Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Teror Untuk si Cantik
Bab 3. Teror Untuk si Cantik
Callista berpikir selama jam pelajaran apa yang harus dia lakukan mulai sekarang untuk melindungi dirinya dan murid-murid yang tidak bersalah. Maka dirinya harus bisa melakukan ilmu beladiri atau apa pun itu, yang penting dia bisa melawan ketika ada orang jahat.
Tiba-tiba saja terbersit untuk ikut bergabung dengan klub anggar. Dahulu sewaktu masih sekolah dasar, dia pernah belajar memainkan pedang itu. Maka, ketika jam istirahat, dia pun mendatangi ruang klub kebanyakan berisi laki-laki.
"Aku ingin bergabung di klub ini," kata Callista kepada ketua klub.
Anggota klub anggar sangat senang dan merasa terhormat karena putri sulung dari keluarga Owen akan belajar dan berlatih bersama mereka. Callista tidak menyangka kalau orang-orang yang tergabung di klub ini baik-baik. Dia langsung merasa nyaman bisa berteman bersama mereka.
Setelah masuk klub anggar, Callista harus bisa bergabung dengan OSIS. Dengan memiliki kekuasaan di sekolah, maka dirinya bisa memiliki kebebasan dalam mengambil sikap dan tindakan nantinya terhadap semua murid di Sekolah Alexandria ini.
Callista membaca pengumuman tentang perekrutan anggota OSIS. Maka dia pun mendaftarkan dirinya menjadi bagian dari organisasi siswa.
***
Selama satu Minggu ini Callista sibuk mencari dukungan kepada murid-murid di sekolah agar bisa menempati jajaran kepengurusan OSIS. Setelahnya, akan ada pengumuman orang-orang yang nantinya menjabat di OSIS akan diberi kewenangan.
"Wah, sesuai prediksi kalau Charlie Kinsey yang akan menjadi ketua OSIS. Lalu, Callista Owen sebagai wakil ketua OSIS," ucap beberapa para murid.
Callista tidak masalah menjadi seorang wakil, yang penting dia memiliki kuasa di sekolah ini. Agar bisa mewujudkan apa yang sudah dia rencanakan. Yaitu, menolong teman-temannya yang mendapat pembullyan seperti dirinya.
Charlie Kinsey adalah murid laki-laki yang terkenal dingin dan berasal dari keluarga bangsawan kelas atas. Lebih kaya dan memiliki pengaruh besar di negeri ini.
"Aku harus bisa menjalin hubungan baik dengan Charlie. Semoga saja dia bisa membantu aku di kala butuh bantuan," batin Callista.
Terlihat Zanetha menatap kesal dan benci kepadanya. Kedua tangan gadis itu terkepal kuat dan sorot mata yang tajam.
***
Seorang murid perempuan dengan tag name Bella, membuka paket yang dikirim ke rumahnya. Senyum manis tercipta dari wajahnya yang sangat cantik. Dia adalah salah seorang teman Callista di sekolah. Walau di terlahir dari keluarga bangsawan, tetapi terlahir dari hasil hubungan gelap ayah dengan pelayanan di rumahnya.
"Kyaaaaa!" teriak Bella histeris ketika melihat isi kotak paket.
Di dalam kotak itu ada seekor kelinci putih yang berlumuran darah merah. Tubuh Bella bergetar hebat dan air mata bercucuran. Wajah pun berubah pucat pasi seakan darahnya hilang.
"Nona Bella, ada apa?"
Seorang pelayan mendekati Bella. Ketika melihat isi kotak yang merupakan sebuah bangkai, dia segera membawanya keluar. Tidak lama kemudian dia datang dengan nampan berisi poci dan gelas yang biasa digunakan untuk menikmati teh.
"Nona minumlah ini dahulu, agar menenangkan perasaan Anda," kata pelayan wanita itu sambil menyerahkan segelas teh.
***
Setelah tiga hari tidak masuk sekolah karena shock, Bella masuk sekolah. Di depan pintu masuk, dia bertemu dengan Callista. Mereka sudah lama saling mengenal dan berteman dekat sejak duduk di sekolah menengah atas.
"Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Callista dengan tersenyum manis.
"Aku sudah lebih baik," jawab Bella yang membalas dengan senyum tipis.
Keduanya berjalan beriringan menuju loker. Ketika Bella membuka loker, dia berteriak kencang dan memancing murid-murid yang ada di sana. Gadis itu berjongkok dengan tubuh yang bergetar hebat dan keringat bercucuran.
"Bella, ada apa?" tanya Callista sambil memegang temannya itu.
Karena Bella menangis ketakutan, Callista memeriksa loker milik temannya. Dia melihat ada foto Bella yang dilumuri darah dan bertuliskan "Mati". Tentu saja ini membuatnya marah. Dengan cepat dicopot dan membersihkan dengan saputangan miliknya.
"Kamu jangan takut. Aku akan melindungi kamu dan menangkap pelaku yang sudah berbuat ini kepadamu," kata Callista. Lalu, dia membawa Bella ke ruang kesehatan.
Para siswa yang tadi terdiam dan memerhatikan apa yang terjadi, kini berbisik-bisik dan menduga-duga apa yang terjadi kepada Bella. Kabar-kabar buruk tentang gadis itu pun berembus ke seluruh penghuni sekolah.
***
"Kita harus mencari tahu siapa pelaku dan apa motif orang itu melakukan kejahatan seperti ini," kata Charlie ketika mengadakan rapat dadakan bersama anggota OSIS.
Callista ingat kalau dahulu Bella di temukan mengakhiri hidupnya. Dengan melompat dari atas gedung sekolah. Sebenarnya itu bukan kasus bunuh diri, melainkan pembunuhan. Pelakunya adalah Zanetha karena dia benci kepada Bella yang memiliki wajah yang sangat cantik dan banyak disukai oleh laki-laki.
"Tunggu kalau tidak salah Bella adalah anak haram keluarga Louis. Namun, saat ini belum terungkap ke publik. Hanya beberapa orang yang tahu akan rahasia ini. Semua itu terungkap setelah kasus kematiannya yang di duga depresi karena bukan anak sah keluarga Louis. Kalau aku bisa menggagalkan kematian Bella kali ini, berarti rahasianya akan tetap terjaga. Kecuali, nanti ada orang yang tahu rahasia itu bicara, akan lain lagi ceritanya" batin Callista.
Para anggota OSIS akhirnya memutuskan untuk mencari tahu siapa bilang onar dari kejadian yang menimpa Bella. Mereka memulai penyelidikan dengan menggeledah barang milik murid ketika jam istirahat. Siapa tahu akan ada petunjuk si pelaku.
Ketika Callista menjenguk Bella di ruang kesehatan, dia melihat ada kotak bekal di samping kepala temannya itu. Karena curiga, maka wakil ketua OSIS itu membukanya dengan hati-hati.
Mata Callista terbelalak ketika melihat isi kotak bekal itu. Ada bangkai tikus yang berlumuran darah yang masih segar. Dengan cepat dia pergi menemui Charlie yang sedang menggeledah barang bersama anggota OSIS lainnya.
Kini Callista dan Charlie berada di ruang OSIS dan memeriksa kotak bekal yang ditujukan untuk meneror Bella. Keduanya menduga kalau pelaku adalah orang yang berada di sekitaran lantai dua di bangunan sayap kiri ketika penggeledahan yang sedang dilakukan oleh anggota OSIS.
"Ada beberapa murid yang berada di sana ketika aku mendatangi ruang kesehatan," kata Callista.
Dalam hati gadis itu bertanya-tanya di mana keberadaan Zanetha saat ini. Dia yakin kalau dialah pelaku yang sebenarnya sesuai dengan pengakuan dia di kehidupan masa lalu.
"Aku tidak punya bukti yang menyatakan kalau Zanetha adalah pelaku dan dalang dari semua kejahatan yang terjadi di Sekolah Alexandria," batin Callista.
"Dengan begini bisa mengerucutkan pencarian si pelaku. Kita tinggal fokus ke beberapa orang yang terlihat berkeliaran di sana ketika jam istirahat," kata Charlie.
Callista memiliki daya ingat dan hafal yang kuat. Dia masih ingat dengan orang-orang yang berpapasan dengannya, tadi.
Akibat dari kejadian yang menghebohkan sekolah itu, mau tidak mau para murid harus diperiksa. Dengan teliti Callista menunjuk orang-orang yang tadi bertemu dengannya di bangunan gedung sebelah kiri.
"Hei, kamu tadi saat jam istirahat berada di gedung sayap kiri, 'kan?" tanya Callista kepada murid laki-laki kelas satu.
"Ah, i-ya. Kenapa memangnya?" tanya murid bernama Bertrand dengan gugup sedangkan yang seorang lagi menganggukkan kepala tanda membenarkan ucapan Callista.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sana?" tanya Charlie dengan sorot mata yang tajam dan mimik muka serius.
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...