menceritakan seorang gadis yang memiliki sifat ceria dan keluarga yang bahagia. seketika hilang dan sirna begitu saja setelah kepergian dari mamahnya. kasus misterius yang membuat mamahnya harus merengut nyawa secara tidak wajar. dan bernekad ingin mencari siapa dalang pembunuhan mamahnya yang misterius
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH!!". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bungapoppy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 01
...hidup manusia itu seperti film, pasti memiliki masa habisnya. dan setiap harinya bagai episode yang kita jalani. Akan kah setiap episodenya itu ada yang membahagiakan atau justru sebaliknya?...
...lalu bagaimana ending dari kehidupan kita, tentu hanya Tuhan yang tahu!...
Selamat datang dicerita perdana ku, mohon dukungan kalian. jangan lupa like,komen dan vote nya yah teman-teman. Selamat membaca😚
Pertengahan semester 2 kelas 11
Seorang gadis berpakaian rapi putih abu-abu kini tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Dia bercermin dengan wajah yang penuh bersemangat, dia memutar balikan tubuhnya kekanan dan ke kiri sambil berdiri didepan cermin.
"Selamat pagi mamah,selamat pagi papah". Sapa nya penuh dengan semangat.
Gadis itu menghampiri kedua orangtuanya yang ada didapur lalu mencium pipi mereka satu persatu secara bergantian.
"Pagi sayang, ceria banget sih anak mamah". Ucap wanita paru baya itu dengan tersnyum sembari menata makanan diatas meja
"Iya dong,harus". Seru nya sambil menduduki dirinya dikursi meja makan
Satu keluarga yang terlihat rukun, kehidupan yang sederhana tapi memiliki keluarga kecil bahagia. Memiliki anak gadis yang penurut,dan ceria, juga tak pernah mengeluh tentang kondisi orangtuanya,adalah harta yang terbaik untuk sepasang suami istri ini.
"Pah gimana kerjaan papah?" Tanya wanita itu disela sela makan nya.
Pria itu menatap lekat mata istrinya yang ada didepan. "Doain aja mah semoga untuk yang ini bisa berhasil, jika memang benar papah bisa mendapatkan keuntungan yang besar dan kita gak akan hidup susah lagi". Ucap pria itu
"Wwaahhh berarti kita gak bakal kesusahan lagi dong". Sahut putrinya yang dari tadi mendengar percakapan orangtuanya
"Iya sayang, dan kalo bisnis papah berhasil, papah bisa kuliahin kamu". Ucapnya
"Yeess". Semangatnya
"Mamah doain semoga bisnis papah berhasil".
Beberapa menit mereka menyelesaikan sarapan paginya dan bersiap siap untuk berangkat.
"Mah,pah kalo gitu Aerin berangkat sekolah dulu yah". Pamitnya dengan menyalami orangtuanya.
"Hati-hati dijalan sayang". Pesen Mamah Rika
"Oke, berangkat dulu mah assalamualaikum". Teriaknya sambil berlari keluar rumah.
Iya, dia Aerin pritama seorang gadis remaja kelas 11, sifat nya yang ceria selalu membawa warna dalam rumahnya, dia anak satu-satunya dari sepasang suami istri Rika dan Tama. Hidup yang sederhana namun keharmonisan dalam keluarga membuatnya tak pernah mengeluh soal ekonomi. Padahal Aerin dikelilingi orang-orang kaya di sekolahnya, itu sebabnya terkadang Aerin menjadi bahan ejek temen temannya. Tapi bukan Aerin namanya jika tidak melawan.
Pagi ini Aerin dengan berjalan kaki kesekolahan dengan ceria. Dia tidak pernah menggunakan uang saku yang diberikan oleh mamahnya. Padahal mamahnya memberikan uang saku cukup untuk menaiki bis atau kendaraan lain. Tapi Menurutnya lebih baik ditabung dari pada harus menggunakannya dengan sia-sia, toh dia masih sanggup untuk berjalan hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai sekolah.
Sesampainya disekolah pandangan nya menangkap seseorang yang tak asing baginya.
Dia menyipit kan matanya untuk memperjelas penglihatannya. "Loh itu kan Rehan". Gumamnya
Dengan raut wajah kesal dan menghentakan kakinya dia menghampiri lelaki itu yang sedang asik berduaan duduk dikantin bersama perempuan lagi.
"Ohh gini yah kelakuan kamu!!". Suara keras Aerin yang tiba-tiba datang hingga mengejutkan pasangan itu
"Aerin". Gumam Rehan kaget sembari menatap Aerin yang penuh dengan amarah
"Heh! ngapain lo sama cowok orang!!". Aerin menatap tajam gadis itu yang terlihat sedikit ketakutan
"Dasar cewe ganjen! Sini gak lo!" Aerin langsung menarik paksa gadis itu namun dengan cepat dihalang oleh Rehan
"Aerin, Aerin stop!" Bentak rehan hingga mendiamkan nya
Dengan mata melebar Aerin menatap Rehan. "Loh kamu belain dia?" Tanya Aerin sambil menunjuk gadis itu
"Yangg dia siapa?" Tanya gadis itu lalu berdiri disamping Rehan
Dengan sangat terkejut Aerin melototkan matanya dengan mulut sedikit terbuka. "Yang?" Kaget Aerin
"Sini ikut aku!" Rehan langsung menarik kuat tangan Aerin kebelakang kantin sekolah.
"Lepasin, Rehan sakit tau". Ringis Aerin sembari memberontak melepaskan cengkraman Rehan yang begitu kuat.
"Lepas!" Aerin menghempaskan tanganya dari cengkraman Rehan
"Kamu apa-apa an sih,bikin malu aja! Bisa gak, gak usah marah²". Pekik Rehan dengan nada emosi
"Loh kok kamu jadi marahin aku, yang harus nya marah itu aku, kenapa kamu asik-asikan sama cewek lain udah itu adik kelas kamu sendiri lagi. Dan kenapa dari kemaren kamu susah dihubungi". Sarkas Aerin dengan kesal
"Dia pacar aku!" Aerin yang syok mendengar ucapan rehan yang begitu gampangnya mengatakan itu didepan Aerin.
"Kamu selingkuh?" Tanya Aerin semakin emosi
"Iya, kenapa". Ucap Rehan merasa tak berdosa
"Jahat lu! Lu jahat Rehan udah lama kita pacaran dan gampangnya lu bilang dia pacar lu!" Emosi Aerin memuncak denga mata berkaca-kaca
"Gak ada lagi yang bisa diharepin dari lu". Ucap Rehan
Aerin menyipitkan matanya dengan garis dari berkerut. "Maksud lu apa?" Tanya Aerin yang sudah menangis
Rehan tersnyum licik. "Lu emang bodoh rin, dan asal lu tau gua gak pernah cinta sama lu, gua itu cuman manfaatin duit lu doang, dan karna berhubung belakang ini lu gak bisa traktirin gua lagi jadi buat apa gua terus pacaran sama cewe miskin kaya lu". Kata Rehan. "Malu lah gua". Sambungnya lagi
Aerin menggelengkan kepalanya tak percaya. dia tersenyum getir dengan airmata yang keluar.
"Gak nyangka gua, ternyata lu sebrengsek ini han!. Selama ini lu gak pernah anggep ketulusan gua. Gua udah rela kadang ngeluarin uang tabungan gua dengan alasan lu butuh uang tapi ternyata....,-" ucapannya tergantung, dia menatap kearah lain yang sesekali mengusap airmatanya.
Aerin kembali menatap Rehan dengan tajam "Tapi gua bersyukur, ternyata Tuhan masih baik sama gua buat ngebuktiin sendiri kalo lo itu cowok yang gak baik". Aerin menghapus kasar airmatanya. "Oke! Kalo lu mau putus, dan harusnya gua seneng dan bukannya nangisin laki-laki brengsek kaya lo!"
"Bagus lah kalo lu sadar". Ucap Rehan begitu tenang
Aerin menatap tajam lelaki yang dulunya pernah dia cintai. "Jangan sampe lu muncul dihadapan gue lagi! Dan gua anggap kita gak pernah ketemu". Setelah berucap Aerin langsung pergi meninggalkan Rehan yang masih mematung menatapnya.
Dengan jalan cepat Aerin menuju kekamar mandi, untuk membasuh wajahnya.
Dia berdiri didepan cermin wastafel lalu membasuh wajahnya. Aerin mengepalkan kuat tanganya dengan menatap begitu tajam kearah cermin.
"Rehan brengsek!". Desisnya
Setelah sedikit tenang, Aerin merapihkan dirinya lalu keluar dari kamar mandi dan menuju ke kelasnya.
Sesampainya dikelas dia melihat segerombolan perempuan yang sedang ngerumpi termasuk ada sahabatnya disitu.
"Halo melda". Sapa Aerin yang mendekat kearah gerombolan.
"Da kita pergi kekelas dulu yah,males gua kalo udah ada dia". Ucap salah satu dari mereka sambil melirik sinis pada Aerin.
"Apa lo liat-liat!" Sarkas Aerin pada murid yang menatapnya tadi.
"Dih ge'er!" Semua siswa pergi meninggalkan Aerin dan Melda yang tersisa.
"Pergi sana lu!" Teriak Aerin
"Da, lu tuh jangan mau lah temen nan sama mereka, liat kelakuannya gak baik". Julit Aerin sambil menduduki dirinya disamping Melda.
Tanpa merespon melda beranjak dari duduknya dan langsung cepat Aerin menghentikan langkahnya.
"Melda tunggu!" Dengan wajah bingung Aerin menghampiri Melda yang wajahnya terlihat cemberut
"Da lu kenapa sih, lagi kesel? Hah?" Tanya Aerin menatap temannya sambil memegang tangan Melda
Melda menghempaskan tanganya dari pegangan Aerin dengan kuat. Aerin yang terkejut sambil menatap kearah tanganya yang dihempas oleh sahabatnya.
"Da lu kenapa?" Tanya Aerin dengan bingung
"Cukup yah rin, gua cape tau gak temenan sama lu!". Sarkasnya
"Cape kenapa?, emang kenapa sih gua?" Tanya Aerin semakin bingung
"Tau gak, setiap kali gua deket sama lu gak ada yang mau temenan sama gua. Mereka semua menghindar, dan mereka juga ngatain gua temenan sama anak miskin! Gua malu rin! GUA MALU!". Ucap Melda dengan menggebu-gebu
Deg!
Miskin!
Garis wajah Aerin berubah. "Kok lu gitu sih Da, bukannya selama ini pertemanan kita baik-baik aja". Ucap Aerin
"Itu karna gua masih menghargai lu Rin, cuman sekarang gua gak tahan terus terusan diejek dan dijauhin, gua gak bisa". Sanggah Melda
"Siapa yang berani ngatain, bawa gua keorang nya!!". Tantang Aerin
Melda langsung menahan tangan Aerin yang hendak ingin keluar kelas.
"Cukup Rin! Gak perlu lu ngelakuin ini". Melda menyetopi Aerin lalu menatapnya
"Gua udah buat keputusan Rin, dan gua harap lu nerima semua pilihan gua. Gua minta buat lu kita gak deket lagi karna cuman itu satu-satunya gua gak dibenci sama yang lain". Setelah berucap Melda pergi meninggalkan Aerin tanpa mau mendengarkan ucapannya
"MELDA!" terika Aerin
"AAKKHHH!!" Suara Aerin menggema diseluruh kelas dengan emosi yang dia luapkan.
Kring....
Jam menunjukan pukul 15.00 sore semua murid SMA 40 bandung keluar berhamburan kegerbang sekolah. Sungguh hari ini hari yang melelahkan bagi Aerin.
Dia terus berjalan pulang dengan lesu. Tak ada senyuman yang dia tampilkan diwajahnya seperti biasa.
"Assalamualaikum mah, Aerin pulang". Aerin mengetok pelan pintu namun tak ada jawaban.
Garis wajah Aerin berkerut. "Kok gak ada jawaban apa mamah lagi keluar yah". Aerin berMonolog nya
Bisa saja Aerin langsung masuk, tapi kebiasaan dia mengetok pintu dulu dan biasanya juga sekali ketok mamahnya langsung menyambut dan membukakan pintu untuk nya.
Aerin melepaskan sepatunya terlebih dahulu dan menaruhnya dirak. Dia langsung membuka pintu dan terlihat rumah sangat gelap.
Crekk!
Aerin terkejut saat dirinya menginjak cairan lengket dibawah.
"iiyuuhhh apaan ini?". Ucap Aerin bergidik jijik
Mata Aerin terbelalak melihat cairan Merah itu disepanjang rumah. "Loh ini darah apa?" Gumam Aerin.
Dia mulai mengikuti setiap aliran darah yang bertanda dilantai.
Diikutinya Cairan itu yang ternyata menunjukan kearah dapur.
"Mah, mamah". Panggil pelan Aerin sambil melihat kesekeliling
Semakin banyak darah itu dan semakin nyegat tercium bau busuk.
Aerin terus mengikuti itu dengan perlahan dan tanganya menutupi hidung karna bau yang sangat menyegat.
Deg!
Aerin terkejut hebat, dengan matanya melotot. Tubuhnya menjadi kaku, jantungnya seakan berhenti berdetak.
Dia memundurkan langkahnya beberapa langkah lalu terjatuh kelantai.
Aerin begitu syok dengan apa yang dilihatnya, dunianya seakan gelap. Tatapan penuh keterkejutan saat melihat seorang wanita paru baya tergeletak dilantai dengan tangan terlentang dan pisau yang masih menancap tegak didaerah dadahnya, dan beberapa sayatan pun terlihat dilenganya.
Aerin yang bahkan tak sanggup untuk berbuat apa-apa bahkan nafasnya pun sekaan tercekat di tenggorokan. Wanita yang sangat dia cintai, wanita yang biasanya membangun kan pagi, membuat sarapan kini dia harus melihat dengan keadaan yang begitu mengenaskan.
Aerin masih memandangi mamahnya dengan mata memerah. Dengan perlahan dia merangkak mendekati nya.
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah. Dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Dengan tangan yang gemetar Aerin mengambil tas nya lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Ha-halo pah". Aerin tergugup hingga berbicara terbata-bata
"📞Halo sayang ada apa?" Ucap dari sebrang telpon
"Pah". Tangis Aerin
"📞Sayang kenapa nak?"
"Mamah pah".
•
•
•
Beberapa jam mamah Aerin sudah ditangani oleh polisi. Saat Aerin memberitahu papahnya dia langsung cepat pulang dan melihat anaknya yang sedang manangis sambil memeluk jasad ibunya.
Pak tama pun begitu syok melihat istri tercinta nya yang sangat mengenaskan.
Aerin dan Papah nya tak mau menyentuh pisau yang menancap karna takut sidik jarinya terdeteksi sampai pak Tama memanggil polisi dan ambulanc.
Aerin yang syok hingga pingsan dikamarnya, dan ditemani oleh seorang wanita yang sekitar usianya 28an.
"Mah...mamah". Aerin mengingo
"Sayang bangun nak, Aerin". Panggil wanita itu berusaha membangun Aerin
Aerin tersentak dan membuka matanya. Dia menatap wanita yang terlihat sangat cemas padanya
"Mba, mamah mba". Tangis Aerin yang langsung bangun dari tidurnya
"Sabar sayang, kamu harus kuat". Ucapnya
"Enggak mba, mamah gak mungkin meninggal". Tangisnya histeris
"Sabar sayang, masih ada mba disini". Wanita itu memeluk Aerin begitu erat.
Suara pintu terbuka hingga menoleh mereka berdua.
"Papah". Panggilnya dan langsung menghampiri
"Mamah pah". Tangisnya didalam pelukan sang papah
"Sayang kamu siap-siap yah, sebentar lagi kita akan melekakukan pemakaman mamah". Ucapnya tanpa menjawab tangisan Aerin
Aerin langsung melepaskan pelukannya dan sedikit mendongak menatap papahnya.
Aerin menggeleng kan kepalanya cepat tanda tak percaya. "Gak pah, mamah masih hidup".
Hati tama seakan tergores oleh pisau berkarat, melihat keadaan anaknya yang sekarang. Bagaimana dia harus hidup kedepannya tanpa sosok istrinya, belum lagi dia harus menjaga Aerin, hingga dia tak sanggup untuk meladeni ucapan Aerin
"Lusi tolong bantu Aerin yah". Ucap pak Tama pada wanita itu
"Iya mas, ayo Aerin". Ajak Lusi
Lusi adalah adik kandung dari papahnya Aerin. Dia bibi nya Aerin yang begitu sangat dekat dengannya.
•
•
•
Beberapa menit proses pemakan Mamah Rika selesai. Aerin terus saja menangis sambil memeluk nisan yang tertulis `Rika Anjani`.
"Mah, kenapa mamah tinggalin Aerin. sebenernya siapa yang lakuin ini sama mamah". Tangisnya memeluk batu nisa
Banyak juga tetangga yang ikut melayat. Dan tak sedikit juga orang yang membicarakan kematian Rika yang sangat tidak wajar, bahkan polisi tidak menemukan bukti satupun, pisau yang manancap pun tidak ada sidik jarinya. Dan tetangganya pun tidak ada yang melihat orang datang sebelum² kejadian.
"Permisi pak". Sapa lelaki berseragam polisi kehadapan Pak tama
"Iya pak, bagaimana?" Tanya pak Tama
"Kami ingin meminta kesaksian dari anak bapa,katanya dia yang pertama kali melihat". Pinta pak polisi
"Tapi sebentar yah pak, anak saya masih berduka". Jawab pak tama dengan pelan
"Baik jika sudah siap datang lah kekantor kami".
Semua sudah berpamitan pergi tinggal menyisakan Aerin,tama dan Lusi saja.
"Aerin kita pulang yuk sebentar lagi malem". Ajak lembut Lusi
"Gak mba, Aerin mau sama mama". Suara Aerin mulai melemas dan mata yang sudah sembab
"Kalo mau besok kita kesini lagi, tapi sekarang kita pulang yah udah mau gelap soalnya". Dengan paksaan dari bibi nya dan papahnya Aerin menurut.
"Mah, Aerin pulang dulu yah, dan Aerin janji bakal temuin siapa yang udah nyakitin mamah".
"Ayo sayang". Lusi merangkul Aerin dan kembali kerumah.
•
•
•
Malam hari nya setelah Aerin memberikan kesaksian pada polisi dia kembali kekamar.
Tatapannya begitu kosong menatap sebuah bingkai foto keluarga yang terlihat sangat bahagia.
Tok tok..
Ceklek!
Aerin tak menghiraukan siapa yang masuk itu. Lusi mendatangi Aerin dengan membawa makan dan airminum ditangannya.
"Aerin, sayang makan dulu yuk. Dari tadi siang kamu belum makan". Aerin hanya menggeleng
"Jangan gitu dong, nanti kalo kamu sakit gimana nanti mamah kamu sedih lagi disana". Ucap Lusi yang duduk disamping Aerin
Aerin menatap Lusi denagn mata sembabnya.
"Mba, sebenernya siapa sih yang jahat sama mamah, kenapa setega itu bunuh mamah, Aerin rasa mamah orang baik dan gak pernah jahat sama orang?". Tanya Aerin dengan lemas
Lusi menghela nafasnya berat lalu menaruh makanan itu diatas meja
Lusi mengelus lembut kepala Aerin
"Mamah kamu emang orang baik, tapi kamu tenang aja karna polisi lagi berusaha buat mencari siapa dalang atas kematian mamah kamu yah. Dan sekarang kamu makan dulu nanti sakit lagi". Lusi kembali menyuapi Aerin yang saat ini dia menerima suapan dari lusi. Suapan demi suapan yang diterima oleh Aerin akhirnya habis juga.
"Aerin apa mau mba temenin tidur? Karna mba juga berniat minep disini buat jagain kamu". Ucap Lusi
"Mba tidur dikamar lain aja yah, Aerin pengen sendiri". Jawabnya
"Yaudah gak papa, kalo ada apa-apa panggil mba ya". Lusi membantu menutupi tubuh Aerin dengan selimut, lalu keluar dengan membawa piring kotor nya.
Diambang pintu seorang lelaki menatapnya dengan sedih. Dia menatap wajah putri yang dari kejauhan terlihat sembab dan kacau. Papa Aerin begitu kehilangan. Setelah kepergian istrinya dia juga harus kehilangan senyum dan keceriaan diwajah Aerin, yang dimana wajah itu seperti matahari, selalu mambawa kecerahan dan kecerian setiap senyuman dari Aerin.
Tapi kini seakan matahari pak Tama sirna dengan kesedihan yang menimpa mereka.
"mas mending jangan ganggu Aerin dulu, biar dia istirahat pasti dia lelah". Ucap Lusi pada kakak nya itu
Dibalik selimut Aerin menangis dalam sunyi.
Aerin pikir hari ini dia hanya kehilangan pacar dan sahabatnya saja lalu bisa bercerita dengan mamahnya. Namun justru semesta lebih kejam padanya dia malah kehilangan sosok yang paling berharga didunia ini.
"Mah..." Lirih parau Aerin
...Thanks untuk para pembaca aku, see you next bab selanjutkan yah. Jangan lupa vote,like, dan komen yah, biar makin semangat Hehe😁...