Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
...****************...
6 bulan kemudian
Di kamar asramanya, Anthea mematikan lilin yang ia gunakan untuk membaca buku malam ini. Gadis itu menuju tempat tidurnya untuk segera tidur.
“Kau selesai membaca novel, lagi?” Tanya Shenina yang sudah sedari tadi berbaring di tempat tidurnya.
“Hm,” Jawab Anthea, gadis itu menarik selimutnya setelah membayangkan diri.
“Itu novel dari Dexter, bukan?” Anthea menjawab dengan anggukan di ruang remang itu.
“Sepertinya kalian selalu bertukar bacaan ya,”
Beberapa bulan ini Anthea dan Dexter memang cukup dekat, bahkan bisa di bilang ialah satu-satunya laki-laki yang dekat dengan Anthea di akademi.
Keduanya sama-sama memiliki hobi membaca novel karangan dari salah satu penulis terkenal di Kerajaan, dan Dexter sering merekomendasikan novel-novel itu pada Anthea.
“Tidak juga, hanya kebetulan kami mempunyai selera bacaan yang sama,” jawab Anthea.
“Tapi sepertinya dia menyukaimu, Anthea.” Ujar Shenina. Sebenarnya sudah cukup lama ia ingin mengatakan ini pada Anthea.
Bahkan, sepertinya semua orang dapat melihat bahwa laki-laki itu menyimpan perasaan pada temannya ini.
Anthea mengerutkan kening, “Kau ini bicara apa? Sudah jelas dia tau aku telah bertunangan, tidak mungkin Dexter menyukaiku.”
Shenina menghela nafas melihat ketidakpekaan Anthea,
“Tapi dia selalu menemuimu hampir setiap hari, Anthea. Apa lagi kalau tidak suka? Sekalipun kau tunangan Pangeran Altair, bisa saja dia tetap nekat mendekatimu.” Jelas Shenina.
Anthea terdiam sebentar, menatap langit-langit kamarnya. Ia memang sadar, sejak ia menegur Clarissa saat itu, ia dan Dexter mulai dekat. Cukup sering mereka saling mengobrol.
Tapi, bagi Anthea kehadiran Dexter jelas ia anggap teman. Selama di akademi, nyaris tak ada laki-laki yang mau mengajaknya bicara, karena segan akan posisinya.
Bukannya Anthea suka berteman dengan lawan jenis, tapi jika ada orang yang memang berniat berteman dengannya dengan tujuan baik, tak perlu ia tolak juga, bukan?
“Tapi dari yang aku lihat, Dexter memang punya banyak teman perempuan.” Ujar Anthea.
Dexter itu laki-laki yang ramah, walau wajahnya tipikal menyeramkan dan tegas. Ia mau berteman dengan siapa pun selama ini.
“Tetap saja, pandangannya padamu itu beda.” Shenina tetap kukuh pada pendapatnya.
“Ya sudahlah, lagipula suka atau tidak itu urusan Dexter. Yang jelas kan aku tunangan Altair,” Ucap Anthea.
Mengingat tunangannya itu, jujur saja Anthea sedikit rindu. Walau Altair sering mengabarinya melalui surat untuk menyampaikan keadaan laki-laki itu, Anthea sudah tak bertatap muka secara langsung berbulan-bulan.
“Bagaimana jika dia berniat merebutmu dari Altair?” Tanya Shenina yang cukup melantur menurut Anthea.
“Kau ini bicara apa sih? Sepertinya kau berpikiran terlalu jauh, Shenina.”
“Sudahlah, lebih kita tidur.” Ujar Anthea sebelum Shenina berbicara lagi.
Kamar dua putri bangsawan itu hening setelah percakapan mereka, keduanya mulai memasuki alam mimpi.
Namun, baru beberapa saat terpejam Anthea merasa perlu buang air kecil. Dengan sangat terpaksa, ia bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi. Untungnya kamar Anthea dan Shenina ada kamar mandi dalam, namanya juga kamar asrama untuk bangsawan.
Tok tok tok
Baru saja menyelesaikan hajatnya, Anthea mendengar suara ketukan pintu kamarnya dari luar.
“Siapa?” gumam Anthea.
Hari sudah tengah malam, Anthea melirik sekilas Shenina yang lelap dalam tidurnya. Asrama mereka di jaga dengan ketat, tak mungkin sembarang orang akan masuk ke sini.
Tok tok tok
Lagi, suara ketukan itu terdengar. Anthea pikir itu mungkin teman sekitar kamarnya yang memerlukan bantuan, walau sebelumnya tak pernah mengganggu malam-malam begini.
Berjalan pelan, Anthea menuju pintu dan membukanya.
Cklek
“Anthea..” Suara pelan dan seseorang yang langsung menubruk Anthea untuk memeluk gadis itu.
“Altair?” gumam Anthea terkejut.
Sosok tinggi laki-laki itu bagaimana bisa berada di asramanya tengah malam begini?! Apalagi ini asrama khusus putri, apa Altair menyelinap melewati para penjaga?
“Aku benar-benar merindukanmu.” Ujar Altair, dengan terpaksa melepas pelukannya ketika Anthea mendorong tubuhnya pelan.
“Bagaimana kau bisa ada di sini? Kapan kau pulang, Altair??” Tanya Anthea yang masih belum menghilangkan rasa terkejutnya.
Terakhir kali Altair mengirim surat dua minggu yang lalu, tak ada laki-laki itu mengatakan kalau ia akan segera pulang.
“Aku tiba di Istana pagi tadi, Anthea.” Jawab Altair, menatap lurus wajah tunangannya yang telah lama tak ia lihat.
“Pagi tadi?? Lalu kenapa sudah ada di sini sekarang?” Tanya Anthea lagi, itu berarti sejak sore Altair sudah langsung menuju akademi.
“Aku merindukan Anthea,” jawabnya dengan senyum tipis tanpa dosa.
“Lalu, kau meminta izin pada penjaga untuk masuk?”
Altair menggeleng, “Aku menyelinap, Anthea. Tenang saja, aku tidak akan ketahuan.”
Tadinya Altair ingin menemui Anthea pagi saja, tapi gadis itu besok pasti akan langsung belajar. Tak mau menunggu lama, nekat saja ia menuju asrama putri, berharap Anthea belum tertidur walau hari sudah tengah malam.
Anthea menghela nafas tak habis pikir, bagaimana jika seorang pangeran ketahuan menyelinap ke asrama putri malam-malam? Apa Altair tidak berpikir sejauh itu?
Menyadari wajah gadis itu yang sepertinya terlihat lelah, tangan Altair mengusap lembut pipi tunangannya.
“Aku mengganggu waktu istirahat Anthea, ya? Maaf, aku tidak bisa menunggu bertemu denganmu terlalu lama. Sudah hampir satu tahun aku tak melihat, Anthea.” Ujar Altair.
Anthea melengkungkan bibir ke bawah, “Hitunganku baru 9 bulan,”
“Sama saja lama, Anthea.” Ucap Altair.
Anthea menutup pintu kamarnya, takut Shenina terjaga karena suara mereka. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di dinding.
Altair langsung saja menjatuhkan kepalanya di bahu sang gadis, dengan bibir yang mulai menyusuri leher putih Anthea.
“Altair, jangan seperti ini.” Anthea mendorong laki-laki itu pelan. Namun, beru sedikit menjauh Altair malah kembali merengkuh tubuh kecil Anthea.
“Apa hanya aku yang merasakan rindu sampai nyaris mati di sini?” Suara laki-laki itu mengurungkan niat Anthea untuk kembali mendorongnya.
Perlahan, Anthea membalas pelukan Altair. Ia juga merindukan laki-laki itu, tapi Anthea tak akan mengatakannya secara gamblang seperti Altair.
“Apa misimu berjalan lancar?” Tanya Anthea.
Altair mengangguk, “Tenang saja, wabah itu sepenuhnya sudah hilang. Kami juga menemukan penawar untuk mengobati para penderita yang terjangkit.”
Berarti, wabah penyakit itu tak sampai memasuki wilayah Scarelion. Batin Anthea.
Raja dan Ratu akan tetap hidup, mereka sama sekali tak pernah terkena wabah saat ini. Tak seperti yang tertulis dalam novel.
“Kak Ares juga sudah kembali, kan?” Tanya Anthea teringat pada kakaknya. Jika Altair di sini, berarti Ares tentu juga sudah pulang.
“Iya, dia sudah di kediaman.”
“Kenapa kalian tidak ada yang mengabari akan segera pulang?” Tanya Anthea saat pelukan mereka terlepas.
“Kejutan, bukankah Anthea senang melihatku disini?”
Anthea memutar bola matanya malas, “Ya, kau berhasil membuatku terkejut, Altair.”
Anthea tak menampilkan wajah senang seperti ekspektasi Altair, wajah gadis itu tetap datar tak menampilkan emosi berlebih , sama seperti 9 bulan yang lalu.
Tapi, Altair tak masalah. Yang jelas kerinduannya terpuaskan melihat Anthea-nya.
***
Pantengin ya, mau dabel up karena author ga up berapa hari ini💋