Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Bertemu Lagi
Di Australia, Om Theo sedang memandangi sebuah lukisan yang sudah berdebu di dalam gudang. Dia membersihkan lukisan itu, sehingga terlihat jelas wajah cantik mantan kekasihnya, Aline.
Om Theo baru saja mendengar kabar dari asistennya kalau ternyata Aline sudah menikah.
"Ternyata kamu sudah menikah, Aline. Aku harap kamu hidup bahagia bersama suami kamu." lirih Om Theo.
Om Theo adalah seorang anak adopsi, dulu orang tuanya Bu Rena menginginkan seorang anak lelaki. Sementara Bu Rena tidak di akui lagi sebagai anak karena mereka tidak merestui hubungan Bu Rena dan Tuan Rama. Karena itu dia memberikan harta peninggalan ayah angkatnya kepada Marvin, karena Marvin yang berhak menerima semua harta itu.
Sayangnya harapan Om Theo tidak terkabul, sang mantan kekasih sangat menderita di dalam pernikahan dia bersama Markus, bahkan sampai saat ini dia masih sakit, hanya bisa terbaring di atas ranjang, dia menggigil panas dingin menahan rasa sakit disekujur tubuhnya, di kerubungi selimut tebal.
Aline menteskan air mata. Andai dulu dia tidak menyerah, mungkin sekarang dia bisa hidup bahagia bersama Theo dan anak mereka, Nadine.
...****************...
Malam ini keluarga Leonardo sedang makan malam bersama keluarga Tuan Dafa, calon suami Nadine, untuk membicarakan rencana pernikahan Nadine dan Damar.
Nadine lebih banyak diam, dia hanya mendengarkan pembicaraan papanya yang tengah berbincang-bincang dengan Tuan Dafa. Hatinya sama sekali tidak bahagia, rasanya dia sangat iri kepada wanita-wanita di luar sana, mereka bisa memilih sendiri pendamping hidup yang mereka cintai, mereka bisa hidup menjadi diri sendiri, bilang tidak jika tidak suka, bilang iya jika dia suka.
Hidup Nadine penuh sekali tekanan, dia ditekan menjadi wanita yang sempurna, membuat semua orang kagum padanya. Namun sebenarnya dia tidak sesempurna yang orang-orang pikirkan.
Perhatian mereka terlalihkan ke layar televisi besar yang ada disana, ternyata ada berita yang menggemparkan di negeri ini.
Permisa, hari ini ibu kota telah digemparkan dengan ditemukannya sejumlah uang 10 juta yang terbungkus di dalam kantong plastik hitam, di puluhan teras rumah warga miskin. Entah siapa yang menyimpan uang itu. Mereka semua sangat berterimakasih kasih kepada orang baik yang sudah memberikan mereka uang, bahkan diantara penerima uang itu ada yang sudah dua hari tidak makan karena tidak memiliki uang untuk membeli beras. Tentu saja masyarakat sangat penasaran siapa orang misterius yang telah menyimpan uang di teras rumah para warga miskin tersebut.
Bukan hanya itu, hari ini kami mendapatkan kabar tentang seorang dewa penolong, pria itu sudah menolong 20 orang gadis korban penculikan yang hampir saja di jual ke luar negeri. Namun sayangnya mereka tidak bisa melihat jelas wajah pria itu, dan sampai sekarang mereka belum bisa dimintai keterangan karena masih trauma dengan kejadian yang menimpa mereka.
Tuan Rama menonton acara berita itu dengan penuh takjub, "Apa berita ini palsu? Bagaimana mungkin ada orang sehebat itu di dunia ini?"
Tuan Dafa terkekeh, "Entahlah, seperti di negeri dongeng saja." Kemudian seketika senyumannya memudar, dia nampak tidak suka dengan berita hari ini.
Sementara Sonya, dia membelalakan mata, karena dia sudah mendengar kabar tentang seorang pria yang sudah melepaskan gadis-gadis yang diculik oleh gang The Bloods.
Siapa sebenarnya pria itu?_ kata hati Sonya.
Setelah acara makan malam, Damar mengajak Nadine menonton film, awalnya dia ingin menolak, namun Sonya malah mengiyakan ajakan dari Damar. Akhirnya Nadine terpaksa harus pergi ke bioskop bersama Damar.
Nadine sama sekali tidak menikmati film yang dia tonton, Damar hanya asik sendiri, menonton film yang dia sukai tanpa bertanya dulu Nadine ingin menonton film genre apa.
Setelah selesai menonton film, Nadine terkejut saat Damar menepikan mobilnya di depan sebuah hotel.
"Untuk apa kita ke hotel?" tanya Nadine, dia mengerutkan keningnya menatap Damar.
Damar tersenyum, sepertinya gadis itu polos sekali, dia yakin Nadine masih perawan makanya bertanya seperti itu. "Kita sudah sama-sama dewasa, aku yakin kamu pasti paham apa maksud aku. Lagian kita sebentar lagi akan menikah, sayang."
Nadine sedikit menganga mendengarnya, rasanya dia ingin marah kepada pria itu. "Maaf, aku gak bisa. Kamu sudah membuat aku kecewa, Damar."
Nadine segera membuka pintu mobil, dia keluar dari mobil Damar.
"Nadine, tunggu!" Damar ingin mengejar Nadine, namun sayangnya ada sebuah mobil membunyikan klakson di belakangnya, karena Damar memakirkan mobilnya tidak beraturan.
...****************...
Suasana dijalan raya begitu sepi, sehingga Nadine kesulitan untuk mencari taksi.
"Ah mengapa belum ada taksi yang lewat juga?" Nadine mengeluh.
Sebenarnya dia bisa saja menelpon supir di mansion untuk menjemputnya, namun dia pasti akan kena amarah mamanya, orang yang paling dia takuti di dunia ini adalah Sonya, padahal seorang ibu seharusnya menjadi tempat paling ternyaman untuknya.
Nadine menjadi teringat dengan Miss A, sampai sekarang Miss A belum memberikan kabar padanya juga, membuat dia mengkhawatirkan wanita yang sama sekali belum pernah berjumpa dengannya.
Nadine mengirim pesan pada Miss A, walaupun ponsel Miss A masih tidak aktif.
[Miss A, apa kau baik-baik saja? Hari aku sangat sedih dan kesepian.]
Nadine menghela nafas menatap layar ponselnya, kemudian dia menyimpan ponselnya ke dalam tas. Nadine memperhatikan sepasang kekasih yang sedang bergandengan tangan melewati dirinya, dia menjadi iri melihat pria di depannya itu begitu memanjakan kekasihnya.
Bagaimana rasanya dimanjakan oleh seseorang? Sementara dirinya disaat masih kecil sudah ditekan untuk bisa bersikap dewasa, dan di larang menangis.
Nadine mendengar ada suara gemericik air, ternyata malam ini hujan datang secara tiba-tiba, membuat Nadine menjadi panik, dia harus mencari tempat untuk berteduh di sekitar sana, namun sayangnya dia belum menemukannya juga tempat untuk berteduh.
"Ahh... kenapa nasibku selalu sial!" keluhnya.
Nadine terkejut tiba-tiba ada seseorang memayunginya dari belakang, dia segera membalikkan badan ingin tau siapa yang memayunginya, matanya membulat begitu melihat dengan jelas wajah orang itu.
Rasanya sungguh tidak menyangka bagaimana bisa dia bertemu kembali dengan pria misterius yang menolongnya dulu. Padahal dia sangat berharap untuk tidak pernah bertemu lagi dengannya.
Marvin tersenyum smrik menatap kedua bola mata Nadine yang jaraknya sangat dekat dengannya, "Kita bertemu lagi, Nadine Leonardo."
Nadine menelan saliva memandanginya, benarkah pria itu tidak akan melepaskannya jika mereka bertemu kembali?
Padahal pandangan pria itu begitu dingin padanya, namun kenapa tatapan itu membuat hatinya bergetar, tatapannya seakan tak asing untuk Nadine.