NovelToon NovelToon
Satu Malam Menjadi Ayah Muda

Satu Malam Menjadi Ayah Muda

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Shann29

Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.

"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)

"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)

"Lalu aku?" (Nadlyn)

Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

"Sam suka masakan Oma." Kata Sam meskipun dengan nada sedikit lemah.

"Kalau begitu habiskan. Oma ingin Sam segera sembuh." Balas Nanda yang kemudian menidurkan Sam setelah makanan itu habis.

"Nad.. Mommy ingin bicara." Ucap Nanda.

"Iya Mom...Bicaralah." Kata Nadlyn setelah melihat ke arah Samudra yang sudah tertidur.

"Kamu sudah bertemu dengan Cean?" Tanya Nanda. "Maaf waktu itu tensi Mommy naik dan tidak tau jika kamu datang siang hari menjemput Samudra."

Nadlyn tersenyum, wajah lelahnya tetap terlihat meski Nadlyn menyembunyikannya di balik senyumnya.

"Tidak apa, Mom. Cepat atau lambat memang harus aku hadapi, kan? Cepat atau lambat aku tetap harus bertemu dengan Cean untuk mengurus perceraian kami."

"Nad..."

Nadlyn menatap wajah sendu mertuanya itu. "Maafkan putra Mommy, Nad." Nanda terisak merutuki sikap Cean pada Nadlyn.

"Aku sudah memaafkannya, Mom. Tapi memang seperti ini jalan kami, kami tetap harus bercerai karena pernikahan ini bukanlah pernikahan yang di inginkan oleh Cean.

"Tapi bagaimana dengan Samudra?" Tanya Nanda.

"Samudra akan tetap baik baik saja, Samudra akan tetap menganggap Mommy sebagai Oma nya dan Daddy sebagai Opa nya meski aku dan Cean resmi bercerai."

"Tidak bisa kah kamu bertahan, Nad? Demi Samudra." Pinta Nanda.

Nadlyn menggelengkan kepalanya, "Aku sudah bertahan selama enam tahun, Mom. Dan Cean tidak pernah mempertahankan aku apalagi mengakui Samudra sebagai anaknya. Tidak ada ada lagi yang harus di pertahankan, Mom."

Tanpa mereka sadari jika Cean mendengar percakapan itu dari pintu yang tidak tertutup rapat oleh Dirga saat keluar dari kamar perawatan Samudra.

Setelah kepergian Nanda, hati Cean tidak menentu, ada rasa aneh menelusup ke relung hatinya, rasa mengkhawatirkan Samudra, pria kecil yang berinteraksi dengannya dua hari kemarin.

Namun Cean tidak berani masuk ke dalam kamar perawatan itu, ia hanya melihatnya dan tidak sengaja mendengar percakapan antara dua wanita yang merupakan Mommy nya dan wanita yang masih berstatus istrinya.

Hati Cean menjadi bimbang, entah mengapa Cean seperti berada dalam pilihan, meski ia sendiri tidak tau itu pilihan apa.

Malam hari, Samudra menangis. Ia ingin infusnya di buka dan mengeluh pusing di kepalanya. Samudra juga beberapa kali memuntahkan isi perutnya.

Nadlyn kerepotan mengurus Samudra, terlebih Robi belum datang ke rumah sakit karena tengah sibuk untuk mengurus pemberhentian dirinya dan melatih beberapa pejabat tertinggi di perusahaan untuk menggantikannya dan di pilih salah satunya untuk posisinya nanti.

"Sakit, Mommy...." Tangis Samudra membuat hati Nadlyn bagai teriris.

Nadlyn hanya mengusap kepala Samudra yang berada di dalam pangkuannya. Tubuh Samudra yang sudah sedikit tinggi membuat Nadlyn tidak bisa berlama lama menggendongnya lagi.

Suara pintu terbuka, Nadlyn menoleh dan melihat Cean masuk begitu saja ke dalam kamar perawatan Samudra.

Nadlyn menatap tajam Cean namun yang di tatapnya seolah tak memperdulikannya, terus saja mendekat ke arah brankar.

"Sakit?" Tanya Cean lembut pada Samudra.

Samudra mengangguk.

"Mau aku gendong?" Tanyanya dan Samudra mengangguk.

"Pergilah." kata Nadlyn dengan dingin.

Namun Cean seolah tidak memperdulikan pengusiran yang dilakukan oleh Nadlyn. Cean mengangkat tubuh Samudra dan menggendongnya.

Cean juga mendorong tiang infus agar infus itu tidak lepas dari tangan Samudra.

"Apa yang sakit?"

"Kapalaku."

"Mau tau caranya agar tidak sakit?" Tanya Cean.

"Apa?" Tanya Samudra yang kini menyandarkan kepalanya di bahu Cean yang lebar.

"Berhenti menangis dan pejamkan matamu."Jawabnya lembut sambil mengusap lembut punggung Samudra.

Seketika membuat Samudra menghentikan tangisnya, hanya terdengar sedikit suara isakan yang masih tersisa.

Cean dengan sabar menggendong Samudra, dada mereka saling menempel dan saling merasakan detak jantung masing masing.

"Sudah lebih baikan?" Tanya Cean dan Samudra mengangguk.

"Mau pindah ke tempat tidur?" Tanya Cean.

"Tidak mau." Kata Samudra yang kini berubah seperti anak kucing dan hilang ke mandiriannya.

Samudra mengangkat kepalanya, "Aku ingin tidur di sana." Ucap Samudra menunjuk pada tempat tidur untuk menunggu passien.

"Baiklah, ayo kita tidur disana." Kata Cean.

"Uncle tidur bersamaku?" Tanya Samudra berbinar.

"Kamu ingin aku tidur bersamamu?"

Samudra mengangguk meski terlihat ragu dan melirik ke arah Nadlyn.

"Baiklah aku akan tidur bersamamu."

Seketika membuat Samudra berbinar. Cean menidurkan Samudra dan dirinya pun ikut tertidur.

Nadlyn yang memperhatikan interaksi Cean dan Samudra hanya menatap dengan nanar. Entahlah, ada perasaan yang tidak bisa Nadlyn artikan sendiri.

Menjelang tengah malam, Robi masuk ke dalam kamar perawatan Samudra dengan perlahan. Di lihatnya Nadlyn yang sudah terlelap di atas sofa sementara Samudra bersama seorang pria tidur di atas tempat tidur khusus penunggu passien.

Mata Robi menyipit saat menyadari jika pria itu bukanlah Dirga, melainkan Ocean.

Nadlyn terbangun dari tidurnya saat menyadari jika ada seseorang yang masuk dan itu adalah Robi.

"Papa..."

"Kenapa dia ada disini, Nad?" Tanya Robi dengan pelan agar Samudra tidak terbangun.

"Aku tidak tau, Pa.. Hanya saja tadi saat Samudra menangis, Cean menenangkannya hingga tertidur."

"Kamu tidak mencegahnya?" Tanya Robi.

"Aku bisa apa, Pa? Yang kupikirkan sekarang hanya kesembuhan Samudra."

Robi menghela nafasnya kasar. "Apa Samudra tau jika dia..."

"Tidak, Pa.. Samudra memanggilnya Uncle dan hanya tau jika Cean adalah tamu Daddy Pras."

Robi memejamkan matanya, pekerjaannya cukup melelahkan dan sepertinya akan ada masalah baru untuk menghadapi Cean.

"Tidurlah di brankar, Papa akan tidur di sofa." Kata Robi karena sudah terlalu lelah. Nadlyn mengangguk dan tak membantahnya lagi.

Pagi hari, Cean bangun dan melihat Samudra yang sudah membuka matanya dengan tatapan kosong menatap langit langit kamar rumah sakit.

"Kamu sudah bangun?" Tanya Cean dengan suara serak khas bangun tidur dan membuat Samudra menoleh ke arah wajah Cean.

"Maaf sudah merepotkan Uncle."

"Kamu sudah enakan?"

Samudra mengangguk. "Terimakasih untuk semalam. Uncle."

Cean mengambil posisi untuk duduk namun tetap menatap wajah Samudra.

"Sama sama." Jawab Cean.

"Apa kita sekarang teman?" Tanya Samudra.

"Kau senang berteman denganku?"

Samudra mengangguk.

"Baiklah, kita sekarang teman." Jawab Cean sambil memberi tanda kelingking dan Samudra menyambutnya dengan mentautkan kelingkingnya di kelingking Cean.

Seorang suster masuk untuk memeriksa kondisi Samudra, hal itu membuat Nadlyn dan Robi ikut terbangun.

"Nanti jam delapan, passien akan di ambil darahnya lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut." Kata Suster selesai memeriksa dan mengganti infus Samudra lalu keluar kembali.

"Sam, ayo kembali tidur di tempat tidurmu." Ucap Nadlyn dengan lembut.

Samudra ingin beranjak, namun Cean dengan sigap menggendongnya untuk memindahkannya ke atas berankar.

"Tidurlah lagi." Kata Cean pada Samudra.

"Uncle akan menemaniku saat suster mengambil darahku?" Tanya Samudra penuh harap.

"Sam..." Nadlyn berusaha untuk mengingatkan Samudra dengan pelan namun ucapannya terpotomg oleh Cean.

"Aku akan menemanimu." Kata Cean pada Samudra. "Aku tidak kemana mana, aku akan menungguimu disini. Tidurlah lagi."

Samudra kembali tertidur karena waktu menunjukan masih sangat pagi.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Nadlyn dengan sinis.

"Tidak ada."

"Lebih baik kau jangan dekati Samudra dan Nadlyn lagi." Sahut Robi yang kini berada di depan Cean.

"Uncle Robi..."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Note:

Maaf ya kemarin aku tidak Up, aku nunggu dulu novel ini lulus kontrak dan bersyukur hari ini sudah masuk kontrak, kedepannya aku akan rajin Up seperti biasa lagi.

Mohon dukungannya untuk memberikan Like, Vote dan hadiah di novelku ini ya.

Kalo Vote ku naik hari ini, aku akan Up lagi hari ini.

1
Rabiah Windi
sam anak jenius
Rabiah Windi
bu nanda tdak boleh egois
Rabiah Windi
aku ma anak seperti sam yg pintar thour
Rabiah Windi
aku menagis baca part ini
earlyta
Biasa
earlyta
Buruk
Dyah Risky
Luar biasa
Dyah Risky
Lumayan
fa _azzahra
Luar biasa
Goresan Receh
napa duit dn duit diotak zivana, hmmm
eneng eneng
cucu dan opa nya sangat kompak 😂
Goresan Receh
adakah rillm mau jd setan? 🤭
Goresan Receh
ank mnja, bisanya ngabisin duit, disuruh kja 😁😁
Goresan Receh
bgus samudra, tegas
Yuni Martopo
Luar biasa
Goresan Receh
knp ada adega dewasa yg haram, sedang mrk tak muda lagi
ADW&RAW
👍
Goresan Receh
adik kakak kah, dirga nadlyn
Goresan Receh
cinta yang tak akan hilang begitu saja
Goresan Receh
ketika cinta tak bisa memiliki, ruwet
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!