Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdiskusi
"Jadi... Begitu ya?" Ucap Finley mencekikku kuat sampai aku tidak bisa bernafas dan tidak lama Finley langsung melepaskan cekikannya yang membuatku terbatuk-batuk.
"Uuhhuukkk... Uuhhhuukkk..."
"Ternyata yang dikatakan wanita itu saat itu benar ya? Aku kira hanya lelucon..." gumam Finley mengangkat daguku dan menatapku dingin.
"Untung kau istriku di kehidupan yang lalu, jika kau bukan istriku pasti... Kau sudah aku bunuh!"
"Bunuhlah kalau kau ingin!" Ucapku dingin.
"Aku... Tidak mau!"
"Tidak mau? Kenapa?"
"Karena kau... Milikku!" Ucap Finley dingin dan menciumku lembut.
"Apa buku ini dari pria tua itu?" Ucap Finley dingin.
"Ya, direktur yang memberikannya padaku."
"Ternyata selama ini ada padanya ya.. Oh ya... Kenapa kau mengatakan kalau kau 17 tahun tidak bertemu dengan kembaranmu?"
"Karena umurku memang 17 tahun!"
"Kau sudah 30 tahun dan..."
"Usiaku 17 tahun, dokumen kelahiranku ada!" Ucapku dingin dan menunjukkan dokumen yang ditemukan oleh Han.
"Jadi kau masih sangat muda ya? Pantas saja kau sangat... Nikmat..." gumam Finley menciumku sambil membuka pakaianku.
"Ini masih pagi Finley dan uuuggghhh..."
"Apa peduliku? Jika aku ingin maka kau harus melayaninya!" Ucap Finley dingin dan terus menghentakkan tubuhnya kuat.
"Kau... Memang mesum Finley..."
"Kau istriku, hal itu adalah wajar kau tahu!"
"Kau belum menikahiku secara negara dan mafia!"
"Sudah, aku sudah mendaftarkan pernikahan kita bahkan sampai kedua kembaranmu rela berkuliah ke wilayahku untuk memastikan pernikahan kita."
"Apa kau bercanda?"
"Kau kira aku berbohong? Ini wilayahku!"
"Haish ya aku tahu ini wilayahmu..." desahku pelan dan Finley memelukku erat.
"Huuhhh... Sebenarnya aku sedang tidak berselera bermain denganmu tapi hanya dengan cara ini rasa kesalku mereda..." desah Finley pelan dan menciumku lembut.
"Kesal karena tahu realitanya?"
"Tidak, aku kesal karena hal lain. Masalah ingin membunuh kalian memang aku ingin tapi aku juga menyadari kalau kalian sangat hebat dan jika kalian bersatu pasti aku yang kalah apalagi kau milikku jadi aku lebih baik mengurungkan niatku itu..." gumam Finley menciumku.
"Lalu masalah apa?" Tanyaku pelan.
"Tuh kembaranmu ingin mengadakan pertemuan sedangkan dia ingin semua hadir tanpa terkecuali, tapi masalahnya hanya organisasi negara wilayah Rusia yang sulit ditembus, mereka sangat kuat dan sekarang sangat tertutup."
"Oohh kenapa dengan dia? Apa itu mempengaruhi juga?"
"Tentu, pertemuan ini diadakan karena musuh semakin liar menyakiti mafia."
"Liar? Lalu, apa yang kalian inginkan?" Tanyaku pelan.
"Persiapan untuk perang mafia jika terjadi, tetapi kata Fafiyon, hanya organisasi negara wilayah Eropa Timur yang belum menyetujui kehadirannya dan dia berkata kalau kau salah satu mafia kepercayaan mereka."
Jadi... Kakak tidak tahu ya... Batinku tersenyum dingin.
"Tidak tahu apa?" Tanya Finley menatapku bingung.
"Oh mmm tidak ada, mmm kalau ada undangan resminya nanti aku akan mengabarkan kepada pemimpin tertingginya."
"Kenapa harus memakai surat dan..."
"Kita berbeda wilayah, jadi surat resmi harus dikirimkan."
"Kami sudah mengirimkannya tapi bawahan kami yang mengirim surat itu tewas dibunuh di perbatasan!" Ucap seorang pria dengan dingin, aku mecoba mendorong Finley tapi Finley memelukku erat.
"Astaga..." desahku pelan, Fefiyon melempar sebuah selimut kepada Finley dan Finley menyelimuti tubuh kami.
"Eeehh mmm m-maaf kakak, dia tidak..."
"Tidak apa, lanjutkan saja... Kami hanya ingin berdiskusi denganmu sebagai pemimpin tertinggi wilayah Asia..." gumam Fafiyon terduduk santai di sofa kamar dengan Fefiyon.
"Berdiskusi? Masalah apa?" Tanyaku bingung.
"Masalah mafia musuh, mereka sangat meraja lela dan merusak ketenangan setiap negara wilayah. Diantara negara wilayah hanya wilayah Asia dan wilayah Eropa Timur yang tidak pernah tersentuh oleh mereka, bagaimana kau bisa menjaga wilayahmu sangat ketat sama dengan wilayah Eropa Timur?" Ucap Fafiyon serius.
"Yaaahh aku tidak melakukan apapun sebenarnya, aku saja keluyuran ke wilayah orang lain dan tidak melakukan apapun."
"Tapi serius, setelah wilayah Asia kau yang memegang kendali... Musuh yang awalnya memegang kendali membuat mereka mundur dan memutuskan tidak bersentuhan dengan wilayah Asia."
"Oohh aku hanya mengganti ketua organisasi mafia saja."
"Mengganti?"
"Ya, aku mempertegas untuk mengganti ketua mafia yang menentang aturanku saja selebihnya... Tidak ada..." gumamku mengusap pipi Finley lembut.
"Padahal kalian beda wilayah dan posisi wilayahmu dibawah Finley, bagaimana bisa badan pernikahan menyetujui pernikahan kalian setelah mendengar namamu?"
"Haaah? Badan pernikahan?" Tanyaku bingung.
"Badan yang mengurusi pernikahan mafia, mereka awalnya tidak menyetujui pernikahanmu denganku tapi saat aku mengatakan namamu badan pernikahan langsung menyetujuinya...." gumam Finley pelan.
"Ohh benarkah?"
"Ya, pernikahan beda wilayah tidak bisa dilaksanakan kecuali kalau kau orang terpenting dan tertinggi kedudukanmu!" Ucap Fefiyon serius.
"Yaah mana aku tahu, aku hanya gadis biasa saja..." gumamku memeluk Finley erat dan Finley membalas pelukanku.
"Oh ya istriku meminta surat resminya."
"Ini..." gumam Fefiyon memberikanku sebuah surat berwarna putih, aku membaca surat itu dan menghela nafas pelan.
"Di wilayah kakak ya... Apa kakak yakin?" Ucapku pelan.
"Memangnya kenapa?"
"Ya, jika wilayahmu terbuka pasti musuh akan mudah masuk ke wilayahmu."
"Oh tenang saja, siapapun boleh masuk asalkan memiliki surat itu."
"Tapi kan surat ini bisa dipalsukan!"
"Tidak, stempel wilayahku itu khusus dan tidak ada yang bisa memalsukannya..." gumam Fafiyon serius, aku menatap stempel berwarna merah kehitaman itu.
"Memangnya kenapa?" Tanyaku bingung.
"Tinta stempel itu dari darah kami berdua..." ucap Fefiyon dingin.
"Astaga bisa-bisa terpikirkan hal itu!" Ucapku terkejut, aku meletakkan surat itu diatas mejaku.
"Aku akan menyampaikannya kepada pemimpin tertinggi, yah semoga beliau berkenan hadir..." gumamku pelan.
"Katakan saja kalau dia tidak mau hadir maka... Aku akan merusakkan wilayah Eropa Timur!" Ucap Fafiyon dingin.
"Merusak ya? Apa kau bercanda? Yang ada aku merusak wilayahmu dulu..." gerutuku pelan.
"Apa yang kau katakan?" Ucap ketiga pria itu dingin, Han masuk ke dalam ruangan yang membuatku menghela nafas pelan.
"Huufftt..." desahku mendorong Finley dan memakai pakaianku dengan segera.
"Valentina, ada surat dari tetua organisasi negara wilayah kalau..."
"Berikan aku suratnya!" Ucapku memotong ucapan Han, aku membaca surat itu dengan serius. Surat mengenai wilayah musuh yang masuk ke dalam wilayah Eropa Timur tetapi dia terjebak dan tidak bisa keluar dari wilayahku.
"Eehhh t-tunggu dulu! Kalian kenapa kemari?" Ucap Han bersiap dengan senjatanya.
"Sudahlah kak Han, oh ya katakan kepada tetua kalau akan aku pikirkan lagi nantinya dan kalau mau... Langsung bunuh saja..." gumamku membakar surat itu diatas lilin.
"Hanya itu? Kau tidak ingin melakukan apapun gitu?"
"Tidak, aku sedang tidak bersemangat saja..." gumamku meneguk wine putih diatas mejaku dan menatap Han dingin.
"Katakan kepada tetua... Bunuh siapapun yang masuk ke wilayahku!" Ucapku dingin dan Han berjalan pergi.
"Mafia musuh sangat kejam dan licik, kau yang lemah itu... Bagaimana bisa membunuh musuh yang masuk ke wilayahmu?" Tanya Fefiyon menatapku serius.
"Yaaahh memang aku lemah tapi dari segi kekuasaan dan kehebatan... Kalian kalah melawanku..." ucapku tersenyum dingin dan kembali meminum wine putihku.
"Haish sudah jangan banyak minum nanti kau terlalu berhalusinasi!" Gerutu Finley merebut botol wineku dan memelukku erat.
"Haish... Menyebalkan..." desahku pelan dan entah kenapa aku merasa sangat mengantuk dan benar-benar tertidur di pelukan Finley ini.