Sania, gadis cantik berumur 22 tahun dan baru lulus kuliah disebuah perguruan tinggi negeri jurusan pariwisata harus menjalani kehidupan yang sulit dan pahit
Hidupnya berubah seperti roda roller coaster, yang awalnya indah berubah menjadi neraka ketika dia bertemu dengan pria tampan bernama Alexander Louise.
Seorang CEO tampan yang terkenal dengan bad boy dan suka gonta ganti pacar
Akankah Sania dan Alex bisa bersatu melewati kejamnya rintangan yang menghalangi mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zandzana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipecat
"Kalian jangan sok suci semuanya!" bentak Dhea
Temannya yang lain masih tersenyum sinis mendengar ucapan Dhea
"Aku tahu kalian semua tidak ada yang murni bersegel, semua segel kalian telah rusak, benar kan?"
Semuanya diam dan saling pandang
"Kamu Sherly, bukannya aku tidak tahu bagaimana kisah kelam kamu sebelum menjadi tour guide disini, kamu pernah buka ************ kamu dengan pacar kamu sewaktu kuliah, dan kamu Raya, kemarin kamu disewa oom-oom kan?"
Raya dan Sherly sontak terdiam dan memucat.
"Bukannya aku tidak tahu bagaimana gaya pacaran kalian semua, aku tahu. Kita semua yang ada dalam mess ini tidak ada yang murni. Kita kerja, ketika ketemu pacar kita, apa yang kita lakukan kalau bukan buka celana, hah??"
"Hayoo mengapa semuanya diam?!, tadi sok-sokan menghakimi Sania, mengatakan yang tidak-tidak tentang Sania, giliran borok kalian terbuka, kalian semua tutup mulut"
"Bukannya aku tidak tahu jika kalian selalu mesum dengan pacar kalian. Cuma kalian itu pintar makanya kalian tidak hamil. Sedangkan Sania, dia bukan bodoh tapi dia tidak sepintar kita, kita sudah berpengalaman dalam berhubungan badan, kita semua sudah mengenal alat kontrasepsi, pil kb, suntik dan sebagainya, sedang dia?, saya tahu bagaimana Sania"
"Dia lulusan terbaik di kampusnya, masuk kesini karena pak Doni sendiri yang memintanya, sedangkan kamu Sherly?, kamu buka ************ kamu, makanya kamu diterima pak Doni disini"
Wajah Sherly sontak memerah.
"Saya jauh lebih senior dari kalian kerja di tour guide ini, jadi saya tahu bagaimana sepak terjang kalian"
"Sekali lagi kalian mengatai yang bukan-bukan tentang Sania, lawan kalian bukanlah dia, tapi aku!!!"
Semua teman satu mess yang semula mencemooh dan memojokkan Sania terdiam dan menundukkan kepalanya
"Satu lagi yang perlu kalian cam kan. Sania bukan menjual selangkangannya atau menggratiskan tubuhnya seperti kalian, tapi dia diperkosa!!"
Mulut semua teman Sania ternganga tanpa sadar, wajah mereka sangat kaget
"Ayo San kita naik, jangan hiraukan perempuan-perempuan sok suci ini"
Sania menghapus air matanya dan mengikuti Dhea yang telah menarik tangannya, menaiki tangga menuju kamarnya
...----------------...
Sepeninggal Dhea dan Sania, kembali teman-temannya satu mess kasak kusuk
"Gue nggak yakin kalau dia diperkosa" ucap Sherly
"Kenapa?"
"Ya mikir dong, dia kan udah dewasa, masa iya mau diperkosa?"
"Namanya juga musibah, mana ada yang mau Sher.."
"Pokoknya aku tetap nggak percaya"
Yang lain hanya menarik nafas dalam mendengar jawaban Sherly
"Heh, jadi bener ni yang tadi dikatakan Dhea, jika kita sudah buka celana semua?" tanya Marsa
Yang lain langsung terdiam dan hanya saling toleh
"Ya ampuunnn... gue pikir cuma gue yang nggak virgin lagi, ternyata elu semua pada loss dol semua??!"
Lalu semuanya kompak terbahak mendengar ucapan Marsa
_Sementara di kamar_
Dhea terus mengusap bahu Sania yang berguncang
"Udah dong San, jangan nangis terus"
"Aku harus bagaimana lagi Dhe, semua teman pasti menganggap aku murahan"
"Persetan dengan ucapan mereka, yang penting itu mental kamu nya. Kalau kamu kuat ngadepin mulut mereka, mereka akan berhenti dengan sendirinya nyinyirin kamu. Kan tadi sudah aku bilang, kita semua itu nggak ada bedanya. Kita semua satu mess ini sudah rusak semua, jadi jangan saling menjudge"
Sania masih saja terisak
"Tapi kalian nggak hamil kaya aku"
Dhea menarik nafas panjang, bingung harus menjelaskan dengan cara apa lagi
"Tadi gimana kerjanya?" coba Dhea mengalihkan pembicaraan setelah dilihatnya Sania jauh lebih tenang
"Seperti biasa, lancar"
"Bagus dong, nah gituuu kamu harus semangat, ya?"
Sania mengangguk
"Apaan nih?" tanya Dhea mengambil kantong kresek yang sejak tadi tergeletak di sebelah Sania
"Susu"
"Aku buatin ya?"
Sania mengangguk.
Dengan cepat Dhea mengambil kresek tersebut, membawanya turun kebawah
Melihat Dhea menuruni tangga, seluruh temannya kembali terdiam dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan
Dhea sedikitpun tak menoleh pada mereka, dia terus berlalu ke dapur. Tak lama dia telah kembali dengan membawa sebuah gelas di atas nampan, dan kembali teman-temannya mencuri-curi pandang
"Pasti itu susu bumil"
"He eh, yakin deh"
Sania dengan senyum mengembang segera mengambil susu hangat yang disodorkan Dhea
"Makasih ya Dhe, kamu baik banget sama aku"
"Sama-sama. Kita itu sama-sama merantau, sama-sama nggak ada keluarga disini, jadi jika kita nggak saling baik dan saling perduli, siapa keluarga kita?, ya kan?!"
Sania mengangguk sambil tersenyum
"Oh iya, aku tadi beli makanan, aku yakin kamu pasti belum makan, iya kan?, yuk kita makan sama-sama" ucap Dhea sambil membuka kotak makanan
Mata Sania langsung berbinar dan dengan segera keduanya melahap makanan tersebut
...----------------...
Alexander dan Mark sedang di sebuah bangunan proyek besar mereka ketika sebuah mobil mewah warna maroon berhenti
Mark membuang wajah dengan malas ketika melihat seorang gadis cantik dan seksi turun dari dalam mobil tersebut
"Mau apa lagi dia" keluh Alexander sambil menoleh nanar ke segala arah
"Kamu urusi dulu perempuan itu, biar ini saya melanjutkan" ucap Mark sambil berlalu dari tempatnya berdiri diikuti oleh kepala pengerjaan proyek
"Sayaaanggg..." ucap Milena dengan nada manja mendekat kearah Alexander yang memasang wajah datar
Begitu sampai didekat Alexander, dengan cepat Milena melingkarkan tangannya ke pinggang lelaki tampan tersebut
"Kangeeennn.."
Alexander masih diam tanpa ekspresi
"Kamu kenapa sih sayang, kok dingin gitu?"
Alexander melepaskan tangan Milena yang masih melingkar di pinggangnya, menatap dalam mata gadis cantik yang menggunakan soft lense tersebut
"Saya lagi kerja, dan saya tidak ingin di ganggu"
Wajah Milena berubah kaget, tak biasanya Alexander mengabaikannya. Ini bisa jadi karena papa menolak kerja sama yang ditawarkannya kemarin, batin Milena
"Serius kamu nyuruh aku pergi?"
Alexander hanya menarik bibirnya kesamping, dengan wajah ditekuk Milena meninggalkan tempat itu.
Dia sengaja memperlambat langkahnya dengan harapan bahwa lelaki pujaannya akan mengejar dan memintanya tetap di sana
Tapi hingga dirinya berdiri di sebelah mobil, Alexander tak juga menghentikan langkahnya apalagi mengejarnya
"Ihhhh, rese banget sih" rutuknya kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya ketanah
Dengan kesal Milena membuka pintu mobil dan segera masuk, duduk di belakang kemudi. Masih dengan wajah ditekuk, dibantingnya pintu mobil dan dengan segera dia meninggalkan tempat itu
Alexander yang kembali fokus meninjau proyek baru mereka tidak menghiraukan kepergian Milena, dan Mark yang melihat hanya tersenyum segaris
"Bagus, untuk menjadi orang hebat itu harus profesional" gumamnya lirih pada Alexander yang membalas dengan tatapan malas
...----------------...
San keruangan bapak sebentar
Sania yang telah bersiap hendak menemui para turis yang kemarin memakai jasanya tampak tercenung membaca pesan singkat yang dikirim pak Doni
"Kenapa?" tanya Dhea yang membuka lokernya, dan mengambil topi andalannya
"Pak Doni ingin saya menghadapnya sekarang"
Dhea diam, pikiran buruk langsung memenuhi otaknya. Ini pasti ada hubungannya dengan kejadian semalam, batinnya
"Ya udah, kamu temuin gih kesana, sapa tahu penting"
Sania mengangguk, sebelum pergi dia merapihkan dulu pakaiannya lalu berjalan kearah ruangan pak Doni
Dhea yang melihat hanya bisa memperhatikan sampai gadis itu hilang masuk kedalam ruangan.
"Perasaanku kok nggak enak ya?" gumamnya
Dengan mengendap-endap, Dhea berjalan kearah ruangan pak Doni yang tertutup.
Dia menempelkan telinganya ke tembok berharap dia bisa menguping percakapan apa yang sedang dilakukan antara pak Doni dan Sania di dalam
"Jadi benar video ini?"
Sania hanya bisa menunduk dalam, tak berani mengangkat kepalanya
"Bapak bertanya sama kamu San, jawab!"
Sania mulai terisak, tak ada jawaban yang dapat diberikannya untuk membela diri atas video yang saat ini ditunjukkan pak Doni
Video yang sama persis seperti yang ditunjukkan Sherly semalam.
"Bapak tidak bisa mentolerir perbuatan kamu San, perbuatan kamu bisa merusak citra agency yang bapak bangun bertahun-tahun"
Sania kian terisak, bayangan suram tentang karirnya telah berada di depan matanya sekarang
"Bapak tidak bisa membayangkan jika kasus dan video ini sampai tersebar luas di luar, apa nanti kata orang, pegawai agency tour guide terbesar di kota ini hamil diluar nikah dan berniat aborsi?, ya Tuhan Sania..."
"Maafkan saya pak, saya khilaf. Tapi jujur pak, saya tidak jadi menggugurkan janin saya, janin itu tetap di rahim saya dan akan terus saya jaga"
Pak Doni tersenyum sinis
"Walaupun janin itu kamu jaga, tapi reputasi kamu sebagai pegawai tour guide akan mencemarkan perusahaan ini San"
"Maaf Sania, dengan berat hati kamu bapak berhentikan, bapak tidak ingin hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga"
Tangis Sania kian pecah, dia terus terisak bahkan sampai menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya
"Maafkan bapak San, bapak terpaksa melakukan ini"
"Tolong pak jangan pecat saya, saya mau tinggal dimana dan bagaimana saya akan melanjutkan hidup saya tanpa pekerjaan ini pak?"
Pak Doni menarik nafas panjang, sebenarnya dia tidak tega untuk memecat Sania. Tapi itu terpaksa dilakukannya demi nama baik perusahaan yang dipimpinnya dan yang telah dirintisnya dari nol
semoga ajah happy ending