NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:671
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Benih yang Terbangun

Tunas merah itu tetap kecil selama bertahun-tahun, seolah tidak memiliki kekuatan. Penduduk sekitar mulai melupakan ketakutan mereka, menganggap bahwa semua telah berakhir. Desa-desa yang sebelumnya ditinggalkan mulai dihuni kembali, dan kehidupan perlahan kembali normal. Namun, di tengah hutan Giripati, sesuatu tetap mengintai dalam diam.

Seorang bocah lelaki bernama Gema, yang tinggal di desa terdekat, sering bermain di pinggir hutan. Suatu hari, ia menemukan bunga kecil dengan kelopak berwarna merah darah tumbuh di antara pepohonan. Tanpa sadar akan bahayanya, Gema memetik bunga itu dan membawanya pulang. Malam itu, kabut tipis mulai muncul kembali di desa, dan bisikan-bisikan yang telah lama hilang kembali terdengar.

Bunga itu mulai layu di tangan Gema, tetapi akarnya yang kecil menjalar keluar dari batang, bergerak seolah-olah hidup. Ketika Gema tertidur, bunga itu menyusup ke dalam tubuhnya, menanamkan benih kegelapan yang baru.

Kembalinya Kegelapan

Hari-hari berlalu, dan perilaku Gema mulai berubah. Ia menjadi pendiam, sering berbicara sendiri, dan tatapannya kosong. Orang tuanya mulai khawatir, tetapi tidak ada yang bisa mereka lakukan. Pada malam tertentu, Gema akan berdiri di tengah desa, menatap hutan dengan tatapan kosong, seolah-olah mendengar panggilan yang hanya bisa ia pahami.

Akhirnya, suatu malam, Gema menghilang. Orang-orang mencarinya di seluruh desa, tetapi jejaknya tidak ditemukan. Beberapa penduduk bersaksi bahwa mereka melihatnya berjalan ke arah hutan, tetapi tidak berani mengejarnya. Hanya satu orang yang memiliki keberanian untuk pergi mencarinya—seorang wanita tua bernama Bu Kirana, yang merupakan saksi hidup peristiwa di Giripati bertahun-tahun lalu.

Bu Kirana menemukan jejak Gema di tengah hutan, tetapi apa yang ia lihat membuat darahnya membeku. Gema berdiri di depan tunas merah yang telah tumbuh besar, hampir setinggi manusia dewasa. Tunas itu berdenyut seperti jantung, dan dari akarnya menjalar cabang-cabang kecil yang menembus tanah. Di atas tunas itu, sosok seorang gadis kecil dengan mata hitam berdiri, tersenyum ke arah Bu Kirana.

“Selamat datang kembali,” suara gadis itu bergema, “Kami tidak pernah benar-benar pergi.”

Desa yang Tersentuh

Ketika Bu Kirana kembali ke desa, ia membawa peringatan yang terlambat. Malam itu, kabut menyelimuti desa lebih tebal dari sebelumnya. Bisikan-bisikan yang dulu samar kini menjadi nyaring, memanggil nama setiap penduduk satu per satu.

Orang-orang mulai mengalami mimpi yang sama—sebuah pohon raksasa dengan wajah-wajah mereka sendiri terpahat di batangnya. Ketika mereka terbangun, beberapa dari mereka sudah tidak lagi menjadi manusia. Kulit mereka berubah menjadi kasar seperti kayu, dan tubuh mereka bergerak dengan kaku, seolah-olah dikendalikan oleh kekuatan lain.

Bu Kirana tahu bahwa ini adalah awal dari siklus yang baru, tetapi kali ini, kegelapan tampaknya jauh lebih kuat. Ia mencoba memimpin penduduk yang tersisa untuk melarikan diri, tetapi setiap jalan keluar dari desa telah ditutup oleh akar-akar hitam yang menjulang dari tanah.

“Tidak ada yang bisa pergi,” suara gadis kecil itu terdengar lagi di udara, diikuti oleh tawa lirih yang memekakkan telinga. “Kalian semua adalah milik kami sekarang.”

Pertarungan Terakhir

Bu Kirana, dengan kekuatan terakhirnya, memutuskan untuk kembali ke hutan dan menghadapi tunas itu sendirian. Ia membawa benda pusaka—sebuah keris kuno yang konon memiliki kekuatan untuk memutuskan kutukan. Dalam perjalanannya, ia melihat pemandangan mengerikan: penduduk yang sudah menjadi bagian dari akar pohon, wajah mereka terukir di batang yang mulai tumbuh, mulut mereka terbuka seperti memohon pertolongan.

Ketika ia tiba di tempat tunas itu tumbuh, ia melihat Gema, tetapi anak itu sudah bukan dirinya lagi. Matanya hitam pekat, dan tubuhnya dipenuhi akar-akar kecil yang menjalar dari tunas. Gadis kecil itu berdiri di sampingnya, menatap Bu Kirana dengan senyum penuh kemenangan.

“Kau tidak bisa menghentikan kami,” kata gadis itu. “Kegelapan ini adalah bagian dari dunia ini. Kau hanya memperpanjang penderitaanmu.”

Namun, Bu Kirana tidak mendengarkan. Ia mengangkat kerisnya dan mengayunkannya ke arah tunas. Sebelum ia berhasil, akar-akar hitam mencengkeram tubuhnya, melilit erat hingga ia tidak bisa bergerak. Gadis kecil itu mendekat, membisikkan sesuatu di telinganya: “Kau akan menjadi yang pertama, tetapi bukan yang terakhir.”

Dengan sisa-sisa kekuatannya, Bu Kirana menusukkan keris itu ke dalam tanah, tepat di bawah tunas. Sebuah cahaya kecil muncul, memotong akar-akar yang melilit tubuhnya. Tunas itu bergetar hebat, dan jeritan ribuan suara terdengar saat akar-akar hitam mulai terbakar. Gadis kecil itu menghilang, bersama dengan kabut yang melingkupi desa.

Namun, ketika Bu Kirana menatap tunas yang perlahan layu, ia menyadari sesuatu yang mengerikan: sebuah benih baru telah terbang ke udara, terbawa angin menuju desa-desa lain.

“Ini belum berakhir,” gumamnya sebelum ia jatuh ke tanah, tubuhnya berubah menjadi abu.

Setelah itu di hari-hari berikutnya, kabar tentang desa-desa yang menghilang mulai menyebar. Orang-orang berbicara tentang pohon di dalam hutan tersebut

***

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!