Kiana hanya mencintai Dio selama sembilan tahun lamanya, sejak ia SMA. Ia bahkan rela menjalani pernikahan dengan cinta sepihak selama tiga tahun. Tetap disisi Dio ketika laki-laki itu selalu berlari kepada Rosa, masa lalunya.
Tapi nyatanya, kisah jatuh bangun mencintai sendirian itu akan menemui lelahnya juga.
Seperti hari itu, ketika Kiana yang sedang hamil muda merasakan morning sickness yang parah, meminta Dio untuk tetap di sisinya. Sayangnya, Dio tetap memprioritaskan Rosa. Sampai akhirnya, ketika laki-laki itu sibuk di apartemen Rosa, Kiana mengalami keguguran.
Bagi Kiana, langit sudah runtuh. Kehilangan bayi yang begitu dicintainya, menjadi satu tanda bahwa Dio tetaplah Dio, laki-laki yang tidak akan pernah dicapainya. Sekuat apapun bertahan. Oleh karena itu, Kiana menyerah dan mereka resmi bercerai.
Tapi itu hanya dua tahun setelah keduanya bercerai, ketika takdir mempertemukan mereka lagi. Dan kata pertama yang Dio ucapkan adalah,
"Kia, ayo kita menikah lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana_Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Kiana pikir, ia akan dengan senang hati berbagi camilan dengan Jehan dan bergosip ria di bus. Sesekali mungkin sibuk berswafoto, bernyanyi atau hal-hal seru lainnya. Tapi sayangnya, itu tidak menjadi kenyataan.
Ia tidak duduk dengan Jehan melainkan Arshaan.
Saat Kiana duduk di dekat jendela, Arshaan menyuruh Jehan untuk duduk dengan Stevi. Sogokan berupa traktiran makan siang di kantor, Jehan luluh dan menurut. Itulah sebabnya Arshaan dengan leluasa duduk di sisi Kiana, mengundang heran perempuan itu. Kiana bahkan sudah mendorong tubuh Arshaan agar berpindah tempat duduk, namun Arshaan tetap bebal. Ia malah menyilangkan tangannya di dada, merebahkan kepala dan menutup matanya. Kiana akhirnya menyerah. Memilih menikmati pemandangan di luar jendela bus.
"Apa yang kamu suka dari Dio?" Arshaan memecah keheningan diantara keduanya seraya membuka mata. Ditatapnya Kiana. "Dio itu 'kan dingin dan membosankan."
"Karena ganteng," jawab Kiana asal.
"Gantengan juga aku."
Kiana mendelik tak terima namun tertawa juga. "Enggak tahu juga. Sudah suka aja dari dulu."
"Dari kapan?"
Kiana tersenyum seraya membuka lemari kenangan di ingatannya. "SMA kelas satu atau dua ya? Pokoknya sekitar itulah."
"Wow!" Arshaan menegakkan posisi duduknya, sedikit menyerong menghadap Kiana. "You fell in love at first sight, huh?"
Kiana tertawa seraya mengangguk. "Terlihat jelas ya?"
Arshaan mengangguk.
"Kamu kenal Dio dari kapan?"
Arshaan tidak langsung menjawab. Ada sedikit perubahan ekspresi yang dapat Kiana baca dari wajah Arshaan. Namun, bukan Arshaan namanya bila tidak pandai menguasai diri. Ia justru nampak tersenyum bodoh seolah mengingat-ingat.
"Sekitar September 2016 di Groningen."
"Wah lama juga ya ... apa kalian berdua berada dalam love-hate relationship?"
Arshaan kembali tersenyum. "Iya nih, aku naksir dia tapi dia nggak naksir aku."
"Najis ya Shaan!"
"Hahahaha."
Mereka berdua tertawa. Kiana tahu, ada hal yang rumit antara Dio dan Arshaan di mana mereka berdua saja yang tahu. Dio yang bersikukuh tak suka Kiana berteman dengan Arshaan nampak enggan mengungkapkan alasannya. Juga Arshaan yang lebih suka mengalihkan pertanyaan Kiana yang mengarah pada hubungannya dengan Dio pada lelucon-lelucon garing.
Kiana tak memaksa.
Ia rasa, ia tidak berhak juga.
Perjalanan yang sebelumnya sepi, kini berganti riuh sebab masuk dalam sesi karaoke. Ada beberapa hadiah yang disiapkan panitia untuk pemenang lomba karaoke ini. Jurinya tentu saja, semua manusia yang ada di dalam bus. Hal tersebut sontak membuat peserta gathering semangat.
Kiana menikmati bagaimana Stevi memilih lagu Via Vallen yang berjudul sayang. Perempuan berdarah padang itu nampak lucu dengan aksen jawa seadanya. Jangan abaikan Jehan yang memilih ngakak setelah Stevi menyelesaikan lagunya.
Ada Pak Romi yang menyanyikan lagu tahun 2000an milik Titi Kamal yang berjudul Jablay yang mengundang riuh, ada Mona dari tim relawan yang menyanyikan lagu K-pop dengan dance tipis-tipis, atau Nancy yang puas dengan lagu Iwan Fals-nya.
"Kamu tahu, kamu cantik kalau banyak tertawa seperti ini."
Arshaan memandang Kiana dengan senyum andalannya. Membuat perempuan itu seketika membeku.
Kiana perlu ingatkan sekali lagi. Ia manusia biasa, suka dengan keindahan. Dan bila keindahan wajah manusia bisa dijadikan bagian dari tujuh keajaiban dunia, maka Arshaan mungkin mendapat suara terbanyak untuk menggantikan salah satu yang ada sebelumnya.
Biar Kiana deskripsikan lagi.
Arshaan dengan kulitnya yang putih. Hidungnya yang bangir, alisnya yang tegas dan rapi. Mata Arshaan cantik, bibirnya pun demikian. Rahangnya tegas yang memperkuat sisi maskulinitasnya. Sialnya, rambutnya, badannya, semua yang ada pada dirinya mendukung hal tersebut sehingga ia tampak unreal.
Kiana suka keindahan walau tentu saja jantungnya tidak berdebar kencang seperti bagaimana ia berhadapan dengan suaminya. Ini hanya sisi manusiawi yang juga dimiliki oleh Kiana.
"Kamu lihat? Ini cincin pernikahanku. Jangan gombal-gombal sama aku."
Kiana menunjukkan jarinya tapi Arshaan selalu begitu, memilih tertawa.
"Pernah dengar lagunya Irwansyah?"
"Yang mana?"
"Kutunggu jandamu, asiiik."
Kiana memukul lengan Arshaan dan laki-laki itu justru puas tertawa. "Amit-amit ... amit-amit. Lo gila ya nyumpahin gue cerai," protes Kiana.
"Kalau kamu tidak bahagia ... kenapa harus bertahan?"
Riuh dalam bus seketika lenyap dalam pendengaran keduanya. Baik Kiana maupun Arshaan, dalam saling tatap itu, terjerat dalam kalimat yang sama. Di telinga Kiana, ungkapan 'tidak bahagia' yang diucapkan Arshaan bergema terus menerus. Memaksa ia tersenyum –yang lebih mirip senyum miris– pada Arshaan.
"Kenapa bilang aku tidak bahagia?"
"Remember the first time we met?"
Kiana mengangguk.
"You look unhappy."
"I'm happy."
"Really?"
"Yeah."
"Aku rasa nggak. Kamu nggak bahagia karena cuma kamu yang jatuh cinta, 'kan?"
Kiana tidak tahu bagaimana Arshaan bisa begitu paham apa yang terjadi dalam rumah tangganya. Padahal, orang terdekat mereka saja, Ayah, Mama, semuanya, tidak tahu akan hal tersebut. Mereka melihat Kiana-Dio adalah pasangan yang saling mencintai dan nampak serasi.
"Aku benar, 'kan?"
Kiana tak menjawab. Mengalihkan pandangannya ke arah jendela bus dan menumpukan atensi di sana. Hatinya tercubit dengan apa yang dikatakan Arshaan.
"Aku rasa Dio tidak pernah menyadari bagaimana istimewanya kamu."
Kiana menoleh, memandang laki-laki itu yang tersenyum nakal padanya.
"Ini pendapatku loh."
"Please ... don't talk nonsense. Aku tidak ada niat untuk selingkuh sama kamu."
Arshaan tertawa. Tawanya cukup keras sehingga orang-orang yang sedang asik lomba karaoke mengalihkan perhatian mereka pada Arshaan dan Kiana.
Kiana hanya menepuk dahinya kasar. Laki-laki yang duduk di sampingnya itu memang suka sekali mencari perhatian. Hingga mc perlombaan justru mendekat, menodongkan mic pada Kiana dan Arshaan untuk berduet.
Tawa Arshaan sudah reda namun ia nampak bingung dengan keadaan sekitarnya. Ditatapnya Kiana namun perempuan itu hanya mencebik kesal. Sebab gara-gara Arshaan ia malah disuruh bernyanyi bersama.
"Ayo dong sumbangkan suara emas kalian." Itu Jehan si provokator.
"Nyanyi lagunya H. Rhoma Irama dan Elvi Sukaesih dong." Kalau itu Stevi, dangdut mania.
"Yang judulnya judi?" kekeh Jehan.
"Mana ada nyet Umi Elvi nyanyi lagu judi."
Keduanya tertawa, Kiana kesal.
"I'll sing. John Legend all of me."
Sorak sorai terdengar. Kiana yang tadi menyembunyikan mukanya karena tak mau disuruh menyanyi, kini menoleh pada Arshaan. Laki-laki itu tersenyum mengejek untuk kemudian berdiri. Lengan kanannya menjadi tumpuan pada tempat duduk agar ia tetap seimbang dan tidak limbung.
Kiana tahu bahwa Arshaan adalah laki-laki yang suka tebar pesona. Namun ia tidak pernah benar-benar mengenal Arshaan. Kiana bahkan cukup terkejut karena laki-laki itu memiliki suara yang cukup bagus. Bahkan ketika bait pertama selesai, pujian dari suara-suara perempuan sudah menggema.
"Cause all of me. Loves all of you. Love your curves and all your edges. All your perfect imperfections."
Arshaan mengalihkan pandangan pada Kiana. Menatap wajah perempuan itu dengan rasa yang sulit ia deskripsikan. Sebab ia tidak pernah yakin, namun juga ternyata menggebu-gebu. Entah layaknya seperti yang sudah-sudah, atau justru ia merasa sudah berada di pemberhentian terakhir. Arshaan masih gundah.
"You're my downfall, you're my muse. My worst distraction, my rhythm and blues. I can't stop singing, it's ringing, in my head for you."
Dan di detik yang sama ketika Arshaan menyanyikan bait itu, ponsel Kiana berdering. Membuat Kiana sadar dan memutus pandangan dirinya dan Arshaan. Ada nama Dio yang meminta dijawab. Sebuah panggilan video yang tidak pernah Dio lakukan.
"Halo."
"Halo. Ehm ... masih belum sampai, ya?"
Kiana mengangguk. "Masih di jalan."
"Happy?"
Kiana mengangguk tersenyum lebar. "Happy."
"Selamat bersenang-senang ya."
"Terima kasih."
"I give you all of me. And you give me all of you."
Arshaan berengsek, batin Kiana. Bisa-bisanya ia kemudian duduk dan menyanyikan part terakhir dengan mendekatkan tubuhnya pada Kiana sambil menatap intens. Padahal jelas sekali, Arshaan tahu ia sedang video call dengan Dio.
Jangan ditanya, Dio melihat semuanya!
Suara tepuk tangan dan jerit tertahan cewek-cewek menjadi penutup penampilan Arshaan. Laki-laki itu hanya meringis setelah mendapat cubitan dari Kiana. Memilih abai akan kedongkolan perempuan itu. Ia justru malah mencomot keripik kentang yang ada di pangkuan Kiana.
"Kamu duduk sama Arshaan?"
Suara Dio terdengar datar seperti biasanya. Namun Arshaan yang turut mendengarnya justru terkekeh. Kiana jadi semakin sebal dan ingin memukul kepalanya.
"Iya, entah gimana jadi begitu."
"Haaaah ... Kia ... harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak suka kamu dekat-dekat sama laki-laki berengsek itu?"
"Aku masih di bus, nanti yang lain bisa dengar." Kiana celingukan takut bila suara Dio didengar orang lain. Abaikan saja Arshaan yang masih memasang watados-nya sambil memakan keripik kentang.
"Oke."
Dio memutus panggilannya. Membuat hati Kiana merasa tak enak. Ia akan perang dingin lagi dengan Dio sepulang dari puncak sepertinya. Lagi dan lagi disebabkan oleh orang yang sama.
Arshaan.
Kiana pusing jadinya. Terseret dalam kebencian Dio pada Arshaan yang semestinya tidak ada sangkutpaut dengannya.
^^^^
KLIK LIKE-NYA
jahat bgt ih..
pgn tak geprek si dio