Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Two Alpha's And Mate
Pria yang terlempar ke dinding itu terduduk lemas, punggungnya menempel pada sisa-sisa dinding yang pecah. Wajahnya terkejut dan penuh rasa sakit, namun matanya masih menunjukkan ketegaran, seolah tidak mengira bahwa seseorang seperti Loreon bisa muncul begitu cepat dan mengalahkannya dengan mudah. Elowen masih terpaku, berdiri di tempatnya, tubuhnya sedikit gemetar, masih terkejut dengan apa yang terjadi.
Loreon berdiri tegap di depan pria itu, matanya tetap tajam dan penuh amarah. Dia mendekat, berjalan dengan penuh ancaman, dan meletakkan tangan di leher pria itu, menekan dengan kuat seolah memberi peringatan yang jelas. "Jika kamu berani mendekatinya lagi, aku tidak akan ragu untuk menghapus keberadaanmu dari dunia ini," ujarnya dengan suara rendah, namun mengandung ancaman yang jelas.
Elowen bisa merasakan ketegangan yang luar biasa di udara. Dalam sekejap, pria itu akhirnya mundur, tidak mampu melawan lagi, dan Loreon melepaskan genggamannya. Dengan napas yang berat, pria itu merangkak mundur, sebelum akhirnya menghilang dari pandangan mereka. Loreon tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya menatap Elowen, memastikan bahwa dia baik-baik saja.
Lucian memandang Loreon dengan tatapan penuh tantangan, bibirnya melengkungkan senyuman sinis. "Mate mu?" katanya dengan nada dingin, suaranya hampir menggeram. "Dia adalah Mate ku," lanjutnya, sambil menatap Elowen yang berdiri di samping Loreon, seolah ingin mengklaim bahwa Elowen adalah miliknya, tanpa peduli siapa pun yang berdiri di antara mereka.
Loreon balas menatap dengan pandangan penuh amarah, tangannya terkepal kuat. "Dia adalah milikku," jawabnya dengan suara serak yang penuh tekanan, matanya berkilat merah. Dalam sekejap, suasana terasa begitu tegang, dua pria itu seolah siap bertarung, dan Elowen bisa merasakan hawa panas yang keluar dari keduanya, begitu intens.
Tanpa bisa menahan dirinya lagi, Elowen melangkah maju dan memegang tangan Loreon, berusaha mencegah pertarungan yang tampaknya tak terelakkan. "Cukup! Hentikan!" suaranya gemetar, tangannya bergetar saat ia mencoba menahan kekuatan kedua pria itu. Rasa takut dan kebingungannya menguasai dirinya, dan dia ingin menghindari kekacauan lebih lanjut. Ia menatap Loreon dengan mata penuh ketakutan, berharap dia akan mendengarkannya.
Loreon tampak ragu sejenak, namun kemarahan yang tertahan dalam dirinya masih membara. Dia menggeram pelan, seolah memperingatkan Lucian, yang tak kalah tajam menatapnya. Pandangan mereka bertemu seperti dua kekuatan yang siap saling menghancurkan, penuh kebencian dan keinginan untuk menguasai Elowen.
Lucian akhirnya berbicara, suaranya lebih rendah, namun tetap penuh tantangan. "Kita lihat saja siapa yang lebih unggul," katanya, matanya menyiratkan bahwa dia yakin Elowen hanya pantas untuknya, bukan untuk Loreon. Ada aura kekuatan yang begitu jelas saat dia berkata demikian, seolah dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dengan satu gerakan cepat, Lucian menghilang, menggunakan kekuatannya untuk pergi begitu saja. Tubuh Elowen masih gemetar, dan dalam keadaan yang begitu kacau, perasaan pusing tiba-tiba menyerang kepalanya. Sebelum dia bisa mengatakan apa pun, kegelapan menguasai dirinya. Tubuhnya limbung, namun untungnya Loreon cepat menangkap tubuhnya yang hampir jatuh ke lantai.
Loreon memeluk Elowen dengan cepat, menahan tubuhnya yang lemas dalam pelukannya. Dia bisa merasakan berat kepala Elowen yang bersandar di dadanya, tangannya memeluknya lebih erat. Ada kekhawatiran yang jelas di wajahnya, namun dia tetap tenang, meskipun rasa marahnya masih membara.
"Tenang, Elowen... Aku di sini," bisiknya, berusaha menenangkan wanita yang sekarang tak berdaya dalam pelukannya. Dia mengangkat tubuhnya dengan hati-hati, membawa Elowen ke tempat yang lebih aman, jauh dari bahaya yang masih mengintai.
➰➰➰➰
Loreon melangkah keluar dari toilet dengan hati-hati, membawa Elowen dalam pelukannya. Tubuh Elowen masih lemah, kepalanya bersandar pada dada Loreon, namun jantungnya berdetak kencang, berdebar penuh ketakutan. Ketika mereka sampai di luar, Loreon mempercepat langkahnya, matanya tak lepas dari setiap sudut ruangan, waspada terhadap kemungkinan bahaya yang mungkin masih mengintai.
Elowen perlahan mulai membuka matanya, tetapi pandangannya kabur. Dia merasakan tangan Loreon memeluknya dengan penuh perhatian, dan meskipun tubuhnya terasa lelah, ia merasa sedikit tenang. Namun, pikirannya masih berputar tentang apa yang baru saja terjadi. Lucian... siapa dia sebenarnya? Dan apa yang diinginkannya dari Elowen?
Setibanya di tempat yang lebih tenang, Loreon akhirnya berhenti sejenak, memastikan Elowen dalam keadaan stabil sebelum meletakkannya di kursi dekat meja kecil yang ada di ruangan itu. "Elowen, kamu baik-baik saja?" tanyanya pelan, matanya penuh perhatian, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
Elowen mencoba untuk duduk dengan hati-hati, masih sedikit pusing, namun ia mengangguk pelan. "Aku... aku baik-baik saja," jawabnya, meskipun suaranya terdengar lemah. Dia menatap Loreon, perasaan bingung dan khawatir bercampur aduk. "Loreon, siapa dia... Lucian?" tanyanya, dengan nada penasaran dan sedikit takut.
Loreon menatap Elowen dengan serius, sedikit menundukkan kepala seperti sedang mencari kata-kata yang tepat. Setelah beberapa detik hening, dia menjawab dengan nada rendah dan tegas, "Jangan terlalu dekat dengan pria seperti dia, Elowen. Dia berbahaya."
Elowen tak mendapat jawaban yang jelas, tapi melihat keseriusan di mata Loreon, dia tahu ada lebih banyak yang tak terungkap. Loreon menambahkan dengan lebih tegas, "Lebih baik kamu hati-hati. Pria itu bisa menjadi ancaman."
Elowen hanya mengangguk, meskipun penasaran, dia memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Loreon sudah cukup memberikan peringatan, dan yang terpenting sekarang adalah memastikan Elowen aman.
Saat itu, Valerie yang sedang duduk di minibar menerima panggilan telepon dari Loreon. Namun, panggilannya tidak diangkat—begitu pula telepon dari Elowen. Valerie merasa khawatir dan mulai gelisah. Tak lama, dia melihat Loreon datang dengan Elowen yang masih tidak sadarkan diri. Valerie terkejut dan langsung menghampiri mereka. "Ada apa ini? Kenapa Elowen seperti ini?" tanyanya cemas.
Loreon menatap Valerie, ekspresinya serius. "Kejadiannya begitu cepat, lebih baik kita pulang dulu, ada hal yang harus kuberitahukan padamu," jawabnya sambil terus memegang Elowen dengan hati-hati.
Namun, sebelum mereka pergi, seorang perempuan mendekati Valerie. "Val, sini dulu," katanya. Valerie yang melihat perempuan itu datang hanya bisa tersenyum tipis. "Kamu baru datang? Kenapa nggak nemuin aku?" lanjut perempuan itu, berbasa-basi.
Valerie segera menjawab, "Maaf, aku harus pulang duluan. Ada urusan penting," jawabnya dengan nada singkat.
Perempuan itu tampak terkejut. "Kenapa pulang duluan? Bukankah acaranya belum selesai?" tanyanya.
Valerie menghela napas. "Ada kejadian yang tidak mengenakan. Aku harus bawa Elowen pulang," jawabnya, matanya sedikit berkaca-kaca.
Perempuan itu tampak sedikit bingung, lalu bertanya, "Kamu yakin nggak mau mampir sebentar? Temui yang lain?"
Valerie menatap Loreon sejenak. "Boleh kan?" tanyanya, mengharapkan persetujuan.
Loreon mengangguk. "Ya, tidak masalah. Selama tidak membahayakan keselamatan," jawabnya tegas.
Valerie lalu mengangguk dan mengucapkan salam pada temannya. "Aku nggak lama kok, cuma menyapa sebentar," katanya.
" Baiklah aku menunggu di pintu loby masuk." Ucap Loreon dianggukin si Valerie.
Setelah duduk menunggu Valerie, Loreon terus memperhatikan Elowen yang terkulai lemah, kepalanya bersandar di dinding dekat pintu aula. Tanpa kursi, dia memilih untuk duduk di lantai, menjaga Elowen yang sedang terbaring. Loreon menatap jam tangan horloginya yang tampak bergerak begitu lambat. Waktu terasa begitu panjang, dan meskipun dia terus memeriksa keadaan sekitar dengan cermat, hatinya merasa gelisah.
Tiba-tiba, terdengar teriakan yang menggema, "Valerie!" Suara itu menggetarkan udara, dan Loreon segera mengalihkan pandangannya. Mata merahnya menyala dengan penuh amarah dan kecemasan, seakan ada sesuatu yang salah. Tanpa pikir panjang, dia berlari menuju sumber suara, meninggalkan Elowen yang masih tampak shock di lantai, berusaha memahami apa yang sedang terjadi.
Di tengah kecepatan langkahnya, Loreon menggunakan kekuatannya untuk mempercepat perjalanan menuju tempat Valerie. Setengah perjalanan, dia bisa merasakan ketegangan yang semakin memuncak, dan akhirnya tiba di area di mana suara Valerie terdengar. Valerie ternyata jatuh ke dalam kolam di area pesta, tetapi untungnya tidak terluka parah. Teman-teman Valerie terlihat panik, dan meskipun musibah itu tidak terlalu berbahaya, Loreon tahu ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengancam di balik kejadian itu.
Valerie segera ditarik keluar dari kolam dengan bantuan teman-temannya, tetapi keadaan sekelilingnya membuat Loreon semakin curiga. Ini bukan hanya sebuah kecelakaan biasa. Sesuatu yang buruk tengah mengintai mereka di pesta itu, dan Loreon merasa itu adalah pertanda bahwa ada bahaya yang lebih besar yang sedang mengintai.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏