ini penjahat atau apa. Tapi ingat Mas, itu cuma tuduhan aja. Sedangkan aku nggak ada niatan sedikit pun untuk mencelakai Nenek!" tegas Daniah saat dirinya sudah berdiri di hadapan sang suami. ia balik menatap mata tajam Arrazi.

Sepertinya Daniah pun perlu mengingatkan kepada Arrazi, kalau dirinya tidak seperti apa yang dikatakannya itu dengan tegas.

"Tapi kamu masih dendam kan sama sya, gara-gara kopi itu." ujar Arrazi masih dingin.

Daniah mendengus kesal.

"Kalau pun aku mau balas dendam, sudah dari kemarin aku beneran racunin kamu Mas. Aku masih waras. Nggak mungkin aku mengotori tangan cuma gara-gara hal sepele kayak gitu!" ujar Daniah dengan kesal.

"Saya tidak mudah percaya begitu saja dengan kamu, Daniah......"

"Terserah! Terserah Mas mau percaya atau nggak sama aku! Kalau Mas masih curiga dan takut aku akan ngelakuin hal yang bodoh itu, ya udah lebih baik kita cerai, kita hidup masing-masing. Masalah selesai. Lagi pula aku juga males berurusan dan hidup sama laki-laki temperamental kayak kamu!!!" ujar Daniah dengan penuh penakanan di akhir kalimat yang dikatakannya, hal itu membuat Arrazi diam-diam mengepalkan tangannya dan rahangnya mengeras menahan emosi. Andai Daniah laki-laki, mungkin Arrazi sudah berikan tamparan di pipinya.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu itu membuat dua pasang mata suami istri menoleh bersamaan.

"ARRAZI, BUKA PINTUNYA! KITA BICARAKAN BAIK-BAIK MENGENAI HAL INI. ARRAZI!" teriak Kakek Dzaki dari luar.

Arrazi dan Daniah sama-sama terdiam sebentar dan netra mereka saling pandang.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

Yang awalnya ketukan pintu, kali ini menjadi gedoran kencang, bisa terlihat kalau pintunya pun sampai bergetar.

"CEPAT KELUAR ARRAZI! BERIKAN DANIAH KE KAKEK KALAU KAMU CUMA BISA BERSIKAP KASAR DAN MENYAKITINYA! KAKEKNYA MENITIPKAN KE KAKEK UNTUK DI JAGA BUKAN DI SAKITI OLEH SIAPA PUN DI KELUARGA INI!!" kali ini teriakan Kakek Dzaki semakin kencang, sepertinya laki-laki berumur senja itu semakin emosi.

Arrazi membuka pintu kamar yang di kuncinya. Nenek Dariah langsung masuk melewati sang cucu untuk menghampiri Daniah yang masih berdiri di tempatnya, di susul Kakek Dzaki yang ingin memastikan keadaan cucu menantunya itu.

Nenek Dariah memberikan pelukan kepada Daniah dan mengelus pipi Daniah yang basah.

"Kamu nggak papa kan, Nia?" tanya Nenek Dariah. Daniah berusaha untuk tersenyum manis dan mengangguk.

"Tadi Kakek sudah mendengar penjelasan dari Nenek. Ini bukan salah Daniah, lagi pula Nenek tidak minum sedikit pun minuman coklat itu." ujar Kakek Dzaki. Lalu ia menghela nafas.

"Arrazi, kamu boleh khawatir dengan Nenek, tapi kamu juga harus bisa menjaga perasaan Daniah, istrimu. Sebelum kamu marah-marah bahkan sampai menyakitinya, harusnya kamu Tabayyun dulu apa yang terjadi sebenarnya. Ah, Kakek merasa gagal mendidik kamu menjadi laki-laki yang baik terhadap istri." ujar Kakek Dzaki diakhiri dengan dengusan.

Arrazi terdiam. Apa yang dikatakan Kakek Dzaki ada benarnya juga, Arrazi saat itu sudah kalut dengan emosi. Jadi tidak bisa berpikir jernih. Kakek Dzaki merangkul pundak sang cucu, mengajaknya untuk duduk di pinggir kasur dan kembali menasehati Arrazi atas sikap kurang baiknya kepada sang istri.

Sementara itu, Daniah yang berada dalam pelukan Nenek Dariah hanya diam ikut menyimak nasehat Kakek mertua terhadap suaminya.

"Paham Arrazi?" tanya Kakek Dzaki di akhir nasehatnya.

"Paham, Kek."

"Sekarang baikan dengan istrimu. Lain kali bicarakan kepadanya dengan baik-baik, lembut. Jangan pakai emosi apalagi kekerasan.: lanjut Kakek Dzaki, menepuk pundak sang cucu.

Arrazi mengangguk pelan.

1
Sri Murtini
arogan krn blm menyetuh sang istri, ntar klu sudah pasti jd suami takut istri .
ha..ha...ha
Sri Murtini
Daniah sanggup menerima hukuman dr tantangan suami?
Sri Murtini
ntar cinta Nia ...jgn nyumpahi dr Arrazi lho
Sri Murtini
ompong ngangeni bisa bercandakan turuni tensi lho
Atik R@hma
itu malaikat kecilmu, si daniah😀😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!