Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.
Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.
Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?
Yuk simak ceritanya 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Nirma mengusap permukaan foto yang sudah mulai buram. Wajah sosok anak perempuan dalam potret tersebut sudah tidak jelas lagi. Mungkin karena termakan usia, dan lama tersimpan di lemari.
Setelah mengusap-usap dengan ujung pakaiannya, gambar tersebut masih juga buram.
Padahal ia sangat penasaran ingin melihat seperti apa wajah anak perempuan itu.
Mungkin sangat cantik dan lucu, sampai Raka menyimpannya dengan begitu rapi. Menyelip di antara lembar pakaiannya.
Perhatian Nirma lantas tertuju pada sebuah buku catatan kecil yang ia tebak adalah milik Suaminya.
Perlahan ia membuka lembar pertama. Ada nama Zahra yang tertulis dengan tinta berwarna emas di sana.
"Zahra Hadiwijaya?"
Sepasang matanya terpejam.
Entah kenapa ia merasa tidak asing dengan nama itu. Perlahan ia mengusapnya dengan ujung jari. Meresapi nama itu di dalam hati.
Namun, semuanya tersamar.
Ketika tersadar dari lamunan, ia segera membawa setelan piyama dengan langkah tertatih melewati tangga, menuju lantai bawah. Begitu memasuki kamar, Brayn dan Rafa sudah selesai membuka pakaian Raka.
"Ini piyamanya, Kak." ucap Nirma, seraya meletakkan pakaian milik Suaminya di ujung tempat tidur.
Sebelum memakaikan piyama, Nirma lebih dulu mengambil handuk basah dan wadah berisi air hangat yang ia gunakan untuk membasuh tubuh Suaminya.
"Terima kasih Kak Brayn, Kak Rafa sudah membantu Mas Raka." lirih Nirma.
"Sama-sama." jawab Brayn sambil membantu memakaikan piyama pada tubuh Raka.
Sejenak Brayn menatap Nirma dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Dari segi penampilan Nirma terkesan sangat sederhana, jauh dari kata modis.
Pakaian dan khimar panjang yang ia kenakan sudah kusam, padahal Suaminya adalah ahli waris dari sebuah perusahaan besar.
Memikirkan hal itu saja membuat hati Brayn serasa ditusuk ribuan jarum.
Perhatiannya kemudian tertuju pada meja, di mana tergeletak semua ponsel keluaran lama yang sudah ketinggalan zaman. Pada ujung layarnya terlihat retak.
Ia semakin merasa sesak saat mendapati sebuah koper di samping lemari, yang setahunya adalah milik Nirma.
Juga sajadah yang membentang di lantai dengan alqur'an di atasnya.
Brayn pun mulai menebak bawa Raka dan Nirma tidur di kamar yang terpisah.
Diam-diam ia menatap mata Nirma yang sembab. Menebak bahwa gadis itu habis menangis dalam waktu yang cukup lama.
Ketika Nirma hendak membawa wadah dan handuk basah menuju kamar mandi, ia melangkah dengan terseok-seok setengah pincang.
"Kamu kenapa, Dek? Kakinya sakit?" tanya Brayn.
"Tidak apa-apa, Kak. Tadi mengalami kecelakaan kecil."
"Kecelakaan kecil bagaimana?" tanya Brayn sedikit mendesak dan khawatir.
Di balik cadar, Nirma tersenyum melihat reaksi Brayn yang tampak khawatir. Tidak aneh, ia adalah seorang calon dokter. Pasti memiliki jiwa sosial yang tinggi.
"Saat mau pulang dari pasar, Kak. Hampir terserempet mobil, tapi tidak ada luka serius. Hanya jahitan sedikit di atas lutut."
Brayn terdiam sejenak. Ia ingat dengan Zayn yang tadi mengaku hampir menabrak seorang gadis.
Apakah gadis yang hampir ditabrak Adiknya adalah Nirma? Ah, mungkin Brayn bisa tanyakan kepada Zayn di rumah nanti.
"Tapi yang hampir menabrak kamu bertanggung jawab, kan?"
Nirma mengangguk. "Iya, Kak. Beliau mengantar ke rumah sakit dan mengantar pulang juga."
"Alhamdulillah, Dek. Apa Raka tahu kalau kamu mengalami kecelakaan?"
Seketika Nirma terdiam. Tak tahu harus memberi jawaban apa.
"Em saya belum sempat bilang. Lagi pula hanya luka kecil, Kak." jawab Nirma, berusaha menutupi ketidak pedulian sang Suami.
"Lain kali kalau mau ke mana-mana minta di antar Raka. Takutnya ada apa-apa di jalan."
"Iya, Kak."
Brayn melirik Rafa yang saat ini sedang duduk di samping Raka memainkan ponselnya.
"Bro, jalan, yuk. Sudah malam."
"Oke." Rafa bangkit dan memasukkan ponselnya ke saku celana.
"Nirma, kita pulang dulu, ya." ucap Rafa.
"Iya, Kak. Terima kasih sekali lagi."
Saat Brayn dan Rafa melangkah keluar kamar, Nirma mengikuti dari belakang, hendak mengantar kepergian dua lelaki itu.
Sebelum keluar pintu, Brayn sempat membalikkan tubuhnya.
Setiap kali menatap Nirma, ia seperti merasakan sesuatu yang berbeda. Seolah gadis itu memiliki magnet yang selalu menariknya.
"Aku tahu tidak sebaiknya ikut campur dalam urusan rumah tangga kalian. Tapi, Raka sudah seperti saudaraku sendiri. Artinya, kamu juga sudah seperti Adikku. Kalau Raka melakukan sesuatu yang menyakiti kamu, beritahu aku."
Nirma diam sembari menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan genangan air matanya.
Kelembutan dan kalimat singkat penuh makna dari lelaki itu terasa hangat menyusup ke hati.
"Iya, Kak. Insyaallah."
Brayn menyembunyikan tangannya ke belakang punggung. Entah mengapa rasanya ingin mengusap puncak kepala gadis itu.
Namun, kemudian ia meyakinkan diri bahwa gadis di hadapannya itu bukan mahram.
"Ya sudah, kamu hati-hati di rumah. Assalamualaikum."
"Walaikum salam."
Nirma menutup pintu, kemudian mengintip melalui celah jendela, ia melihat Brayn naik ke mobil bersama Rafa.
Nirma mengusap air mata.
Entah perasaan itu berasal dari mana. Melihat sosok Brayn membuatnya merasa seperti memiliki seorang kakak laki-laki.
Sementara itu di mobil Brayn bersandar sambil merenung, Rafa yang duduk di kursi melirik sejenak.
"Kenapa, Bro?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan Nirma. Kasihan dia."
"Kita doakan saja semoga nanti ada jalan terbaik untuk mereka. Aku yakin Raka hanya butuh waktu untuk bisa menerima Nirma."
"Insyaallah."
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan mobilnya Raka yang ketinggalan di club?"
"Gampang, nanti karyawan club yang akan mengantarnya besok pagi."
"Oh ...."
**************
**************
lanjut Thorrr" bgs cerita nyaaaa....