WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anastasia
"Bagaimana kabarmu?" tanya Rosalie pada Ana. Mereka sedang duduk berdua di taman belakang sambil memberi makan ikan di kolam.
"Baik," jawab Ana singkat. Gadis itu tampak murung.
"Apa Paman sudah membaik?" tanya Rosalie lagi.
"Begitulah." Lagi-lagi Ana mnjawab singkat. Rosalie terdiam, ia mengenal Ana sejak kecil dan tahu bagaimana perasaan gadis itu.
Anastasia adalah gadis yang diadopsi dari sebuah panti asuhan dan dibesarkan oleh kedua orang tua angkatnya yang dulunya bekerja sebagai pelayan kepercayaan keluarga Rosalie.
Sejak Ana berusia tujuh tahun, Rosalie sudah berteman dengan gadis itu. Mereka menjadi teman dekat sejak kecil dan sering bermain bersama setiap kali kedua orang tua angkat Ana mengajaknya datang bekerja.
"Kau tidak ingin melanjutkan kuliahmu?" tanya Rosalie lagi.
"Tidak, Kak. Ayah butuh banyak biaya untuk kemoterapi, dan aku juga harus mencari pekerjaan lain karena kini nenek sudah tidak ada lagi."
Anastasia sempat kuliah selama dua tahun, namun ia memutuskan untuk berhenti setelah kematian ibunya. Ia harus mencari uang demi pengobatan ayahnya yang sakit sejak beberapa bulan terakhir.
Rosalie diam dan memperhatikan gadis di dekatnya. Usia mereka terpaut lima tahun dan Rosalie sudah menganggap Ana seperti adiknya sendiri.
Dari jendela kamarnya, Ben melihat Rosalie berbincang bersama Ana. Laki-laki itu hanya diam dan memperhatikan mereka.
Sejak menikah dengan Rosalie, Ben hanya berkunjung ke rumah ini setiap beberapa bulan sekali. Pekerjaannya sebagai seorang pemilik perusahaan properti terbesar di ibu kota membuatnya sangat sibuk. Namun Ben baru sadar, jika ia tidak pernah melihat sosok Ana, meskipun gadis itu nampaknya sangat dekat dengan keluarga istrinya.
Selama satu minggu tinggal di rumah ini, Ben semakin penasaran dengan sosok Ana. Gadis itu nampak pendiam namun murah senyum, ia selalu datang setiap pagi dan pulang setiap pukul tiga sore, Ben selalu mengamatinya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Rosalie saat melihat Ben gelisah setelah mengangkat telepon.
"Sepertinya lusa kita harus kembali pulang, ada pekerjaan mendadak yang harus aku tangani," jawab Ben.
"Ah, baiklah."
"Maaf, Sayang," gumam Ben.
"Hmm, apa kau sudah memikirkan permohonanku?" tanya Rosalie.
"Apa? Menikah lagi?" Ben balik bertanya. "Bahkan disaat seperti ini kau masih memikirkan hal seperti itu," lanjutnya.
"Bahkan aku tidak bisa memenuhi keinginan terakhir nenekku. Apa ini salahku? Apakah salahku menjadi wanita mandul?" Rosalie tampak emosional.
"Sayang, sayang, cukup!" Ben memelankan suaranya dan memeluk Rosalie. Ia tidak tahu, mengapa harus jalan seperti ini yang diinginkan oleh istrinya.
Setelah Rosalie tenang, Ben memberinya air minum dan obat. Jika kondisi perasaannya sedang kacau, Rosalie akan sangat mengkhawatirkan.
Satu hari sebelum pulang, Rosalie berencana mengajak Ana untuk ikut bersamanya. Rosalie tahu jika Ana sedang butuh banyak biaya, namun kini keluarganya tidak bisa mempekerjakan Ana lagi karena orang yang Ana rawat sudah tiada.
"Aku tidak bisa meninggalkan ayahku, Kak."
"Kau tidak perlu meninggalkannya, kita akan membawanya bersama. Di sana, banyak rumah sakit besar yang biasa menangani pasien leukimia. Kau juga bisa membawa ayahmu berobat di sana, aku akan mengaturnya," bujuk Rosalie.
Tanpa Ana ketahui, Rosalie punya niat lain dibalik kebaikannya. Wanita itu memang tulus membantu Ana untuk memberinya pekerjaan dan bantuan biaya, namun ada keinginan tersembunyi yang sangat mendorongnya untuk membawa Ana pergi bersama.
Setelah segala macam bujukan Rosalie ucapkan, Ana pun luluh dan menerimanya. Gadis itu bersedia ikut bersama Rosalie untuk dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga, Rosalie juga berjanji akan membantu Ana mencari rumah sakit terbaik untuk pengobatan ayahnya.
Karena keinginan Rosalie untuk mengajak Ana sangat kuat, Ben mengizinkan istrinya melakukan apapun yang ia suka. Ben tidak punya pilihan, ia akan melakukan apapun demi kebahagiaan Rosalie.
"Perkenalkan, nama saya Anastasia," ucap Ana.
"Ben." Ben mengangguk sopan melihat Ana memperkenalkan diri.
Sesuai dengan apa yang Rosalie janjikan, wanita itu juga membeli sepetak rumah yang tidak jauh dari kawasan perumahan elite yang ia tempati.
Rosalie memberi tempat tinggal berupa rumah sederhana untuk Ana dan ayahnya sebagai rasa terima kasih. Rosalie juga memberikan gaji yang cukup besar untuk gadis itu.
Ana akan datang ke rumah Rosalie setiap pagi, lalu pulang setiap pukul empat sore setelah menyelesaikan pekerjaannya. Karena Rosalie sudah memiliki banyak pelayan, Ana seakan datang ke rumah wanita itu hanya untuk duduk dan mengelap meja.
"Sayang, apa kau tahu alasan kenapa aku membawa Ana ke rumah ini?" tanya Rosalie saat sedang berdua bersama suaminya di dalam kamar.
"Kau ingin membantunya," jawab Ben.
"Ana gadis baik. Dia wanita lembut dan penuh kasih sayang, meski dia bukan seorang sarjana dan dari keluarga berada, bukankah dia cocok mengandung anak kita?" tanya Rosalie.
Mendengar hal itu, Ben menoleh dan menatap wajah istrinya. Apakah seserius ini permintaan Rosalie untuk membuatnya menikah lagi?
"Sayang, kau baik-baik saja? Menikah bukan sebuah permainan. Jangan memanfaatkan orang lain seperti ini, aku tahu itu bukan sifatmu!" seru Ben. Bukankah memanfaatkan kepolosan Ana adalah sebuah tindakan yang jahat?
"Aku mohon, Ben. Saat ini hanya Ana yang bisa aku percaya. Kalian hanya perlu menikah kontrak, setelah Ana melahirkan seorang anak, kalian bisa berpisah dan kita akan bahagia," jelas Rosalie.
"Semudah itu? Apa kau tidak berpikir itu akan melukai harga diri gadis itu? Bagaimana dengan perasaanku?"
"Kau tidak perlu mencintainya, Sayang. Aku akan mengatur semuanya dan membuat Ana setuju," bujuk Rosalie.
Ben menggelengkan kepala pelan, obsesi istrinya tentang anak membuat Ben semakin resah. Namun bagaimanapun, pertanyaan keluarga hingga sahabat dekat juga membuatnya tidak nyaman, di usianya yang sudah genap tiga puluh tahun, ia tak kunjung memiliki pewaris.
"Aku akan menjalani operasi eksenteresi panggul. Setelah itu, harapanmu untukku sudah berakhir, aku akan kehilangan rahimku," gumam Rosalie.
Semua ini bahkan diluar perkiraan Ben. Mereka benar-benar akan kehilangan semua harapan. Jika Rosalie kehilangan rahimnya, maka sudah tidak ada kemungkinan wanita itu bisa mengandung bahkan melahirkan.
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩