Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 25
Mila yang baru selesai mandi, mendadak ingat jika semalam Elgar tidak pulang. Pria itu pasti belum mandi, ditambah tadi bajunya basah karena memandikan Saga, sepertinya dia butuh melakukan sesuatu.
Mila memasuki kekamar ibunya. Mengambil baju milik Miko serta handuk bersih. Setelah dua benda itu ada ditangannya, segera dia menuju kamar Saga.
"Lihat ini Pah, ini foto Saga waktu masih bayi."
Mila mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Tampak Saga yang antusias menunjukkan foto fotonya pada Elgar.
"Kalau yang ini, pas Saga jalan jalan. Ini namanya Om Dev, dan yang ini Kak Pink." Mana tahu bocil itu jika Elgar sudah mengenal kedua orang tersebut.
Mila membuka lebar pintu kamar Saga, membuat atensi ayah dan anak itu langsung tertuju padanya.
"Wah, anak mama yang ganteng sudah siap nih kayaknya." Mila berjalan kearah Saga.
"Mah, kata papa, hari ini Saga kesekolah diantar papa dan mama."
"Hah." Mila mengernyit, tak lama kemudian menatap Elgar yang sedang pura pura sibuk melihat album foto.
Apa apaan dia tiba tiba memutuskan sesuatu tanpa bertanya dulu padaku?
"Mama harus kerja sayang. Saga diantar papa aja ya."
"Saga maunya diantar mama sama papa." Rengek Saga sambil menarik narik tangan Mila.
"Tapi mama bisa te_"
"Udahlah Mil, kasihan Saga. Dia ingin diantar mama sama papanya. Jangan rusak kebahagiaan dia hari ini."
Mila mendengus sambil menatap Elgar. Semoga niatannya murni hanya untuk membuat Saga happy, bukan ada niatan lainnya lagi. Seperti kata pepatah, sambil menyelam minum air.
Mila mengangsurkan handuk dan kaos yang dia bawa pada Elgar.
"Semalam kamu gak pulangkan? Baju kamu juga basah, mandi dulu sana." Mila menunjuk dagu kearah pintu keluar. Elgar bergeming, tak menyangka jika Mila ternyata masih peduli padanya.
Tapi diamnya Elgar, justru diartikan lain oleh Mila. "Kenapa, gak mau mandi disini? Kamar mandinya gak sebagus dirumah kamua?" Mila hendak mengambil kembali handuk dan kaos itu, tapi buru buru didekap erat oleh Elgar.
"Baperan banget sih jadi orang. Padahal dulu gak gini. Apa karena udah jadi emak emak?" Mila seketika melotot, sedang Elgar malah terkekeh lalu buru buru kabur.
"Papa mandi dulu ya Saga." Serunya sambil berjalan keluar dari kamar Saga.
...----------------...
Keluar dari kamar mandi, Elgar langsung menuju meja makan. Disana sudah ada Saga yang duduk manis. Dihadapannya terhidang nasi goreng dan segelas susu putih. Bu Rahmi masih berada didapur, tapi Mila, entah dimana wanita itu, belum juga tampak batang hidungnya.
"Papah duduk sini Pah, kita makan sama sama." Saga menepuk kursi yang ada disebelahnya.
"Mana mama?" Elgar celingukan mencari keberadaan Mila.
"Masih dandan Pah, bentar lagi juga keluar."
Elgar menarik kursi yang berada tepat disebelah Saga lalu duduk disana. Tak berselang lama, Bu Rahmi datang sambil membawa setoples kerupuk.
Dengan sedikit canggung, wanit paruh baya itu meletakkan toples berisi kerupuk lalu menarik kursi dan ikutan duduk.
"Silakan dimakan." Sedikit ragu ragu Bu Rahmi menawari. Kelas mereka berbeda, entah mantan menantunya itu mau makan atau tidak, yang penting dia sudah menawari.
Elgar mengangguk sopan sambil tersenyum. Dia bingung harus makan dulu atau menunggu Mila. Dia tak tahu kebiasaan dirumah ini.
"Saga mau papa suapin." Akhirnya kalimat itu keluar demi mengurangi rasa canggungnya berhadapan dengan mantan mertua.
Saga menggelang. "Kata mama, Saga harus makan sendiri, gak boleh disuapi."
"Wahhh hebat banget anak papa." Puji Elgar sambil mengusap lembut kepala Saga. Melihat cara Elgar memperlakukan Saga, Bu Rahmi tersenyum bahagia. Meski Mila dan Elgar sudah perpisah, Saga tetap harus mendapatkan kasih sayang dari keduanya.
Melihat Bu rahmi yang sudah mulai makan, begitupun dengan Saga, dengan sedikit rasa canggung, Elgar ikut mulai makan.
"Mil, Mila, Bu Rahmi." Terdengar suara panggilan dari luar. Makin lama suara itu makin dekat. Mila yang sedang ada dikamar segera keluar. Letak kamar Mila paling dekat dengan ruang tamu, jadi dia bisa mendengar dengan jelas.
"Mak." Sapa Mila yang baru keluar dari kamar. Wanita yang dia panggil mak itu adalah Bu Sari, ibunya Billi. Melihat rumah Mila yang terbuka, dia langsung nyelonong masuk. Kebiasaannya tiap hari memang seperti itu.
"Eh Mil, siapa yang tadi malam datang kerumah kamu? Gak punya tata krama, teriak teriak sambil gedor gedor pintu tengah malam. Dia pikir ini hutan apa?"
Mila melirik kearah Elgar. Jaraknya tak jauh, bisa dipastikan jika pria itu mendengar dengan jelas.
"Bukan orang jahatkan Mil? Kamu gak diapa apainkan?" Tanyanya sambil memperhatikan Mila dari atas kebawah. Dia yang berada didepan kamar Mila tak menyadari keberadaan Elgar dimeja makan.
"Enggak kok Mak, Mila baik baik saja."
"Syukurlah, cucu emak gimana?"
Elgar yang hendak menyendok nasi goreng, seketika tak jadi mendengar Bu Sari menyebut Saga cucu.
"Saga juga gak papa."
Bu Sari bernafas lega sambil memegangi dadanya. Semalam dia tak bisa tidur, dan begitu pagi, buru buru dia mendatangi rumah Mila demi mengetahui keadaan mereka.
"Itu si Billi, pulang pulang dari sini udah kayak orang kesambet. Ditanyain bukannya jawab malah bengong aja lalu masuk kamar. Emakkan jadi khawatir sama kalian. Dirumah ini gak ada laki lakinya, bahaya Mila. Kalau ada orang jahat, gak ada yang bisa kalian andelin. Makanya, buru buru dah kamu nikah sama Billi."
"Huk huk huk." Elgar seketika tersedak.
Mendengar suara pria terbatuk, Bu Sari mengedarkan pandangannya. Setahu dia, gak ada laki laki yang tinggal disini, kecuali si kecil Saga. Lalu suara siapa tadi?
"Papa gak papa," tanya Saga.
Bu Sari terkejut melihat seorang pria berada dimaja makan bersama Saga dan Bu Rahmi. Dan kalau tak salah dengar, Saga memanggilnya papa.
Bu Sari mendekat kearah meja makan untuk melihat pria itu secara jelas.
"Ini papanya Saga." Bu Rahmi yang duduk tak jauh dari Elgar memperkenalkannya.
Mulut Bu Sari menganga lebar. Ternyata ini papanya Saga. Jangan jangan, pria ini yang tadi malam datang, bikin ribut dan membuat Billi kayak orang kesambet.
"Nek Sari, ini papanya Saga. Tampan sekalikan papanya Saga?"
Elgar tersenyum pada Bu Sari sambil mengangguk sopan.
"Iya tampan, tampan sekali," celetuk Bu Sari dengan mata fokus menatap Elgar. Tapi beberapa saat kemudian, dia tersadar jika pria didepannya itu rival berat putranya.
"Tapi buat apa tampan kalau bikin sakit hati, iya kan Mil?" Bu sari menyenggol lengangan Mila yang berdiri disampingnya.
Mila gelagapan mendapatkan pertanyaan dadakan itu.
"Lihat orang jangan dari mukanya saja Mil. Kadang yang genteng suka bikin kesel. Tapi yang biasa aja malam bikin betah. Laki itu yang penting setia, tanggungjawab, penyayang."
Elgar menghela nafas, paham betul jika emak emak yang sedang ngobrol dengan Mila itu sedang menyindirnya.
"Mil, buruan makan, kita harus segera nganter Saga kesekolah." Elgar mencari cara agar Bu sari berhenti nyinyir.
Bu Sari melengos mendengar ucapan Elgar. Dia tahu jika pria itu sengaja menghentikannya yang sedang memberi wejangan pada Mila.
"Mil, Mila." Tadi emaknya yang teriak teriak, sekarang ganti Billi yang tiba tiba datang. "Loh, Ibu disini?" Billi mencium tangan ibunya. Tadi dia hendak pamit tapi tak menemukan ibunya dirumah.
"Hari ini aku nebeng lagi ya, motorku masih dibengel."
"Hem hem."
Mendengar suara deheman yang terdengar tak asing, Billi langsung mengedarkan pandangan. Matanya membeliak saat melihat Elgar ada dimeja makan. Mobil Elgar tak ada didepan, mana tahu dia jika bosnya itu ada didalam rumah.
"Bagusnya gitu, berangkat bareng terus. Perempuan bawa mobil sendiri takut kena begal. Mending sama Billi. Toh kalian kerja ditempat yang sama." Bu Sari tiba tiba melirik kearah Elgar.
"Ngomong ngomong, papanya Saga gak kerja ya? Jam segini kok masih nyantai disini?"
Billi langsung menyenggol ibunya.
"Untung kamu udah pisah Mil."
"Buk, buk." Lirih Billi sambil memberi isyarat melalui mata agar ibunya berhenti bicara.
"Percuma ganteng kalau pengangguran. Emang ganteng bisa bikin ke_"
Billi menarik lengan ibunya menjauh. "Apa apaan sih Bil, ibu itu lagi bantu ka_"
"Dia bosnya Bili di kantor Buk."
Mata Bu Sari seketika membulat sempurna. Mulutnya mengaga lebar saking kagetnya.
"B,b,b,b, bos! Papanya Saga bos?"
Billi mengangguk.
"Yo wes lah Bil, mending mundur alon alon." Bu sari seketika lemas.